32
Gambar 5. Lokasi Penelitian terhadap TrayekRute AUP Kota Makassar Waktu penelitian selama sebelas bulan dimulai pada Bulan Juni 2006
sampai dengan April 2007 meliputi persiapan penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan draft disertasi termasuk pelaksanaan sidang
komisi, kolokium, seminar, dan perbaikan serta persiapan ujian tertutup disertasi.
3.3. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta rupa bumi Kota Makassar dan peta Ikonos Kota Makassar dan Kawasan Metropolitan
Mamminasata. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah masing-masing 1 unit alat uji emisi AVL Emission Tester Series 4000, counter dan seperangkat
komputer dan perlengkapannya serta software untuk analisis yaitu: SPSS for Windows 11.0, Excel for Windows 2003, Expert Choice 2000, ArcView 3.3, dan
MapInfo Professional 6.0.
3.4. Jenis, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan tujuan pertama penelitian, yaitu menilai kinerja eksisting pola trayekrute angkutan umum penumpang non-bus pete-pete, maka jenis,
sumber, dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pelabuhan
Rekreasi Pergudangan
UNHAS
KI MA
Bandara
Trayek D Trayek E
Trayek G
Trayek DY- MRS Trayek MLKR -SGM S
Terminal A Terminal C
TP AUP
Survei Responden PETA TRAYEKRUTE AUPNB
Survei Volume Lalulint as Survei Uj i Emisi
2008
33 1 Kependudukan dalam bentuk angka per kecamatan bertujuan untuk
mengidentifikasi kawasan dengan potensi jumlah penduduk tinggi yang identik dengan permintaan pergerakan yang tinggi, sehingga penataan
trayek angkutan umum diusahakan sedekat mungkin menjangkau kawasan tersebut Ditjen Perhubungan Darat, 1996. Data sekunder berupa jumlah
penduduk dan luas wilayah berdasarkan kecamatan dan kelurahan tahun 2005 bersumber dari BPS.
2 Sosial ekonomi penduduk per kecamatan bertujuan untuk mengidentifikasi kawasan berdasarkan ketersediaan fasilitas sosial ekonomi yang dominan
sebagai pembangkit pergerakan penduduk kota yaitu fasilitas pendidikan sekolah dasar, kesehatan rumah sakit, dan perdagangan pasar
berdasarkan jumlah dan kualitas pelayanannya. Data sekunder berupa ketersediaan fasilitas sosial ekonomi berdasarkan kecamatan tahun 2005
bersumber dari BPS Kota Makassar. 3 Penggunaan lahan land use dalam bentuk angka yang bertujuan
mengidentifikasi kawasan prioritas dengan potensi permintaan lintasan angkutan yang tinggi dan tujuan bepergian, karena pelayanan angkutan
umum diusahakan menyediakan aksesibilitas yang baik. Data tersebut dibedakan berdasarkan tipe atau jenis penggunaan, kualitas, karakteristik,
kesesuaian, dan kemampuan secara rinci dan detil Sitorus, 2004 yang bersumber dari data sekunder berupa penggunaan lahan eksisting tahun
2005 dan RTRW kota periode 2005-2016 dari Bappeda Kota Makassar. 4 Kinerja transportasi angkutan umum penumpang non-bus berupa tingkat
pelayanan kecepatan, rasio vc, kecepatan, polusi, dan frekuensi, harga biaya lebih besar atau sama dengan Rp 2500 dan Rp 3500, kenyamanan
pelayanan tempat duduk, kebersihan dan suhu, kebisingan dan goncangan, dan polusi, dan waktu tunggu pertama, rumah ke tempat tunggu, tunggu
kedua, dan asal ke tujuan. Data tersebut bersumber dari data primer survei penduduk pengguna angkutan kota di tempat tinggal dan dalam perjalanan
di atas kendaraan on board trayek D, E, G, Maros dan Gowa pada tahun 2006.
