6 Oleh karena itu, dibutuhkan suatu tindakan pengelolaan yang terintegrasi,
strategis, dan berkelanjutan untuk mendukung sistem keputusan dalam bentuk perancangan model pengelolaan angkutan umum penumpang non-bus
berdasarkan tingkat permasalahan dalam lingkup perencanaan, manajemen, dan operasional.
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah: 1. Menilai kinerja pola trayekrute angkutan umum penumpang non-bus
eksisting; 2. Menganalisis besaran sistem pentarifan dan radius pelayanan angkutan
umum penumpang non-bus; 3. Menilai kualitas udara ambien kota dan tingkat emisi gas buang kendaraan
serta menata kawasan koridor yang berpotensi polusi akibat angkutan umum penumpang non-bus; dan
4. Merancang model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang non-bus berkelanjutan yang terintegrasi dengan rencana tata ruang.
1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, permasalahan pokok angkutan umum penumpang non-bus dan penyebabnya serta tujuan penelitian di atas, maka
dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Sistem pengaturan rutetrayek angkutan umum penumpang non-bus kota
dan antar kota sekitarnya kurang tertata, sehingga terjadi kemacetan di sebagian besar kawasan kota;
2. Sistem pentarifan yang tidak tegas dan keterbatasan jaringan penghubung menyebabkan terdapat kawasan tertentu yang belum terlayani angkutan
umum penumpang non-bus; 3. Meningkatnya emisi kendaraan oleh angkutan umum penumpang non-bus
menurunkan kualitas lingkungan beberapa kawasan perkotaan; dan 4. Belum terintegrasinya kebijakan dalam pengelolaan angkutan umum
penumpang non-bus dengan kebijakan rencana tata ruang kota.
1.4. Kerangka Pemikiran
Perkemb angan kota ditandai dengan pertambahan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya aktivitas, pergerakan, dan pembangunan jaringan jalan
7 kota. Penduduk kota dan aktivitasnya tidak dapat dipisahkan dari pengaruh
lingkungan dan perkembangan kelembagaan, sehingga kebijakan transportasi dan tata ruang menjadi instrumen penting dalam pembangunan dan pengelolaan
kota, baik secara internal Kota Makassar maupun eksternal atau dengan hinterland kota sekitarnya Kawasan Mamminasata.
Hubungan antar pola penggunaan lahan dan pendudk sistem aktivitas dijembatani oleh sistem transportasi termasuk prasarana sistem jaringan dan
sarana sistem pergerakan seperti: angkutan non-motor, sepeda motor, angkutan pribadi, angkutan umum penumpang baik transit maupun paratransit,
dan angkutan barang sangat berperan dalam perkembangan kota. Berbagai fenomena sistem transportasi perkotaan diantaranya peningkatan
rute serta tarif dan area parkir, tingginya angka kecelakaan dan pelanggaran lalulintas, meluasnya kawasan kemacetan dan tundaan, tingginya tingkat polusi
dan kebisingan serta menurunnya kenyamanan dan keamanan berkendaraan. Sedangkan permasalahan spesifik angkutan umum penumpang adalah:
a. operasional tarif, kenyamanan, keamanan, ketepatan waktu, dan lain sebagainya;
b. manajemen trayek, ijin, armada, dana, subsidi, dan lain sebagainya; dan c. perencanaan tata ruang dan lingkungan, investasi, dan lain sebagainya.
Hal ini sejalan dengan kondisi faktual bahwa angkutan umum penumpang non-bus pete-pete di Kota Makassar telah menjadi salah satu penyumbang
terbesar bagi permasalahan transportasi kota, baik peningkatan kemacetan dan tundaan, polusi dan kebisingan, dan tarif yang kurang tegas menjadi fokus
penelitian dan penekanan kebijakan transportasi publik untuk masa depan. Oleh karena itu, permasalahan angkutan umum penumpang non-bus di
Kota Makassar diidentifikasi sebagai berikut: 1 terjadi kemacetan di sebagian besar bagian wilayah kota, karena tumpang tindih trayek; 2 terdapat kelompok
masyarakat yang belum terlayani, karena keterbatasan radius pelayanan dan ketidaktegasan pentarifan; dan 3 terjadi peningkatan polusi sebagai akibat
angkutan umum penumpang non-bus tersebut yang dikelompokkan berdasarkan parameter sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Rumusan permasalahan dalam konteks pendekatan sistem mengantarkan pada identifikasi sistem yang terkait dengan model pengelolaan transportasi
angkutan umum penumpang non-bus berkelanjutan sebagai tujuan akhir atau
8 keempat yang merupakan rekomendasi penelitian. Sedangkan tujuan lain
penelitian adalah: menilai kinerja eksisting trayekrute, menganalisis sistem tarif dan pelayanan, dan menilai serta menata kawasan rawan polusi dalam satu
kesatuan yang terintegrasi. Keempat tujuan penelitian tersebut merupakan arah bagi perancangan
model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang yang berkelanjutan dengan tinjauan aksesibilitas berupa penilaian efektifitas penataan trayekrute,
kesetaraan berupa efisiensi sistem pentarifan dan pelayanan angkutan umum penumpang non-bus, kepedulian lingkungan berupa penataan yang berwawasan
lingkungan, dan pencapaian sinergitas tata ruang dan transportasi dalam bentuk optimalisasi interaksi tata ruang dan transportasi.
Optimalisasi interaksi tata ruang dan transportasi direpresentasikan oleh pergerakan penduduk kota berdasarkan pekerjaan sektor dasar dan pelayanan
yang potensial menggunakan angkutan umum penumpang terhadap tiga kecamatan representasi terhadap kawasan pusat kota kepadatan penduduk
tinggi, kawasan transisi kota kepadatan penduduk sedang, dan kawasan pinggiran kota kepadatan penduduk jarang.
Untuk lebih jelasnya keterkaitan antara latar belakang, tujuan penelitian, dan rumusan permasalahan dalam perancangan model pengelolaan transportasi
angkutan umum penumpang non-bus berkelanjutan di Kota Makassar dapat dilihat di kerangka pemikiran penelitian pada Gambar 1.
1.5. Manfaat Penelitian