61 Tabel 8. Penggunaan Lahan Fisik Alami dan Buatan Kota Makassar 2005
No. Penggunaan Lahan
Luas Ha Persentase
terhadap Luas Kota
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
Bangunan dan Pekarangan Tegal Kebun Ladang Huma
Sawah Lainnya
Pengembalaan Padang Rumput Lahan yang Belum Diusahakan
Lahan Tanaman Kayu-kayuan Perkebunan
Rawa-rawa yang tidak ditanami Tambak
Kolam Tebat Empang 7040
1257 2955
4645
9 194
- -
116 1360
1 40.05
7.15 16.81
26.43 0.05
1.10 -
- 0.66
7.74 0.0
JUMLAH 17577
100.00 Sumber: BPS Kota Makassar 2006
4.2. Sistem Transportasi dan Angkutan Umum Kota Makassar
Sistem transportasi Kota Makassar pada dasarnya terdiri dari moda darat, air, dan udara. Secara khusus transportasi kota yang masih didominasi moda
darat termasuk angkutan umum dapat ditinjau berdasarkan data dan informasi sebagai berikut: volume lalulintas, kapasitas dan karakterisik jalan, prasarana
dan sarana transportasi, tingkat emisi kendaraan dan kualitas udara ambien kota, dan tingkat kecelakaan, pelanggaran, dan kemacetan.
4.2.1.Volume Lalulintas
Hubungan antar kawasan dalam kota maupun dengan wilayah sekitarnya hinterland melalui jaringan jalan raya yang menggunakan kendaraan pribadi
maupun angkutan umum kota, seperti: angkutan kota pete-pete, becak dan ojek. Kawasan kegiatan kota yang terkonsentrasi sebagian besar pada zona
pusat, sedangkan kawasan permukiman terkonsentrasi di zona transisi dan pinggiran yang menyebabkan pergerakan penduduk harian antar zona tersebut
cenderung meningkat dan menimbulkan kepadatan serta kesemrawutan di jalan raya dalam dimensi waktu dan ruang kota.
Pada saat ini atau dalam kurun waktu sembilan tahun sebelumnya yaitu pada periode 1998-2005 diperkirakan pergerakan penduduk telah meningkat
mencapai 5000 trip per hari dengan kecenderungan mencapai 20 pada jam puncak yaitu pada pagi hari yang seiring dengan pertambahan penduduk
Pemerintah Kota Makassar, 2005a.
62 Tingkat pelayanan jalan utama Kota Makassar berdasarkan fungsi jalan,
maka rasio volume per kapasitas jalan utama dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rasio VC Ruas Jalan Utama Kota Makassar Tahun 2005
No. Ruas Jalan
Fungsi Jalan
Volume Lalulintas
Kapasitas VC
Ratio 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
Perintis Kemerdekaan Gunung Bawakaraeng
Sultan Alauddin Sungai Saddang
Penghibur Jenderal Ahmad Yani
Riburane Jenderal Sudirman
Dr. Ratulangi Masjid Raya
Sultan Hasanuddin Primer
Primer Primer
Sekunder Sekunder
Primer Primer
Primer Primer
Sekunder Sekunder
1489 1654
1142 2013
1357 1442
1450 1032
1120
965 912
2561 2561
2561 2561
2546 2546
2546 2561
2561 2561
2561 0.58
0.64 0.45
0.78 0.53
0.56 0.56
0.40 0.43
0.38
0.36 Rata-rata sebagian besar
Primer 1325
2557 0.52
Sumber: Pemerintah Kota Makassar 2005a Perkembangan jumlah kendaraan pribadi dan umum selama tiga tahun
2002-2004 meningkat dari 301465 unit menjadi 553035 unit, sedangkan pertambahan prasarana jalan hanya 1.4 dengan kondisi jalan yang baik 80,
sedang 10, dan rusak 7. Hal tersebut berdampak pada penurunan tingkat pelayanan jalan utama kota dengan rasio vc menjadi 0.36 hingga 0.78 atau
pada kondisi tertentu sudah mengalami tundaan, kesemrawutan, dan kemacetan. Sedangkan secara umum rata-rata rasio vc jalan utama kota
berkisar 0.52 atau aliran arus lalulintas masih baik dan stabil walaupun kemungkinan terjadi tundaan juga masih memungkinkan terjadi terutama pada
jam-jam puncak.