5 Kinerja angkutan umum penumpang non-bus berdasarkan jarak rutetrayek, dan jumlah rit keberangkatan dan kepulangan berupa data: faktor muat load
factor, jumlah penumpang yang diangkut, waktu antara headway, waktu tunggu penumpang waiting time, kecepatan perjalanan travel speed,
34 sebab-sebab kelambatan, ketersediaan angkutan, dan tingkat konsumsi
bahan bakar Ditjen Perhubungan Darat, 1996. Data tersebut bersumber dari survei primer dalam perjalanan atau di atas kendaraan on board dari
sampel pengemudi di trayek D, E, G, Maros dan Gowa pada tahun 2006. 6 Prasarana dan sarana transportasi yang dibedakan berdasarkan persentase
kebutuhan dan ketersediaan, rencana dan riil, dan kondisi baik dan kondisi tidak baik dari prasarana yang dikondisikan idealstandar untuk pelayanan
bus, yaitu: tempat pemberhentian, halte, prioritas bus, sistem informasi, geometri jalan, kondisi jalan, kapasitas jalan, dan volume lalulintas.
Sedangkan sarana transportasi yaitu kendaraan angkutan umum penumpang perusahaan swasta dan pemerintah secara rinci dan detil
Edwards, 1992 untuk trayek Kota Makassar, Maros, dan Sungguminasa. Data tersebut bersumber dari survei data sekunder yaitu jaringan jalan
eksisting 2005 dan rencana 2010 dari Dinas PU Kota Makassar, sedangkan data prasarana lainnya dan jumlah angkutan umum penumpang
non-bus serta daftar ijin trayek angkutan kota tahun 2005-2006 dari Dinas Perhubungan Kota Makassar.
7 Kapasitas dan karakteristik jalan bertujuan mengidentifikasi kondisi lingkungan jalan yang dapat menampung jumlah kendaraan maksimum
yang dapat melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi arus lalulintas tertentu berdasarkan kapasitas ideal atau
kondisi lingkungan jalan perencanaan Ditjen Bina Marga, 1997. Data tersebut berasal dari data sekunder dan primer yaitu ruas jalan terpadat
pada trayekrute D, E, G, Daya-Maros, dan Malengkeri-Sungguminasa tahun 2006 dari Dinas PU Kota Makassar berdasarkan pengelompokan
sistem, fungsi, status, kelas, dan bagian-bagian jalan. 8 Volume lalulintas dalam bentuk angka bertujuan menilai tingkat pelayanan
jalan dan kondisi lalulintas yang dilalui trayekrute angkutan umum dibandingkan dengan kapasitas rencana jalan dan menggambarkan pola
pergerakan O-D origin-destination atau A-T asal-tujuan serta maksud perjalanan berdasarkan jenis kendaraan yang digunakan. Volume harus
lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas jalan dan tidak selalu tetap atau bervariasi serta tergantung pada interval yang digunakan musim atau bulan
dalam setahun, minggu dalam sebulan, hari dalam seminggu, dan jam dalam sehari secara rinci dan detil Ditjen Bina Marga, 1997. Data tersebut
35 dibedakan berdasarkan sumber data primer jumlah total volume harian jenis
kendaraan sedanjeep, kijang, mini bus, bus, pick-up, truk mini, truk tangki, truk gandeng, sepeda motor, angkutan kota atau pete-pete, sepeda, becak,
dan lainnya dalam satuan muatan penumpang SMP. Survei dilakukan di lima ruas jalan koridor utama yang dilalui trayek terpadat dan mewakili
pergerakan antar zona dalam kota dan antar kota sekitar Makassar yaitu: D,E,G, Malengkeri-Sungguminasa dan Daya-Maros pada jalan primer Urip
Sumohardjo, Perintis Kemerdekaan, dan Sultan Alauddin serta jalan sekunder Toddopuli dan Tinumbu. Survei dilakukan pada tahun 2006
selama 3 dua hari kerja terpadat dan hari libur yaitu Senin, Jumat, dan Minggu pada jam tersibuk pagi 06.30-08.00, siang 12.00-14.00, dan sore
16.00-17.00 pada waktu kondisi cuaca cerah dan tidak menganggu pergerakan penduduk.
