Kelebihan Model Project Based Learning
Kemampuan analisis merupakan kemampuan dasar bagi siswa untuk dapat berpikir kritis dan termasuk salah satu kemampuan kognitif tingkat
tinggi yang penting untuk dikuasai siswa dalam pembelajaran. Adapun tingkatan dimensi kognitif menurut taksonomi Bloom revisi, kemampuan
menganalisis berada pada tingkatan keempat C4 setelah mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Urutan taksonomi Bloom revisi dapat
dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1. Taksonomi Bloom Revisi
Berdasarkan gambar 2.1, dapat dilihat bahwa analyzing analisis dalam ranah kognitif berada di jenjang keempat C4 setelah mengingat,
memahami, dan mengaplikasikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jika siswa bisa melakukan analisis terhadap suatu konsep atau
pengetahuan, maka seharusnya siswa juga telah bisa menghafal, memahami, dan mengaplikasikan konsep atau pengetahuan tersebut.
Proses-proses kognitif yang termasuk dalam ranah kemampuan analisis,
yaitu membedakan
differentiating, mengorganisasikan
organizing, dan mengatribusikan attributing. Membedakan differentiating, yakni melibatkan proses memilah-
milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah konsep. Sehingga siswa dapat menentukan bagian mana saja yang termasuk dalam
materi pelajaran yang relevan. Pada pembelajaran sains, tujuannya ialah menentukan tahapan pokok dalam cara kerja sesuatu. Contohnya siswa
diminta untuk menggambarkan proses terjadinya petir dan kemudian diperinci menjadi tahapan pokok.
Mengorganisasikan organizing,
yakni melibatkan
proses mengidentifikasi elemen-elemen atau situasi dan proses mengenali
bagaimana elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa mula-mula mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan kemudian
menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen tersebut. Pada pembelajaran sains, siswa belajar menganalisis laporan-laporan penelitian
berdasarkan 4 poin, yaitu hipotesis, metode, data dan kesimpulan kemudian siswa diminta untuk membuat garis besar tentang laporan
penelitian tersebut. Mengatribusikan attributing, yakni ketika siswa dapat menentukan
sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan dibalik komunikasi atau informasi. Contohnya ketika siswa diberi informasi, siswa dapat
menentukan sudut pandang atau tujuan penulis.
24
Pengembangan kemampuan menganalisis bertujuan untuk: 1 membedakan fakta dari opini; 2 menghubungkan kesimpulan dengan
pertanyaan-pertanyaan pendukungnya; 3 membedakan materi yang relevan dari yang tidak relevan; 4 menghubungkan ide-ide; 5 menangkap
asumsi-asumsi yang tidak dikatakan dalam perkataan; 6 membedakan ide- ide pokok dari ide-ide turunannya atau menentukan tema-tema puisi atau
musik; 7 menemukan bukti pendukung tujuan pengarang.
25
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan analisis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa.
Kategori dimensi kognitif tersebut saling terkait, sehingga kemampuan analisis tidak mungkin dicapai oleh siswa apabila siswa tidak menguasai
aspek-aspek kognitif sebelumnya, seperti pengetahuan, pemahaman dan
24
Lorin W Anderson, David R Krathwohl eds, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom, Terjemahan dari A Taxonomy for
Learning, Teaching, and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives oleh Agung Prihantoro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 121-124.
25
Ibid., h. 120.
aplikasi. Selain itu, kemampuan analisis juga dapat digunakan sebagai dasar untuk siswa memecahkan suatu permasalahan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kecerdasan analisis merupakan komponen pertama dari kecerdasan kesuksesan. Kecerdasan
analisis melibatkan arah sadar proses mental dalam menemukan sebuah pemecahan masalah dengan berpikir secara mendalam. Diaplikasikannya
kemampuan analisis dalam memecahkan masalah yaitu dengan enam langkah, sebagai berikut: 1 pengenalan masalah; 2 pendefinisian
masalah; 3 perumusan strategi pemecahan masalah; 4 representasi informasi; 5 alokasi sumber daya; dan 6 monitoring dan evaluasi.
26