Kinerja Prasarana Transportasi PENILAIAN KINERJA POLA TRAYEKRUTE EKSISTING

89 pada beberapa ruas jalan utama kota, waktu tunggu angkutan relatif tinggi pada jam tidak sibuk, jarak tempuh trayek yang cukup panjang khususnya antar kota, dan faktor muat penumpang yang berfluktuasi dengan frekuensi singkat pada jam sibuk dan selebihnya angkutan relatif tidak berpenumpang atau sangat rendah. Hubungan antara indikator kinerja transportasi angkutan umum dengan efektifitas dan efisiensi menyimpulkan bahwa kondisi kedua faktor tersebut menjadi sangat penting untuk dinilai berdasarkan aspek: kemudahan, kapasitas, keterjangkauan, beban publik dan pengusaha, serta utilitas sebagai bagian dari fungsi manajemen antara pengusaha dan pengemudi khususnya dalam fungsi pengarahan dan koordinasi.

5.3. Kinerja Prasarana Transportasi

Kinerja prasarana transportasi Kota Makassar dalam mendukung pelayanan angkutan umum penumpang non-bus dapat dinilai berdasarkan kebutuhan, pemilihan moda, teknologi kendaraan, muatan terberat, dan konstruksi jalan dari data sekunder instansi terkait yaitu Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar dan data primer berupa pengamatan visual kondisi dan keterbatasan prasarana di lapangan. Kinerja prasarana transportasi di Kota Makassar dapat dinilai berdasarkan efektivitas dan efisiensi kebutuhan prasarana diperbandingkan dengan kondisi ideal berdasarkan standar atau ketentuan yang berlaku. Berdasarkan maksud tersebut, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel yang dapat berpengaruh pada kinerja prasarana transportasi Kota Makassar, dimana variabel-variabel tersebut dikonversi dan selanjutnya dianalisis serta diramalkan dalam model prasarana transportasi seperti yang telah dijelaskan pada Sub bab 3.6.2. Hasil survei data sekunder dan primer setiap variabel bebas X 16 sampai X 23 di Kota Makassar yang dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan faktor- faktor yang berpengaruh dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Kinerja Prasarana Transportasi Kota Makassar dan Sekitarnya No KotaKabupaten X 16 X 17 X 18 X 19 X 20 X 21 X 22 X 23 Urutan 1 Makassar 75 75 40 65 1,6 2,7 94 19 136 2 Maros 95 71 67 50 22 67 40 90 195 3 Gowa 97 90 50 37 62 71 50 35 188 Sumber: Survei Data Sekunder dan Primer 2006 90 Pengumpulan data dilakukan dengan survei instansi menggunakan kuesioner dan wawancara kepada pimpinan instansi tersebut dengan parameter ketersediaan dan pemanfaatan prasarana transportasi. Analisis kinerja prasarana transportasi yang menunjang kegiatan angkutan umum penumpang non-bus Kota Makassar dihitung dengan peramalan statistik korelasi dan analisis regresi berganda, dimana Y 3 atau kinerja prasarana transportasi merupakan variabel terikat dependent variable. Variabel bebas independent variable yang diasumsikan sebagai faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja prasarana transportasi yang menunjang kegiatan angkutan umum penumpang non-bus adalah: § X 16 adalah tempat pemberhentian sebagai fungsi prosentase fasilitas angkutan umum penumpang berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang ada di tiga kotakabupaten unit; § X 17 adalah halte sebagai fungsi prosentase fasilitas angkutan umum penumpang berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang ada di tiga kotakabupaten unit; § X 18 adalah prioritas bus sebagai fungsi prosentase fasilitas angkutan umum penumpang berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang ada di tiga kotakabupaten unit; § X 19 adalah sistem informasi sebagai fungsi prosentase fasilitas angkutan umum penumpang berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang ada di tiga kotakabupaten unit; § X 20 adalah geometri jalan sebagai fungsi prosentase luas geometri jalan berdasarkan kebutuhan dan kondisi yang ada di tiga kotakabupaten unit; § X 21 adalah kondisi jalan sebagai fungsi prosentase kondisi jalan berdasarkan kondisi baik dan buruknya di tiga kotakabupaten keadaan; § X 22 adalah kapasitas jalan sebagai fungsi prosentase besar kapasitas jalan berdasarkan rencana dan fakta yang ada di tiga kotakabupaten luas; dan § X 23 adalah volume lalulintas sebagai fungsi prosentase jumlah lalulintas berdasarkan rencana dan fakta yang ada di tiga kotakabupaten jumlah. Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi data pada Tabel 21 di atas, maka kedelapan variabel yang berpengaruh dianalisis dengan bantuan SPSS 11 seperti yang terdapat pada Lampiran 6 dan menghasilkan sebagai berikut: 91 1. Metode Forward dengan nilai konstanta 116.394 dan kondisi jalan 0.513, sehingga persamaan regresinya dirumuskan sebagai berikut: Y=116.394 + 0.513X 21 . 2. Koefisien korelasi Metode Forward adalah 0.999 dan koefisien determinasi adalah 0.997. 