Model Rute Pilihan dan Penataan Kawasan

143 ke zona pusat. Beberapa catatan dalam proses bekerjanya model tersebut, juga diharapkan dapat dilakukan dengan perlakuan berbagai aspek kajian yang dapat dilakukan simulasi serta memungkinkan hasil prediksi dan kondisi faktual serta lebih relevan. Kesuksesan dalam memprediksi tingkat dan distribusi pekerja dapat lebih baik bila dibandingkan dengan distribusi penduduk disamping persoalan yang kompleks dan pola perilaku perekonomian penduduk sosio-ekonomi kultural dan maksud perjalanan antar kawasan dan antar kota serta ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang sudah baik di negara maju berbeda dengan negara sedang berkembang sehingga diperlukan penyesuaian yang lebih rinci. Untuk masa depan, dibutuhkan ketelitian dalam memasukkan aspek lain dalam simulasi atau iterasi lainnya untuk menghindari kesimpulan yang kurang bermakna sebagai bagian integral dalam perumusan kebijakan yang terintegrasi antara sistem transportasi dan tata ruang di Kota Makassar.

8.2. Model Rute Pilihan dan Penataan Kawasan

Model rute pilihan dan penataan kawasan yang dibangun berdasarkan seleksi jalur optimal optimal path selection dikenal pula sebagai jarak terpendek shortest-path antar ketiga zona pusat, transisi, dan pinggiran dengan illustrasi seperti pada Gambar 36. Gambar 36. Rute Optimal Antar Kawasan Wilayah Kota Makassar Rute optimal antara kawasan dan antar kota dapat disederhanakan dalam bentuk matriks hubungan interaksi seperti pada Tabel 47. Sedangkan analisis dan hasil pemetaan dengan bantuan Sistem Informasi Geografis dapat dilihat pada Gambar 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, dan 44. d yk =20 km Kec.Ujungpandang zona i Kec.Biringkanaya zona k Kec.Panakkukang zona j d ik =16 km d ij =12 km d jk =14 km d io =6 km d ko =8 km d jo =5 km Kota Maros zona x Kab.Gowa zona y d yk =20 km d yk =18 km d yk =26 km d ij =10 km d yk =2 km 144 Tabel 47. Matriks Rute Optimal Antar Kawasan dan Antar Kota km Ke Dari i j k x y i lama - 12 16 36 22 j lama 12 - 14 34 10 k lama 16 14 - 20 20 x lama 36 34 20 - 44 y lama 22 10 20 44 - i baru - 11 14 34 21 j baru 11 - 13 33 10 k baru 14 13 - 20 20 x baru 34 33 20 - 40 y baru 21 10 20 40 - Keterangan: ipusat, jtransisi, kpinggiran, x sub urban timur, dan y sub urban selatan Berdasarkan analisis matriks rute optimal antar kawasan dan antar kota di Makassar pada Gambar 36 sebelumnya dan Tabel 47 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pilihan rutetrayek baru bila dikembangkan dimasa yang akan datang adalah pada trayekrute terdekat antar kawasan pusat kota Ujungpandang dengan zona tepi kota Panakkukang adalah 11 km i baru-j dibandingkan jalur lama 12 km i-j, kemudian dengan zona transisi kota Kecamatan Biringkanaya adalah 14 i baru-k dibanding 16 km i-k, dengan Kabupaten Maros adalah 34 km i baru-x dibanding 36 i-x, dan Kabupaten Gowa adalah 21 i baru-y dibanding 22 km i-y. Selain itu, antar kawasan zona transisi kota Kecamatan Panakkukang dengan zona pinggiran kota Kecamatan Biringkanaya adalah 13 j baru-k dibanding 14 j-k dan dengan Kabupaten Maros adalah 33 km j baru-x dibanding 34 km j-x, serta antara Kota Maros dengan Kabupaten Gowa adalah 40 km x baru-y dibanding 44 km x-y. Prinsip pemilihan rute optimal di atas merupakan salah satu bentuk manajemen kebutuhan transportasi yang dapat dikombinasikan dengan pergeseran waktu, dan pergeseran moda khususnya penataan rutetrayek angkutan umum penumpang non-bus. Hasil simulasi matriks di atas ditransfer ke dalam format gambar dalam bentuk garis rute pilihan seperti pada Gambar 44. Tahap pengembangan kawasan yang dikembangkan dengan dasar atribut data tingkat emisi gas buang kendaraan dan kualitas udara ambien Kota Makassar pada Sub bab 7.1 dan Sub bab 7.2. Berdasarkan beberapa alternatif kebijakan dengan analisis AHP telah dirumuskan beberapa alternatif kebijakan 145 Gambar 37. Peta Administrasi Kota Makassar 146 Sumber: Bappeda Kota Makassar , 2006 Gambar 38. Peta Penggunaan Lahan Kota Makassar 147 Gambar 39. Peta Jaringan Jalan dan Rute AUPNB Kota Makassar 148 Gambar 40. Peta Kepadatan Penduduk Kota Makassar 149 Gambar 41. Peta Garis Perjalanan Kota Makassar 150 Gambar 42. Peta Struktur dan Pola Spasial Kota Makassar 151 Gambar 43. Peta