4.2.2.Kapasitas dan Karakteristik Jalan
Pergerakan penduduk Kota Makassar antar lokasi dengan tujuan tertinggi adalah perkantoran, pasar dan sekolah, dimana sebagian besar lokasi setiap
asal-tujuan bervariasi sebaran dan jarak pencapaiannya Mansyur, 1998. Hal tersebut menjadikan peran transportasi pada umumnya dan angkutan umum
pada khususnya menjadi besar dan sangat penting. Kapasitas dan karakteristik jalan utama pada umumnya di Kota Makassar
sangat dipengaruhi oleh struktur ruang kota dan pola penggunaan lahan, dimana kecepatan rata-rata jalan utama yang terletak di pusat kota Central Business
District atau CBD cenderung lebih rendah atau lambat dibanding yang terletak di
63 pinggiran kota sub-urban. Oleh karena itu, karakteristik jalan berdasarkan
fungsi jalan primer dan sekunder juga sangat tergantung pada lokasi jalan tersebut berada.
Berdasarkan kapasitas dan karakteristik jalan utama Kota Makassar khususnya fungsi jalan, maka kecepatan rata-rata jalan tersebut secara umum
34.06 kmjam yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kapasitas dan Karakteristik Jalan Utama Kota Makassar 2005
No. Ruas Jalan
Fungsi Jalan
Volume Lalulintas
Kapasitas Rencana
Kecepatan Rata-rata
kmjam 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. 11.
Perintis Kemerdekaan Gunung Bawakaraeng
Sultan Alauddin Sungai Saddang
Penghibur Jenderal Ahmad Yani
Riburane Jenderal Sudirman
Dr. Ratulangi Masjid Raya
Sultan Hasanuddin Primer
Primer Primer
Sekunder Sekunder
Primer Primer
Primer Primer
Sekunder Sekunder
1489 1654
1142 2013
1357 1442
1450 1032
1120
965 912
2561 2561
2561 2561
2546 2546
2546 2561
2561 2561
2561 40.24
30.56 35.12
25,35 30.12
25.52 30.22
40.44 40.56
35.78 40.78
Rata-rata Primer
1325 2557
34.06 Sumber: Pemerintah Kota Makassar 2005a
4.2.3.Prasarana dan Sarana Transportasi
Prasarana transportasi Kota Makassar berupa jalan raya merupakan prasarana yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Panjang
jalan pada tahun 2005 tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun 2004 yaitu sepanjang 1593.46 kilometer. Kondisi jalan yang baik pada tahun 2005
mengalami penurunan sebesar 5.76 atau berakibat pada kondisi jalan yang rusak dengan rincian rusak berat mengalami kenaikan sebesar 12.52.
Panjang jalan berdasarkan keadaannya dapat dikategorikan menurut jenis permukaannya yaitu jalan aspal, krikil, tanah, dan lainnya serta berdasarkan
kondisinya adalah baik, sedang, rusak, dan rusak berat. Berdasarkan status jalan dapat dikelompokkan dalam jalan nasional, provinsi, dan kota.
Untuk lebih jelasnya panjang jalan di Kota Makassar tahun 2005 yang didominasi jalan nasional dan kota berdasarkan keadaannya dapat dilihat pada
Tabel 11.
64 Tabel 11. Panjang Jalan Kota Makassar 2005
No. Keadaan Jalan
Status Jalan Jalan Nasional
km Jalan Provinsi
km Jalan Kota
km I.
1. 2.
3. 4.
JENIS PERMUKAAN Aspal
Kerikil Tanah
Lainnya 45.29
- -
- -
- -
- 650.16
140.00 83.81
674.19 JUMLAH I
45.29 -
1548.17 II.
1. 2.
3. 4.