3. Pengujian dengan menggunakan uji t menyimpulkan Sig konstanta dan kondisi jaringan jalan lebih besar dari alpha sehingga signifikan secara statistik. Kinerja prasarana transportasi di Kota Makassar berdasarkan sebaran dan potensinya di Kota Makassar dan sekitarnya yang diprediksi dengan Metode Forward di atas secara umum signifikan dan dipengaruhi oleh faktor kondisi jalan, sedangkan yang kurang signifikan adalah geometri jalan, volume lalulintas, kapasitas jalan, tempat pemberhentian, halte, prioritas bus dan sistem informasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kinerja prasarana transportasi berdasarkan lokasi kotakabupaten tersebut yang akan berpengaruh positif terhadap kinerja prasarana tersebut adalah kondisi jaringan jalan 0.513. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kinerja prasarana transportasi di Kota Makassar dan sekitarnya di masa yang akan datang yang dipengaruhi oleh kedelapan faktor tersebut, dimana faktor kondisi jaringan jalan sebagai faktor yang menjadi perhatian utama dalam penilaian kinerja tersebut. Kondisi jaringan jalan di Kota Makassar dengan persentase jalan baik hanya 27 dan jalan rusak 72 sedangkan kotakabupaten sekitarnya relatif baik. Faktor yang sangat berpengaruh dalam pengembangan jaringan jalan tersebut diantaranya penggunaan badan jalan untuk fungsi parkir parking on street, penggunaan daerah milik jalan untuk fungsi komersial kaki lima dan lain sebagainya, bercampurnya berbagai jenis kendaraan moda darat, kondisi fisik jalan yang rusak, tingginya volume lalulintas, dan perilaku pengemudi dalam berkendaraan. Hubungan ke delapan variabel di atas sebagai faktor prasarana transportasi Kota Makassar dan kota sekitarnya yaitu Maros dan Gowa dengan skala penilaian 1-100 menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori pengelompokan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kinerja prasarana transportasi di Kota Makassar yaitu kategori rendah 0-40, sedang 41-80, tinggi 81-120, dan sangat tinggi 121-160 yang dapat dilihat pada Gambar 16. 92 20 40 60 80 100 120 140 160 Makassar Maros Gowa Kota Skala Penilaian volume lalulintas kapasitas jalan kondisi jaringan jalan dimensi jaringan jalan sistem informasi prioritas bus halte tempat pemberhentian Gambar 16. Kinerja Prasarana Transportasi Kota Makassar dan Sekitarnya Berdasarkan grafik data tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor kondisi jaringan jalan berpengaruh sangat tinggi; tempat pemberhentian rata-rata berpengaruh tinggi; sistem informasi, halte, dan prioritas bus rata-rata berpengaruh sedang; dimensi jaringan jalan, kapasitas jalan, dan volume lalulintas rata-rata berpengaruh rendah pada ketiga kotakabupaten tersebut. Selain itu, teridentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja prasarana transportasi di setiap kotakabupaten adalah bervariasi. Kategori untuk kotakabupaten berdasarkan berbagai faktor yang beragam dan relatif rendah di sebgaian kecil saja kotakabupaten; kategori sedang dan tinggi di Kota Makassar, Kabupaten Maros dan Gowa; dan kategori sangat tinggi di Kabupaten Maros dan Gowa. Permasalahan transportasi angkutan umum penumpang non-bus terkait dengan prasarana transportasi Kota Makassar dan sekitarnya seperti di atas menyebabkan semakin menurunnya tingkat aksesibilitas kota terutama pada jam sibuk atau puncak peak hours terutama di jalan utama kota dan dilalui rutetrayek angkutan umum penumpang non-bus, karena daya tampung ruas jalan terhadap volume lalulintas tidak memadai lagi dan berdampak pada terjadinya tundaan sampai kemacetan. Kinerja prasarana transportasi Kota Makassar di masa yang akan datang dipengaruhi oleh kedelapan faktor tersebut, dimana kondisi jaringan jalan sebagai faktor utama dalam penilaian kinerja pola trayekrute eksisting angkutan umum penumpang non-bus, terutama untuk fungsi manajemen yaitu aspek pengendalian. 93

5.4. Tingkat Pelayanan Jalan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) (Studi Kasus : PO.DATRA dan CV.PAS Trayek Medan-Sidikalang)

4 34 149

Model Pengelolaan Transportasi Angkutan Umum Penumpang Non Bus Berkelanjutan Kota Makassar

1 56 206

KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

0 3 139

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG ( STUDI KASUS ANGKUTAN UMUM BUS JURUSAN SURAKARTA – YOGYAKARTA)

0 3 2

EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAPKUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 4 14

PENDAHULUAN EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 2 9

SKRIPSI KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

0 2 17

KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

1 2 17

ANALISIS VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta).

0 0 6

DAMPAK KEBERADAAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE (GO-JEK) TERHADAP TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM LAINNYA DI KOTA MAKASSAR

0 2 108