berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Dalam hal ini, siswa dilatih untuk melakukan analisis terhadap
permasalahan, kemudian melakukan eksplorasi, mengumpulkan informasi, interpretasi, dan penilaian dalam mengerjakan proyek yang terkait dengan
permasalahan yang dikaji.
7
Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada siswa agar siswa dapat memahami suatu konsep ataupun prinsip dengan melakukan investigasi dan mencari suatu solusi yang relevan serta
dapat diimplementasikan dalam sebuah proyek, sehingga siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna. Project Based Learning memiliki
proses pembelajaran yang panjang dan melibatkan siswa secara aktif, dimulai dari merancang, membuat dan menampilkan sebuah proyek yang
dikerjakan. Produk yang dihasilkan terkait dengan sebuah penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat.
b. Landasan Teori Model Project Based Learning
Project Based Learning dilandasi pada teori yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya:
1 Jean Piaget dan Lev Vygotsky
Teori dari model Project Based Learning yang pertama yaitu teori konstruktivisme.
Konstruktivisme yang menjelaskan bahwa individu membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan pengetahuan
yang didapat masing-masing individu berbeda. Jadi, dengan cara melakukan penyelidikan, percakapan atau kegiatan, seseorang belajar
membangun pengetahuan baru dengan mengaitkan pengetahuan yang telah diketahuinya.
8
7
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, h. 172.
8
Michael M Grant, Getting a Grip on Project Based-Learning: Theory, Cases, and Recommendations, Meridian a Middle School Computer Technologies Journal, Vol. 5, 2002, p. 2,
diakses dari https:www.ncsu.edumeridianwin2002514project-based.pdf
, pada tanggal 26 Februari 2016.
Piaget mengemukakan bahwa anak-anak lahir membawa potensi rasa ingin tahu dan terus-menerus berusaha untuk memahami dunia sekitarnya.
Pada semua tahap perkembangan, kebutuhan anak untuk memahami lingkungan akan memotivasi anak untuk menyelidiki dan membangun
pengetahuannya. Piaget mengemukakan bahwa terdapat tiga tahap dalam proses belajar, antara lain: 1 asimilasi, yaitu proses penyatuan informasi
baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam pikiran anak; 2 akomodasi, yaitu penyusunan struktur kognitif ke dalam situasi yang baru;
dan 3 ekuilibrasi, yaitu penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. Vygotsky mengemukakan
“Dalam upaya memahami pengalaman baru, seseorang akan mengaitkan pengetahuan yang didapat dengan
pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dan akan membangun makna yang baru
”.
9
Kesimpulan dari uraian tersebut adalah teori konstruktivisme beranggapan bahwa seseorang membangun sendiri pengetahuannya. Piaget
mengemukakan bahwa perkembangan anak dalam belajar melalui 3 tahap, yaitu: asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Dimana ketiga proses tersebut
sangat penting dalam perkembangan kognitif anak. Sedangkan menurut Vygotsky interaksi sosial dengan orang lain akan menambah pengalaman
dan mengembangkan intelektual siswa. 2
John Dewey Teori pendukung lainnya berasal dari gagasan John Dewey tentang
“learning by doing”,
10
yaitu proses perolehan hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama
proses penguasaan anak tentang bagaimana melakukan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan. Dewey memandang sekolah dapat mencerminkan
9
Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru, Bogor: Ghalia Indonesia, 2014, Cet. 2, h. 12-13.
10
Michael M Grant, Loc. Cit.