V. ANALISIS BESARAN SISTEM PENTARIFAN
6.1. Produksi Pergerakan Penduduk
Produksi pergerakan penduduk dapat dianalisis berdasarkan besarnya biaya pokok dan biaya produksi dalam menghasilkan satu satuan unit produksi
jasa angkutan dengan atau tanpa fasilitas tambahan, dimana faktor muat load factor atau daya tampungkapasitas kendaraan sepanjang trayeklintasan
diketahui dan pendapatan marginal yang dapat menutupi biaya operasi. Perhitungan produksi pergerakan dapat dilakukan dengan analisis: produksi km,
produksi rit, produksi penumpang orang, dan produksi penumpang km seat-km. Berdasarkan prinsip dan kriteria perhitungan produksi pergerakan
penduduk terhadap pelayanan angkutan umum penumpang di Kota Makassar, maka analisis yang dilakukan adalah analisis produksi penumpang orang atau
penumpang yang diangkut di Kota Makassar pada umumnya dan lokasi penelitian pada khususnya mempertimbangkan: 1 banyaknya penumpang yang
diangkut sepanjang satu lintasan sekali jalan dan 2 daya tampung kendaraan tempat duduk. Berdasarkan persamaan pada Sub bab 3.6.3., maka dapat
dianalisis data survei primer di atas angkutan umum penumpang non-bus survey on board seperti pada Tabel 26.
Tabel 26. Perhitungan Faktor Muat TrayekRute di Lokasi Penelitian
No. Trayek Rute
HariJam Survei Produksi Pergerakan AUPNB
Ket. Jumlah
Penumpang Daya
Tampung Faktor Muat
1 D
Kamis7.00-9.00 20
11 182
Tinggi 2
E Kamis 7.20-8.35
21 11
191 Tinggi
3 G
Kamis 7.00-9.00 3
11 27
Rendah 4
Makassar-Maros Kamis 8.00-9.20
8 11
73 Sedang
5 Makassar-Gowa
Kamis 6.00-9.10 31
11 282
Tertinggi
Jumlah 8.05
83 55
755 Rata-rata
2,01 17
11 151
Sumber: Survei Data Primer 2006 Ket.: Jumlah penumpang jumlah yang diangkut satu kali jalan dalam satu lintasan
Daya tampung jumlah kursi standar kendaraan
Hasil analisis produksi pergerakan atau faktor muat load factor angkutan umum penumpang non-bus yang berdaya tampung 11 penumpang pada 5 trayek
di lokasi penelitian pada hari Kamis selama rata-rata 2.01 jam adalah bernilai rata-rata 151 persen sebagai faktor muat load factor dari rata-rata jumlah
penumpang terbanyak sebesar 17 penumpang. Berdasarkan masing-masing trayek dihasilkan faktor muat trayek terbesar adalah Makassar-Gowa antar kota
sebesar 282 persen atau tertinggi yang merupakan kondisi yang sangat penuh
103 atau bertumpuk crush capacity dan E antar kawasan dalam kota sebesar 191
persen atau tinggi, sedangkan faktor muat trayek terkecil adalah Makassar- Maros antar kota sebesar 73 persen sedang dan G antar kawasan dalam
kota sebesar 27 persen rendah. Produksi pergerakan pada lima trayek dapat dilihat pada Gambar
21.
50 100
150 200
250 300
D E
G Makassar-Maros
Makassar-Gowa
Trayek
Faktor Muat
Faktor Muat Daya Tampung
Jumlah Penumpang
Gambar 21. Produksi Pergerakan PendudukPenumpang Lokasi Penelitian Produksi pergerakan merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan
kapasitas tersedia dari jasa layanan angkutan umum penumpang non-bus, dinyatakan dalam persentase dan umumnya untuk perhitungan tarif adalah 70.
Oleh karena itu, faktor muat kelima trayek di atas teridentifikasi bahwa Trayek Makassar Maros antar kota sebagai standar normal yang mendekati 70
walaupun untuk trayek antar kawasan dalam kota sudah melebihi faktor muat untuk Trayek D dan E sedangkan Trayek G sangat rendah atau dibawah standar.
6.2. Pembiayaan Operasi Angkutan Umum Penumpang Non-Bus