KONDISI JALAN Baik
Sedang Rusak
Rusak Berat 33.97
11.32 -
- -
- -
- 1179.37
203.92 149.69
15.19 JUMLAH II
45.29 -
1548.17 Sumber:
Pemerintah Kota Makassar 2005a Prasarana jalan yang memiliki trotoar terbangun sepanjang 17.72 km untuk
jalan nasional dan 98 km untuk jalan kota atau telah terbangun sepanjang 125.72 km dengan lebar rata-rata 1.5 m untuk jalan nasional dan jalan kota, sedangkan
kebutuhan trotoar rata-rata adalah 7886 km dengan perincian 7386 km jalan nasional dan 500 km jalan kota. Selain itu, kondisi trotoar dengan tinggi rata-rata
30 cm untuk jalan nasional adalah 1.7 km 9.08 dalam kondisi baik, 3.4 km 18.16 kondisi sedang, dan 12.62 km 72.76 dalam kondisi rusak,
sedangkan untuk jalan kota adalah 8.8 km 8.98 dalam kondisi baik, 18.6 km 18.98 kondisi sedang, dan 70.60 km 72.01 dalam kondisi rusak BPS Kota
Makassar, 2006. Fasilitas perlengkapan jalan dalam kota seperti rambu lalulintas yang
dibutuhkan mencapai 3754 buah, sedangkan yang telah terpasang sekitar 2854 buah dengan kondisi baik 2306 buah dan rusak 539 buah. Sistem perambuan
menurut jenisnya terdiri dari: 567 peringatan, 1146 larangan, 614 perintah, dan 527 petunjuk yang tersebar di sepanjang jalan nasional dan kota. Fasilitas jalan
lainnya adalah marka jalan yang telah dilengkapi sekitar 73 km dan masih dibutuhkan sekitar 195.412 km, karena kondisinya juga sangat bervariasi
Pemerintah Kota Makassar, 2005a. Lampu penerangan jalan masih dibutuhkan di sekitar 6015 titik lampu dan
telah terpasang 4650 titik lampu dimana 4460 titik lampu telah berfungsi dan tersisa sekitar 190 titik yang belum berfungsi. Fasilitas pejalan kaki dan
penyeberangan berupa zebra cross yang dibutuhkan 415 buah dan yang terpasang 285 buah dan telah berfungsi, sedangkan jembatan penyeberangan
65 dibutuhkan 8 buah dan yang terpasang 4 buah dan telah berfungsi Pemerintah
Kota Makassar, 2005a. Untuk menunjang kelancaran dan pengaturan lalulintas jalan raya, maka
ketersediaan Alat Pemberi Isyarat Lalulintas APILL dalam kota adalah berdasarkan lokasinya terdiri dari: simpang 4 atau lebih dibutuhkan 50 buah dan
telah terpasang dan berfungsi 39 buah, simpang 3 dibutuhkan 8 buah dan telah terpasang dan berfungsi 2 buah, penyeberangan jalan dibutuhkan 5 buah dan
telah terpasang dan berfungsi 1 buah, ruas jalan berupa lampu hati-hatikuning dibutuhkan 8 buah dan telah terpasang 4 dan yang berfungsi 3 buah Pemerintah
Kota Makassar, 2005a. Prasarana transportasi lainnya adalah terminal angkutan umum
penumpang tipe A regional Daya dengan luas 120000 meter persegi pada tahun 2003, tipe C Panakkukang dengan luas 20000 meter persegi pada tahun
1994, dan tipe B Tamalate dengan luas 30000 meter persegi pada tahun 1995; tempat perhentian angkutan umum penumpang tanpa bangunan dibutuhkan 161
buah dan telah terpasang 121 buah serta dengan bangunan shelterhalte bus dibutuhkan 93 buah dan telah dibangun 70 buah; dan ruang parkir sebesar 4232
satuan ruang parkir Pemerintah Kota Makassar, 2005a. Usaha pembangunan yang makin meningkat menuntut adanya sarana
transportasi yang memadai untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke daerah. Sarana transportasi Kota Makassar berupa
angkutan umum penumpang dan angkutan pribadi mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir 2002-2004 sebesar 251570 unit yaitu sebanyak
301465 unit pada tahun 2002 menjadi 553035 unit pada tahun 2004 Pemerintah Kota Makassar,2005a.
Sarana angkutan umum penumpang non bus pete-pete Kota Makassar yang berkapasitas 11 penumpang luas 3.6 m
2
pada saat ini mencapai jumlah 4550 unit yang terdaftar dibanding tahun 1997 lalu yang hanya mencapai 1900
unit. Angkutan tersebut melayani sebagian besar pergerakan penduduk kota dan sekitarnya pada 24 trayek tetap dengan rata-rata 5-8 rit per hari dengan jam
operasional antara 06.00-22.00 setiap harinya Pemerintah Kota Makassar, 2005a.
Untuk lebih jelasnya pertambahan sarana angkutan berdasarkan berbagai jenis kendaraan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.
66 Tabel 12.
Sarana Angkutan Kendaraan Kota Makassar 2002-2004 No.
Jenis Kendaraan Tahun
2002 unit 2003 unit
2004 unit 1.
