kelas eksperimen nilai N-Gain sebesar 0,58 dan pada kelas kontrol nilai N- Gain sebesar 0,38. Nilai N-Gain pada kedua kelas tersebut tergolong sedang.
3. Aspek Kemampuan Analisis
Seperti halnya peningkatan kemampuan analisis, adanya peningkatan kemampuan tiap aspek analisis juga dapat dilihat dari nilai pretest dan
posttest. Dari nilai pretest dan posttest tersebut kemudian dihitung nilai N- Gain. Aspek pada kemampuan analisis terbagi menjadi tiga aspek, yaitu
Differentiating, Organizing, dan Attributing. Dengan menggunakan nilai N- Gain tersebut maka dapat diketahui seberapa besar peningkatan tiap aspek
kemampuan analisis sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran menggunakan model Project Based Learning.
Soal nomor 1, 3, dan 5a merupakan soal kemampuan analisis aspek Differentiating. Soal nomor 2, 5b, 7a, dan 7b merupakan soal analisis aspek
Organizing. Dan soal nomor 4, 6, 8a, 8b, serta 9 merupakan soal analisis aspek Attributing. Berdasarkan hasil pretest dan posttest didapatkan rata-rata
dan persentase dari skor pretest, posttest dan N-Gain untuk tiap aspek kemampuan analisis yang disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3. Skor Pretest, Posttest dan N-Gain Aspek Kemampuan Analisis
6
Kelas Aspek
analisis Pretest
Posttest N-Gain
Rerata Rerata
Eksperimen
Differentiating 12.33
12 73.00
70 0.65
Organizing 30.00
29 66.50
63 0.49
Attributing 45.20
43 80.20
76 0.59
Kontrol
Differentiating 23.00
22 63.33
60 0.49
Organizing 28.25
27 51.25
49 0.30
Attributing 38.60
37 60.20
57 0.33
Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh aspek analisis baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan. Pada
kelas eksperimen aspek differentiating memiliki nilai N-Gain lebih besar yaitu sebesar 0,65. Dua aspek lainnya yaitu organizing dan attributing
6
Lampiran 28, h. 186.
memiliki nilai N-Gain secara berturut-turut sebesar 0,49 dan 0,59. Begitupun di kelas kontrol, aspek differentiating memiliki nilai N-Gain terbesar
dibanding keduanya yaitu sebesar 0,49 sedangkan aspek organizing sebesar 0,30 dan aspek attributing sebesar 0,33. Sehingga pada kelas eksperimen
setiap aspek kemampuan analisis mengalami peningkatan yang lebih baik setelah diberikan perlakuan model Project Based Learning dibanding kelas
kontrol. Kategori untuk nilai N-Gain pada tabel 4.6 yaitu sedang, kecuali untuk nilai N-Gain kelas kontrol pada aspek organizing yaitu berkategori
rendah.
B. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dan Angket Siswa
Selain instrumen tes, dalam penelitian ini digunakan pula instrumen non tes seperti lembar observasi dan angket siswa untuk mendukung data hasil penelitian.
Adapun deskripsi data hasil observasi kegiatan pembelajaran dengan model Project Based Learning dan juga angket respon siswa adalah sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan Sintaks Model Project Based Learning dalam
Kegiatan Pembelajaran
Model Project Based Learning memiliki sintaks yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran, diantaranya 1 Start with the essential question;
2 Design a plan of project; 3 Create a schedule; 4 Monitoring the students and the progress of project; 5 Assess the outcome; dan 6 Evaluate the
experience. Sintaks dalam model pembelajaran ini harus diobservasi untuk mengetahui apakah sintaks tersebut terlaksana atau tidak dalam setiap
pembelajaran, sehingga dapat dilihat kemungkinan pengaruhnya terhadap hasil akhir kemampuan analisis siswa. Berikut adalah data hasil observasi
keterlaksanaan sintaks pembelajaran dengan model Project Based Learning yang disajikan dalam Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Keterlaksanaan Sintaks Model Project Based Learning
7
Sintaks Persentase
keterlaksanaan Kategori
Start with the essential questions 100
Sangat baik
7
Lampiran 13, h. 160-164.
Sintaks Persentase
keterlaksanaan Kategori
Design a plan for the project 100
Sangat baik Create a schedule
100 Sangat baik
Monitoring the students and the progress of the project
100 Sangat baik
Assess the outcome 100
Sangat baik Evaluate the experience
66,7 Cukup
Rata-rata 94,5
Sangat baik
Data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa secara keseluruhan sintaks pembelajaran Project Based Learning terlaksana dengan persentase 94,5
yaitu dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran peneliti konsisten menerapkan sintaks model Project Based
Learning. Pada tahap pertama pembelajaran, guru menampilkan gambar-gambar
untuk menarik perhatian siswa agar fokus terhadap pembelajaran. Hal ini cukup efektif karena sebagian besar siswa lebih tertarik dengan gambar
ataupun video. Sebelum diberikan tugas proyek, siswa terlebih dahulu dibagi menjadi 11 kelompok. Kelompok ditentukan oleh guru. Alasannya agar setiap
kelompok heterogen, sehingga masing-masing anggota kelompok dapat saling melengkapi dan belajar dari anggota kelompok yang lain. Pada saat
pemberian tugas proyek, diberikan LKS sebagai panduan siswa untuk melaksanakan proyek. Masing-masing kelompok menentukan sendiri topik
yang akan dibahas dalam artikel dan desain artikel kelompoknya. Pembelajaran dengan model Project Based Learning memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan bertanggung jawab penuh atas pembelajaran. Karena semuanya dilakukan berdasarkan
hasil diskusi siswa dengan anggota kelompok maupun dengan guru. Seperti contohnya deadline penyerahan tugas. Bukan guru yang menentukan deadline
tersebut tetapi didiskusikan bersama-sama antara guru dan siswa. Hal ini agar siswa tidak merasa terbebani dengan tugas proyek yang mereka kerjakan.
Salah satu tahap dalam Project Based Learning adalah pemberian evaluasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman setiap