V. PENILAIAN DAN PENATAAN KAWASAN RAWAN POLUSI EMISI KENDARAAN
7.1. Kualitas Udara Ambien Kota dan Tingkat Emisi Kendaraan
Perkembangan kota dan pertambahan jumlah kendaraan dari berbagai jenis dan merek serta pemakaian bahan bakar minyak sebagai sumber energi
yang tak terbarukan dan penghasil emisi karbon tertinggi menyebabkan total emisi karbon-dioksida CO
2
akan bersifat sebagai gas rumah kaca green house gas dan sangat berpotensi dalam pemanasan global iklim. Pemanasan global
berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup warga kota. Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan dengan jumlah
kendaraan yang tinggi sangat berpotensi mengalami kondisi seperti di atas, disamping semakin berkurangnya daya dukung lingkungan, baik yang
disebabkan oleh polusi dari industri dan rumah tangga maupun dari emisi kendaraan yang jumlahnya lebih besar dibanding yang lainnya.
Secara makro kualitas udara ambien Kota Makassar yang diukur selama kurun waktu 5 sampai 6 tahun 2001-2005 di beberapa lokasi sebagai sampel
yang mewakili masing-masing penggunaan lahan lihat Sub bab 4.2.4 yaitu: 1 pusat kota di Lapangan Karebosi dan di depan Stadion Mattoangin,
2 kawasan permukiman di Panakkukang, 3 jasa dan pendidikan di Jalan Urip Sumohardjo, 4 perdagangan di Pasar Sentral dan Pasar Pannampu, dan
5 industri di depan PT. Berdikari dan Kawasan Industri Makassar KIMA. Hasil pengukuran tersebut menyimpulkan bahwa kondisi udara
berdasarkan parameter pencemar dan indikasi sumbernya Bapedalda Kota Makassar, 2001-2005 sebagai berikut:
§ Parameter Karbon Monoksida CO dengan baku mutu 24 jam = 150 ugNm
3
adalah tertinggi walaupun belum melampaui baku mutu PP 411999 di Pasar Pannampu 4496 ugNm
3
dan Jalan Urip Sumohardjo 4457 ugNm
3
serta terendah di Lapangan Karebosi 1646 ugNm
3
yang disebabkan oleh lalulintas yang padat atau berasal dari kendaraan dan permukiman padat.
§ Nitrogen Dioksida NO
2
dengan baku mutu 24 jam = 150 ugNm
3
adalah tertinggi walaupun belum melampaui baku mutu PP 411999 di PT. Berdikari
93.17 ugNm
3
, Panakkukang 81.53 ugNm
3
, KIMA 68.33 ugNm
3
, dan Pasar Sentral 68.33 ugNm
3
serta terendah di Stadion Mattoangin 4.08 ugNm
3
yang disebabkan oleh industri, permukiman dan lalulintas yang padat.
122 § Oksidan O
3
dengan baku mutu 1 jam= 235 ugNm
3
adalah tertinggi walaupun belum melampaui baku mutu PP 411999 di Pasar Sentral 105.6 ugNm
3
, dan Panakkukang 89.98 ugNm
3
serta terendah di Pasar Pannampu 17.34 ugNm
3
yang disebabkan oleh lalulintas yang padat atau berasal dari kendaraan dan permukiman.
§ Sulfur Dioksida SO
2
dengan baku mutu 24 jam= 365 ugNm
3
adalah tertinggi walaupun belum melampaui baku mutu PP 411999 di Jalan Urip
Sumohardjo 332 ugNm
3
dan 281 ugNm
3
, dan Lapangan Karebosi 262.27 ugNm
3
serta terendah di Panakkukang 5.14 ugNm
3
yang disebabkan oleh lalulintas yang padat atau berasal dari kendaraan.