2. 3.
4.
5. 6.
7. Sepeda Motor
Mobil Penumpang Mobil Barang
Mobil Bus § Umum
Bus Besar Bus Sedang
Bus Kecil § Bukan Umum
Kendaraan Khusus Mobil Penumpang Umum
Kendaraan Roda Tiga 203601
19578 19105
674 16426
12536 306
103 13136
16000 316864
20281 20212
761 16648
12704 346
164 13286
16000 449947
21009 21383
859 16873
12874 391
261 13438
16000 JUMLAH
301465 417266
553035 Sumber: BPS Kota Makassar 2006
Pola pelayanan angkutan umum kota yang mengikuti pola penyebaran aktifitas dan penggunaan lahan kota secara radial menyebabkan beberapa ruas
jalan yang dilalui trayek angkutan tersebut akan saling tumpang tindih dan padat lalulintas yang cenderung menjadikan trayek gemuk.
4.2.4.Tingkat Emisi Kendaraan dan Kualitas Udara Ambien Kota
Komponen lingkungan yang paling rentan terhadap dampak berbagai aktivitas perkotaan adalah kualitas udara, karena penurunan kualitas udara
ambien akan berdampak negatif sebagai akibat dari pembakaran berbagai jenis benda dan bahan bakar. Salah satu sumber yang dapat menurunkan kualitas
udara adalah dari sumber bergerak atau kendaraan bermotor disamping yang berasal dari berbagai jenis industri.
Kondisi kualitas udara ambien Kota Makassar dalam kurun waktu 5 tahun 2000-2005 teridentifikasi berdasarkan pemantauan yang menggunakan
parameter CO Karbon Monoksida, NO
2
Nitrogen Dioksida, O
3
Oksidan, SO
2
Sulfur Dioksida, Debu TSP, dan Pb Timbal. Pemantauan tersebut dilakukan di lokasi: 1 Lapangan Karebosi, 2 Depan Stadion Mattoangin, 3 Panakkukang
Permukiman, 4 Jl.Urip Sumohardjo km.4, 5 Pasar Pannampu, 6 KIMA, 7 Depan PT. Berdikari pelabuhan, dan 8 Depan Pasar Sentral selama 5
sampai 6 hari. Pemantauan tersebut dilakukan dengan mengunakan metode yang berbeda-beda untuk setiap parameter, seperti Metode Beta Gauge Monitor,
UV Photometer, UV Fluorescent, IR Corelation Carbon, Chemiluminescent, dan Atomisasi Spektropotometer Serapan Atom.
67 Untuk lebih jelasnya hasil pemantauan kualitas udara ambien Kota
Makassar selama kurun waktu 5 tahun tersebut dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13.
Hasil Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kota Makassar 2000-2005 LOKASI dengan Parameter CO
Karbon Monoksida TAHUN
2001 2002
2003 2004
2005
1. Lapangan Karebosi 1371.27
1646 -
- 2. Depan Stadion Mattoangin
3709 2045.67
2356 -
- 3. Permukiman Panakkukang
4382 1832.11
2617 -
- 4. Jl. Urip Sumohardjo Km.4
3147 2742.55
4457 -
- 5. Pasar Pannampu
4496 2068.15
2629 -
- 6. Kawasan Industri Makassar KIMA
3372 1270.11
2823 -
- 7. Depan PT. Berdikari
- -
- -
- 8. Depan Pasar Sentral
- -
- -
LOKASI dengan Parameter NO
2
Nitrogen Dioksida
1.Lapangan Karebosi 36.9
34.66 34.66
34.94 -
2.Depan Stadion Mattoangin 44.3
18.1 18.1
4.08 -
3.Permukiman Panakkukang 38.8
12.36 12.36
81.53 -
4.Jl. Urip Sumohardjo Km.4 38.8
26.71 26.71
34.94 -
5.Pasar Pannampu 27.2
14.57 45.7
- -
6.Kawasan Industri Makassar KIMA 18.5
10.37 10.37
68.33 -
7.Depan PT. Berdikari -
- -
93.17 -
8.Depan Pasar Sentral -
- -
68.33 -
LOKASI dengan Parameter O
3
Oksidan
1.Lapangan Karebosi 40.85
40.27 40.27
83.47 20.67
2.Depan Stadion Mattoangin 26.98
59.92 59.92
55.71 20.67
3.Permukiman Panakkukang 36.61
89.98 89.98
- -
4.Jl. Urip Sumohardjo Km.4 46.24
