V. PENGELOLAAN TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM PENUMPANG NON-BUS BERKELANJUTAN
9.1. Kinerja RuteTrayek Angkutan Umum Penumpang Non-Bus Eksisting
Kinerja pola trayekrute angkutan umum penumpang non-bus yang efektif merupakan fungsi dominan dari: sosial ekonomi masyarakat, penggunaan lahan,
tingkat pelayanan transportasi, kenyamanan pelayanan transportasi, faktor muat pengisian, dan kondisi jalan dibanding fungsi atau faktor-faktor lainnya, serta
tingkat pelayanan jalan yang cenderung menurun. Ke enam fungsi dominan di atas menentukan dalam penetapan tarif
angkutan dan pengembangan daerah layanan angkutan umum penumpang non- bus terutama faktor faktor muat dan penyediaan angkutan. Selain itu, ke enam
fungsi tersebut berpengaruh dalam peningkatan polusi dari kendaraan misalnya kondisi jalan yang kurang baik dapat memperlambat kendaraan kemacetan dan
meningkatnya kapasitas jalan akan berpengaruh pada semakin tingginya tingkat emisi gas buang yang ditimbulkan dari kendaraan.
Oleh karena itu, ke enam fungsi tersebut juga berpengaruh terhadap pemodelan dan pemilihan rute optimal khususnya faktor muatpengisian yang
layak dan sesuai harapan penumpang termasuk pembatasan jumlah angkutan umum penumpang non bus pada rutetrayek tertentu baik berupa pengalihan
pada kendaraan berkapasitas lebih besar prinsip diversitas jenis angkutan maupun radius pelayanannya, disamping kondisi jalan yang baik dan lancar
dapat dijadikan alternatif pilihan jalur optimal. Fungsi manajemen pada aspek sosial yang berkaitan dengan aksesibilitas
rutetrayek angkutan umum penumpang non-bus mempengaruhi tingkat preferensi dan kepuasan pengguna dalam pemanfaatan dan bagi pengusaha
dan atau pengemudi dalam penggunaan dan pemeliharaannya.
9.2. Sistem Pentarifan Angkutan Umum Penumpang Non-Bus
Sistem pentarifan angkutan umum penumpang non-bus agar tarif efisien tercapai dengan tiga fungsi yaitu: faktor muat dengan acuan pada trayekrute
antar kota dibandingkan dengan antar kawasan, biaya operasi perusahaan yang wajar dengan keseimbangan, dan pentarifan yang berimbang tanpa mekanisme
pasar serta pengembangan pelayanan rute ke kawasan yang belum terjangkau.
171 Ke tiga fungsi di atas sangat berpengaruh pada kinerja rute pola trayekrute
karena tarif angkutan umum penumpang non-bus ditetapkan berdasarkan faktor muat dan daya tampung serta mempertimbangkan kenyamanan dan pelayanan
angkutan tersebut. Kawasan potensial atau rawan polusi sangat ditentukan juga tingginya emisi gas buang sebagai efek perilaku pengemudi yang tidak beraturan
di jalan yang berpotensi meningkatkan polusi. Salah satu penyebabnya adalah sistem tarif atau sistem setoran berdasarkan target dari pengemudi kepada
pengusaha. Rencana pengembangan pelayanan yang memperhatikan jenis kendaraan alternatif maupun jenis bahan bakar alternatif dengan tarif yang
terjangkau di masa yang akan datang. Sistem pentarifan juga berpengaruh terhadap pemodelan dan pemilihan
rute optimal dimana tarif dan radius pelayanan akan dipengaruhi oleh rute optimal dan arahan struktur ruang kota serta pola pergerakan penduduk untuk
berbagai maksud perjalanan. Tarif menjadi salah satu hambatan jika tidak terjangkau baik karena seringnya berpindah kendaraan untuk satu tujuan
maupun karena keterbatasan daerah layanan pada wilayah terluar kota. Fungsi operasional pada aspek ekonomi yang berkaitan dengan efisiensi
penggunaan angkutan umum penumpang non-bus harus disesuaikan dengan kondisi riil pengusaha serta kemampuan masyarakat.
Preferensi pengguna angkutan kota yang mendambakan penyediaan sarana angkutan yang lebih baik
dan nyaman serta terjangkau adalah menunjang kebijakan transportasi makro dengan upaya penggunaan angkutan umum dibandingkan kendaraan pribadi.
9.3. Penilaian dan Penataan Kawasan Rawan Polusi