§ Debu TSP dengan baku mutu 24 jam= 230 ugNm
3
adalah tertinggi dan telah melampaui baku mutu PP 411999 di Jalan Urip Sumohardjo 622 ugNm
3
dan 622 ugNm
3
dan Lapangan Karebosi 609 ugNm
3
serta terendah di KIMA 109 ugNm
3
yang disebabkan oleh lalulintas yang padat atau berasal dari kendaraan.
§ Timbal Pb dengan baku mutu 24 jam= 2 ugNm
3
adalah tertinggi dan telah melampaui baku mutu PP 411999 di Pasar Pannampu 2.21 ugNm
3
dan Jalan Urip Sumohardjo 2.15 ugNm
3
serta terendah di Lapangan Karebosi 0.142 ugNm
3
yang berindikasi karena tingginya konsentrasi Timbal oleh lalulintas yang padat atau berasal dari kendaraan.
Berdasarkan hasil pemantauan selama kurun waktu 5 tahun di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber pencemar atau polusi udara di Kota Makassar
adalah emisi dari kendaraan, karena berdasarkan lokasi pengamatan dengan tingkat pencemar tertinggi terdapat di lokasi yang padat lalulintas dan padat
permukiman penduduk. Kualitas udara di lokasi lain yang tidak padat lalulintas relatif belum melampaui baku mutu lingkungan.
Tingkat emisi kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin atau premium gasoline di Kota Makassar berdasarkan data sekunder dari pengujian
dengan alat ukur AVL Emission Tester Series 4000 yang dilakukan selama 3 hari
pengamatan di lokasi penelitian yaitu Balaikota Makassar Jalan Ahmad Yani Kecamatan Ujungpandang, Pusat Regional Kementrian Lingkungan Hidup
Sumapapua Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Biringkanaya, dan Ruko Yanti Jalan Sultan Alauddin Kecamatan Panakkukang berdasarkan Sub bab
4.2.4. dan Lampiran 18 disajikan pada Tabel 37.
123 Tabel
37. Hasil Pengujian Emisi Gas Buang Kendaraan Kota Makassar 2006
No Titik
Pengujian Jumlah
Kendaraan Data Uji Emisi dan Sistem Kendaraan
Ket.
Sistem CO
CO
2
O
2
HC ppm Lambda
λ 1
Balaikota Jalan Ahmad Yani
Ujungpandang
161
Karburator 90 kend.
Injeksi 71 kend.
Jumlah
506.8
Jumlah
1855.02
Jumlah
314.46
Jumlah
110 722
Jumlah
61.431
Angkot 5.6
Pribadi=85 Dinas=66
Rata-rata
3.15
tidak ideal
Rata-rata
11.52
tidak ideal
Rata-rata
1.95
ideal
Rata-rata
688
tidak ideal
Rata-rata
0.38
tidak ideal
Angkot=9 Taksi=1
2 Pusreg KLH
Sumapapua Jalan Perintis
Kemerdekaan Biringkanaya
52
Karburator 41 kend.
Injeksi 11 kend.
Jumlah
183.6
Jumlah
574.69
Jumlah
98.54
Jumlah
20 070
Jumlah
9.641
Angkot 17.3
Pribadi=29 Dinas=14
Rata-rata
3.53
tidak ideal
Rata-rata
11.05
tidak ideal
Rata-rata
1.895
ideal
Rata-rata
720
tidak ideal
Rata-rata
0.367
tidak ideal
Angkot=9 Taksi=0
3 Depan Ruko Yanti
Jalan S.Alauddin Panakkukang
143
Karburator 107 kend.
Injeksi 36 kend.
Jumlah
673.02
Jumlah
1395.32
Jumlah
512.73
Jumlah
121 998
Jumlah
103.319
Angkot 25.2
Pribadi=89 Dinas=9
Rata-rata
4.71
tidak ideal
Rata-rata
9.76
tidak ideal
Rata-rata
3.59
tidak ideal
Rata-rata
835
tidak ideal
Rata-rata
0.725
tidak ideal
Angkot=42 Taksi=3
Jumlah Rata-rata 356
119 238 K
118 I 11.39
3.79 32.33