69.75 69.75
63.09 25.6
5.Pasar Pannampu 17.34
36.99 36.99
- 25.93
6.Kawasan Industri Makassar KIMA 23.12
40.84 40.84
68.33 18.67
7.Depan PT. Berdikari -
- -
55.13 -
8.Depan Pasar Sentral -
- -
105.6 25.93
LOKASI dengan Parameter SO
2
Sulfur Dioksida
1.Lapangan Karebosi 7.71
123.5 113.9
120.84 262.27
2.Depan Stadion Mattoangin 15.4
23.2 23.2
125.73 237.34
3.Permukiman Panakkukang 5.14
134.4 209.2
116.27 -
4.Jl. Urip Sumohardjo Km.4 30.8
281.7 42.3
107.65 322
5.Pasar Pannampu 15.4
170.4 87
- -
6.Kawasan Industri Makassar KIMA 2.57
10.8 8.6
98.76 224
7.Depan PT. Berdikari -
- -
112.43 -
8.Depan Pasar Sentral -
- -
129.52 189.34
LOKASI dengan Parameter Debu TSP
1.Lapangan Karebosi 92.6
609 609
329.02 223.93
2.Depan Stadion Mattoangin 116
227 227
228.27 204.71
3.Permukiman Panakkukang 195
401 338
322.31 -
4.Jl. Urip Sumohardjo Km.4 248
627 627
313.38 180.68
5.Pasar Pannampu 201
549 549
- -
6.Kawasan Industri Makassar KIMA 109
241 241
231 215.53
7.Depan PT. Berdikari -
- -
356.71 -
8.Depan Pasar Sentral -
- -
467.49 347.92
LOKASI dengan Parameter Pb Timbal
1.Lapangan Karebosi -
1.36 -
1.11 0.142
2.Depan Stadion Mattoangin -
0.69 -
1.37 0.58
3.Permukiman Panakkukang -
0.76 -
1.78 -
4.Jl. Urip Sumohardjo Km.4 -
1.61 -
2.15 0.82
5.Pasar Pannampu -
1.05 -
2.21 -
6.Kawasan Industri Makassar KIMA -
0.36 -
1.62 0.22
7.Depan PT. Berdikari -
- -
1.05 -
8.Depan Pasar Sentral -
- -
- -
Sumber: Bapedalda dan DLHK Kota Makassar 2001-2005
68 Tingkat emisi kendaraan Kota Makassar dalam kurun waktu 5 tahun 2000-
2006 teridentifikasi berdasarkan pemantauan melalui uji emisi gas buang untuk berbagai jenis kendaraan bermotor berbahan bakar bensin dan solar selama 3-4
hari, maka hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14.
Hasil Uji Petik Emisi Kendaraan Bermotor Kota Makassar 2000-2006
LOKASI dengan Parameter CO untuk HC Bensin dan
Bosch dan Opasity Solar
TAHUN 2000
2001 2003
2005 2006
1. Jl. Urip Sumohardjo Depan UMI
30.22 MABE
69.78 LABE
- -
- -
2. Jl. Dr. Sutami Pertigaan PKM 30.22
MABE 69.78
LABE -
- -
- 3. Jl. Sultan Alauddin Depan
TOSERBA -
38.67 MABE
61.37 LABE
- -
52.20 MABE
47.80 LABE
4. Jl. Urip Sumohardjo Bengkel BOSOWA
- 38.67
MABE 61.37
LABE -
72.12 MABE
27.88 LABE
- 5. Jl. G.Latimodjong Bengkel
SUZUKI -
38.67 MABE
61.37 LABE
- 72.12
MABE 27.88
LABE -
6. Jl. Urip Sumohardjo Bengkel TOYOTA
- -
- 72.12
MABE 27.88
LABE -
7. Jl. Ahmad Yani Balaikota Makassar
- -
- -
38.01 MABE
51.99 LABE
8. Jl. Perintis Kemerdekaan KLH Regional Sumapapua
- -
- -
38.01 MABE
51.99 LABE
Sumber: Bapedalda dan DLHK Kota Makassar dan Balai Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah III Makassar 2000-2005 dan Survei Primer Uji Emis2006
MABE = memenuhi ambang batas emisi baik LABE = melampauimelewati ambang batas emisi buruk
Berdasarkan hasil uji petik emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut untuk berbagai jenis kendaraan, maka dapat disimpulkan bahwa selama kurun
waktu 5 tahun terjadi kondisi bahwa sebagian besar kendaraan melampaui ambang batas emisi yang telah ditetapkan terutama yang menggunakan bahan
bakar solar dibanding bensin, kecuali pada tahun 2005 dan dilakukan di bengkel resmi berbagai jenis kendaraan.