Berdasarkan tujuan kedua penelitian, yaitu menganalisis besaran sistem pentarifan dan radius pelayanan angkutan umum penumpang non-bus pete-
pete, maka jenis, sumber, dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1 Tarif angkutan umum penumpang non-bus yaitu harga jasa angkutan yang berlaku umum, dimana merupakan salah satu masalah pokok yang selalu
dibahas dalam transportasi Manikam, 2003. Jenis dan sumber data sekunder dan primer berupa: jumlah penumpang satu trip, daya tampung
kapasitas, biaya langsung, biaya tak langsung, biaya umum, tarif, biaya operasi, faktor muat, tarif pokok, dan jarak rata-rata per trip tahun 2006. Data
diperoleh dari observasi dan survei lapangan dengan kuesioner sampel operatorpengusaha, sedangkan data sekunder daftar tarif per rutetrayek,
jumlah ijin rutetrayek, daftar rutetrayek, dan kondisi trayek angkutan umum penumpang non-bus tahun 2005 dari Dinas Perhubungan Kota Makassar.
2 Sosial ekonomi penduduk dan jaringan jalan dalam bentuk permintaan angkutan umum yang merupakan fungsi tingkat kesejahteraan penduduk
untuk analisis sistem pengembangan trayek angkutan umum kawasan tersebut. Data tersebut bersumber dari data sekunder dan primer yaitu:
jumlah penduduk, pola pergerakan penduduk, kepadatan penduduk, karakteristik jaringan jalan, dan daerah pelayanan tahun 2006 dari BPS dan
DPU Kota Makassar.
36 Berdasarkan tujuan ketiga penelitian, yaitu menilai kualitas udara ambien
kota dan tingkat emisi gas buang kendaraan serta menata kawasan koridor yang berpotensi polusi akibat angkutan umum penumpang non-bus, maka jenis,
sumber, dan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1 Pengukuran data primer tingkat emisi CO, NO, HC, SO
2
, Pb, dan CO
2
yang bertujuan mengidentifikasi rata-rata tingkat emisi kendaraan sampel di
kawasan penelitian: Jalan Ahmad Yani zona inti, Sultan Alauddin zona transisi dan Perintis Kemerdekaan zona pinggiran pada tahun 2006
bersama Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DLHK Kota Makassar dan PPLH Regional Sumapapua.
2 Data sekunder pengukuran kualitas udara ambien Kota Makassar periode 2001-2005 yang bertujuan mengidentifikasi kawasan rawan polusi dan
sumber utama pencemaran selama kurun waktu lima tahun berdasarkan penggunaan lahan sebagai lokasi pengamatan dari DLHK Kota Makassar.
3 Data penunjang dari stakeholders yang berpengalaman di bidang lingkungan dan transportasi yaitu Bappeda, DLHK, Dishub, DPU, Polwiltabes, pengguna
dan pengusaha angkutan melalui wawancara dan diskusi terpadu sebagai masukan dalam perumusan alternatif dan prioritas penataan kawasan yang
potensial atau rawan polusi terutama yang disebabkan oleh angkutan umum penumpang non-bus.
Berdasarkan tujuan keempat penelitian, yaitu merancang model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang non-bus berkelanjutan
yang terintegrasi dengan rencana tata ruang kota secara optimal dengan mengidentifikasi potensi ekonomi dasar dan alokasi spasial antar kawasan dalam
merumuskan pengelolaan transportasi secara terpadu interaksi tata ruang dan transportasi dan perumusan kebijakan prioritas terpilih. Data berdasarkan jenis,
sumber, dan teknik pengumpulan yang dilalukan adalah: jumlah total penduduk angkatan kerja, jumlah total sektor, service sector, basic sector, dan jarak antar
kecamatan kawasan dengan asumsi rata-rata di kawasan penelitian dalam bentuk angka dari BPS tahun 2005.
