25 Analisis kinerja rute dan operasi bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi pengoperasian dan penentuan jumlah armada berdasarkan kajian beberapa parameter yaitu: faktor muat load factor, jumlah penumpang yang
diangkut, waktu antara headway, waktu tunggu penumpang, kecepatan perjalanan, sebab-sebab kelambatan, ketersediaan angkutan, dan tingkat
konsumsi bahan bakar Ditjen Perhubungan Darat, 1996.
2.3.3. Sistem Pentarifan Angkutan Umum Penumpang
Prinsip dasar sistem pentarifan angkutan umum penumpang diberlakukan dalam pemberian layanan publik kepada konsumen karena alasan: adanya
barang privat dan publik, efisiensi ekonomi, dan prinsip keuntungan. Tarif tersebut dibedakan atas: tarif rata flat fare, yaitu tarif sama besar untuk setiap
jarak sepanjang trayek yang ditentukan dan tarif progresif, yaitu tarif yang secara proporsional meningkat sejalan dengan makin jauhnya jarak pelayanan jasa
angkutan Warpani,2002. Penentuan tarif angkutan umum penumpang diberlakukan pada dua
kelompok, yaitu konsumen yang tidak mampu memiliki kendaraan sendiri atau menyewa secara pribadi paksawan dan konsumen yang mampu atau pilihwan
Warpani, 1990 dan didukung oleh Undang-undang tentang Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2006
tentang Mekanisme Penetapan Tarif dan Formula Perhitungan Biaya Pokok Angkutan Penumpang.
Tarif angkutan umum penumpang merupakan hasil perkalian antara tarif pokok dan jarak kilometer rata-rata satu perjalanan tarif Break Even
PointBEP dan ditambah 10 untuk jasa keuntungan perusahaan. Perhitungan produksi angkutan umum penumpang di jalan raya dapat ditentukan dalam
beberapa bentuk seperti: produksi km, produksi rit trip, produksi penumpang orang penumpang yang diangkut, dan produksi penumpang km dalam seat-km
Ditjen Perhubungan Darat, 1996. Selain itu, diperhitungkan pula komponen-komponen biaya langsung, yaitu:
penyusutan kendaraan, bunga modal, gaji dan tunjangan awak kendaraan, BBM, ban, servis kecil, servis besar, penambahan oli mesin, suku cadang dan bodi,
cuci, retribusi, STNKpajak kendaraan, kir, asuransi, dan lainnya serta biaya tak langsung seperti: biaya pegawai selain awak dan pengelolaannya Ditjen
Perhubungan Darat, 1996.
26
2.3.4. Sistem Lingkungan Angkutan Umum Penumpang
Sistem angkutan umum penumpang sebagai sistem ekonomi penduduk kota juga berdampak pada eksternalitas negatif terhadap penduduk dan
lingkungan, yaitu: kemacetan lalulintas dimana fungsi utilitas waktu dan tempat berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan kelelahan penglaju dan
biaya perjalanan; polusi udara meningkat karena emisi CO
X
, HC dan NO
X
, dan SO
X
yang semakin nyata mengakibatkan gangguan kesehatan penduduk kota; tingkat kecelakaan; dan pemborosan energi Anwar et al., 1996.
Emisi kendaraan akan berdampak pada skala lokal berupa kemacetan, kebisingan, dan polusi; pada skala regional akan berpengaruh pada hujan asam,
sensitivitas ekosistem, tanah, dan batuan; dan pada skala global berpengaruh pada perubahan cuaca dan efek gas rumah kaca green house effect. Selain itu,
tingkat emisi juga dipengaruhi oleh karakteristik bahan bakar dan jenis mesin kendaraan, iklim, topografi, dan kepadatan populasi suatu kota Sterner, 2003.
Perhitungan kualitas udara yang disebabkan oleh polusi dan kebisingan kendaraan dapat diperkirakan dengan mendeskripsikan kawasan padat
kendaraan dan terjadi kemacetan maupun tundaan Santosa, 2005. Untuk maksud tersebut, maka angkutan umum penumpang non-bus seyogyanya
mempertimbangkan dampak negatif dari kemacetan dan umur kendaraan yang berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan.
2.4. Tinjauan Studi-studi Terkait Terdahulu