Selain itu, dari berbagai uji emisi tersebut dapat juga disimpulkan bahwa angkutan umum penumpang angkutan kota dalam jumlah terbesar yang
melampaui ambang batas emisi, kemudian kendaraan pribadi, dan kendaran
69 dinas. Beberapa indikasi dari hasil tersebut disebabkan oleh umur kendaraan
dan pemeliharaan kendaraan serta bahan bakar yang digunakan. Secara umum tingkat polusi udara di sebagian besar wilayah Kota
Makassar sudah mencapai ambang batas, dimana secara keseluruhan sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar yaitu sekitar 60-70, khususnya
angkutan umum penumpang yang ditandai dengan tingginya kandungan kadar timbal pada anak-anak hingga 60 mikrogramdesiliter Lembaga Penelitian ITB-
KPBB-YHL UMI, 2006. Kondisi dan permasalahan tersebut diakibatkan oleh semakin banyaknya
sarana kendaraan dan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau serta tidak diimbangi dengan pemanfaatan angkutan umum penumpang dalam jumlah yang
cukup besar. Berdasarkan standar WHO World Health Organization bahwa untuk setiap kota harus memiliki kawasan hijau sembilan meter persegi per
penduduk, maka Kota Makassar masih di kategorikan berada di bawah standar akan pemenuhan kawasan hijaunya.
Berdasarkan hasil penelitian JICA Japan International Cooperation Agency mengidentifikasi bahwa Kota Makassar sejak dua dasawarsa lalu hanya
memiliki kawasan hijau seluas tiga meter persegi per penduduk dengan kata lain sangat kekurangan kawasan hijau Departemen PU-MMDCB-JICA, 2005a.
Untuk skala kota, maka kawasan hijau Kota Makassar pada saat ini di bawah lima persen dari luas lahan keseluruhan yang berarti sangat kecil dan menjadi
salah satu penyebab semakin tingginya tingkat polusi yang juga berdampak pada pemanasan global sebagai bagian dari efek rumah kaca green house effect
pada saat ini dan masa depan .
4.2.5.Tingkat Kecelakaan, Pelanggaran, dan Kemacetan
Berdasarkan data dari Polisi Lalulintas dan Dinas Perhubungan Kota Makassar tahun 2005 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah kecelakaan
dan korban serta pelanggaran lalulintas. Khusus angkutan umum penumpang menurun dari 28 mobil menjadi 8 mobil sedangkan pelanggaran lalulintas dalam
bentuk tindakan langsung tilang secara keseluruhan menurun dari 3059 menjadi 1799 pelanggaran pada tahun 2002-2004 BPS Kota Makassar, 2006.
Walaupun demikian berbagai dampak akibat penataan atau pola pelayanan angkutan umum kota tetap menjadi kekuatiran dan harus ditangani terpadu.
70 Berdasarkan data Direktorat Satuan Lalulintas Polda Sulawesi Selatan
tahun 2005 telah terjadi kecelakaan sebanyak 1021 kasus dan menelan korban jiwa 829 jiwa meninggal, 425 jiwa luka berat dengan taksiran kerugian dalam
rupiah mencapai 2.5 MiliyarBPS Kota Makassar,2006. Sedangkan pelanggaran lalulintas berdasarkan kelompok sosial masyarakat telah terjadi sebanyak 25844
kasus pada tahun 2005 atau menurun sebesar 45 persen dibanding tahun 2004 yaitu 46662 kasus.
Pelaku pelanggaran lalulintas tersebut secara berturut-turut dari yang terbesar adalah: pegawai swasta, sopir, mahasiswasiswa, pedagang,
pengangguran, PNS, dan petaninelayan. Lokasi rawan kecelakaan di Kota Makassar terdapat 20 titik, lokasi rawan pelanggaran terdapat 14 titik, dan lokasi
rawan kemacetan lalulintas terdapat 6 titik BPS Kota Makassar, 2006.
4.3. Kebijakan Tata Ruang Kota Makassar dan Kawasan Metropolitan Mamminasata