Kawasan Polusi Kota Makassar 152 Gambar 44. Peta Garis Rute Pilihan dan Pengembangan Kawasan Kota Makassar Titik-titik Pengembangan Baru Node Rute Pilihan terpendek Alternatif Terminal TP AUPNB 153 terpilih yaitu: penetapan lokasi, pengaturan kendaraan, perbaikan fasilitas lingkungan, dan penataan kelembagaan yang dapat dijabarkan menjadi aksi: 1 rekayasa lalulintas, 2 manajemen lalulintas, 3 penataan ruang terbuka hijau, dan 4 kontrol atau pengendalian pembangunan. Hubungan antara kedua kondisi pada Sub bab sebelumnya menghasilkan rumusan sebagai berikut: § Kawasan pusat kota Kecamatan Ujungpandang dalam pengembangannya diprioritaskan secara berurutan adalah: kontrol atau pengendalian pembangunan, manajemen lalulintas, proporsi ruang terbuka hijau, dan rekayasa lalulintas; § Kawasan transisi kota Kecamatan Panakkukang dalam pengembangannya diprioritaskan secara berurutan adalah: manajemen lalulintas, kontrol atau pengendalian pembangunan, rekayasa lalulintas, dan proporsi ruang terbuka hijau; dan § Kawasan pinggiran kota Kecamatan Biringkanaya dalam pengembangannya diprioritaskan secara berurutan adalah: rekayasa lalulintas, manajemen lalulintas, proporsi ruang terbuka hijau, dan kontrol atau pengendalian pembangunan. Hasil konversi lokasi rawan polusi dan kebijakan penataan kawasan rawan polusi menjadi format gambar dalam bentuk pengembangan kawasan pada Gambar 44. Perbandingan model rute pilihan dan pengembangan kawasan dengan bantuan SIG dalam menunjang kebijakan pengelolaan transportasi yang berkelanjutan, khususnya angkutan umum penumpang non-bus dengan RTRW Kota Makassar 2005-2016 adalah sebagai berikut: § Pengembangan sistem angkutan jalan dan rutetrayek angkutan umum melalui pengembangan jaringan jalan berdasarkan fungsi dan hirarkhi jalan beserta terminal antar kota dan kota dilakukan berdasarkan garis rute pilihan. § Pelaksanaan penerapan manajemen lalulintas termasuk sistem satu arah, pengaturan lampu lalulintas, pembatasan lalulintas pada daerah tertentu, pembangunan gedung-gedung dan atau taman parkir pada pusat-pusat kegiatan sebagai upaya mengurangi parkir badan jalan, dan pengembangan fasilitas pejalan kaki pedestrian yang memadai dapat dilakukan berdasarkan pengembangan kawasan. 154 § Pengembangan kawasan hijau binaan kawasan pusat kota, permukiman terpadu, bandara terpadu, maritim terpadu, industri terpadu, pergudangan terpadu dapat dilakukan berdasarkan pengembangan kawasan. Pemanfaatan teknologi SIG dalam analisis transportasi masih dapat dikembangkan untuk kategori fisik, lalulintas, perjalanan, angkutan barang, pengoperasian dan pemeliharaan, dan finansial yang sangat tergantung pada tingkatan ruang dan waktu. Selain itu, dalam pengintegrasian SIG untuk format topologi jaringan model konvensional SIG yang berbeda masih terdapat kendala teknis sehingga membutuhkan efisiensi waktu, tenaga kerja, dan jumlah serta rincian simulasi yang dapat dilakukan baik dalam proses maupun prosedur aplikasinya. Oleh karena itu, model rute pilihan dan penataan kawasan ini masih sangat sederhana dibandingkan dengan pemanfaatan aplikasi sistem transportasi seperti TRANPLAN, Micro TRIP, MINUTP, QRS II, TMODEL, TOPAZ, TransCAD dan lainnya yang tidak mudah dalam menggunakan format ArcInfo.

8.3. Kebijakan Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) (Studi Kasus : PO.DATRA dan CV.PAS Trayek Medan-Sidikalang)

4 34 149

Model Pengelolaan Transportasi Angkutan Umum Penumpang Non Bus Berkelanjutan Kota Makassar

1 56 206

KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

0 3 139

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG ( STUDI KASUS ANGKUTAN UMUM BUS JURUSAN SURAKARTA – YOGYAKARTA)

0 3 2

EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAPKUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 4 14

PENDAHULUAN EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 2 9

SKRIPSI KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

0 2 17

KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

1 2 17

ANALISIS VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta).

0 0 6

DAMPAK KEBERADAAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE (GO-JEK) TERHADAP TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM LAINNYA DI KOTA MAKASSAR

0 2 108