Selain itu, data spasial berupa peta dasar, administrasi, penggunaan lahan, jaringan jalan dan rute, kepadatan penduduk, garis perjalanan, struktur dan pola
ruang, dan kawasan rawan polusi serta jarak antar kawasan dan rute sampel dari Bappeda Kota Makassar tahun 2006. Data bagi perumusan kebijakan prioritas
terpilih berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tujuan satu, dua, dan tiga
37 yang telah dikelompokkan oleh pakar dalam aspek: sosial, ekonomi, lingkungan,
dan kelembagaan. Untuk menunjang pencapaian keempat tujuan di atas, maka dilakukan
survei wawancara untuk mengetahui kondisi faktual dan preferensi berbagai pihak terhadap tujuan sistem pengelolaan angkutan umum penumpang non-bus
pete-pete berkelanjutan dan terkait dengan perkembangan kota. Wawancara tersebut ditujukan pada pakar expert bidang transportasi yang berkaitan
dengan ekonomi-transportasi, sosial-transportasi, dan lingkungan-transportasi berdasarkan hasil sintesis tujuan pertama, kedua, dan ketiga dalam perumusan
kebijakan prioritas aspek perencanaan, manajemen, dan operasional. Teknik sampling untuk survei data primer digunakan proportionate stratified
random sampling untuk mewakili keseluruhan kawasan di Kota Makassar yaitu: kawasan pusat yang terpadat Kecamatan Ujungpandang, kawasan transisi
yang sedang Kecamatan Panakkukang, dan kawasan pinggiran yang rendah Kecamatan Biringkanaya. Ketiga kawasan yang terpilih secara proporsinal
tersebut berdasarkan tingkat kepadatan penduduk dan kepadatan kawasan terbangun. Selain itu, lokasi survei terpilih untuk penumpang, pengemudi,
pengusaha angkutan, dan perhitungan volume lalulintas rutetrayek angkutan kota adalah lokasi yang terpadat karena tumpang tindih di kawasan tersebut.
Survei data primer dengan kuesioner dilaksanakan dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan jenis pekerjaan pengguna dan jumlah
responden pengguna ditentukan berdasarkan pertimbangan tertentu sebanyak 180 rumah tangga populasi sampel tiga kawasan yang mewakili populasi
sasaran secara prosentase pelaku perjalanan Pemerintah Kota Makassar, 2005a yaitu: 43 siswa 24, 40 anak-anak 22, 40 ibu rumah tangga 22,
18 pegawai 10, 18 buruh 10, 12 mahasiswa 7, dan lainnya 9 5. Tahapan penentuan populasi sampel pengguna angkutan umum penumpang
non-bus dalam bentuk kerangka sampel penelitian dapat dilihat pada Gambar 6. Proporsi tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan jumlah rumah
tangga RT di tiga kawasan yaitu kawasan pusat 5525 RT, transisi 22184, dan pinngiran 25205 RT dengan populasi sasaran sebesar 10 dari jumlah
penduduk yang potensial melakukan perjalanan. Kelompok populasi sasaran tersebut adalah berumur antara 5 sampai 45 tahun di tiga kawasan sebesar
47; pelaku perjalanan antar kawasan di kawasan pusat sebesar 10, transisi sebesar 20, dan pinngiran sebesar 30; dan penduduk yang menggunakan
38 angkutan umum penumpang non-bus pete-pete diasumsikan di kawasan pusat
sebesar 15, transisi sebesar 25, dan pinggiran sebesar 35.
Gambar 6. Kerangka Sampel Penelitian Proporsi di atas juga mempertimbangkan jumlah penduduk minimal rumah
tangga dengan koefisien konfidensi Z1a sebesar 0.05 atau 1.96 tabel distribusi normal dengan luas daerah 95 0.05 yaitu masing-masing 0.4650
dan 0.4951 dari sampel minimal yang ditetapkan Arikunto,1993; Baro, 2002. Responden lainnya yang bertindak sebagai informan dan expert yang
terkait dengan aspek kebijakan ditentukan sebanyak 41 responden berdasarkan
peran masing-masing yaitu: 25 responden pengemudi angkutan kota yang mewakili 5 trayek dan bersifat tetap; 5 responden pengusaha angkutan atau 5
perusahaan; 7 responden instansi terkait adalah Bappeda, DLHK, Dinas PU, Polantas, Dishub Kota Makassar dan Dishub Kabupaten Maros dan Gowa; 1
responden pemerhati transportasi MTIMasyarakat Transportasi Indonesia; dan 3 responden expert transportasi bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.
3.5. Tahapan Penelitian