70 Berdasarkan data Direktorat Satuan Lalulintas Polda Sulawesi Selatan
tahun 2005 telah terjadi kecelakaan sebanyak 1021 kasus dan menelan korban jiwa 829 jiwa meninggal, 425 jiwa luka berat dengan taksiran kerugian dalam
rupiah mencapai 2.5 MiliyarBPS Kota Makassar,2006. Sedangkan pelanggaran lalulintas berdasarkan kelompok sosial masyarakat telah terjadi sebanyak 25844
kasus pada tahun 2005 atau menurun sebesar 45 persen dibanding tahun 2004 yaitu 46662 kasus.
Pelaku pelanggaran lalulintas tersebut secara berturut-turut dari yang terbesar adalah: pegawai swasta, sopir, mahasiswasiswa, pedagang,
pengangguran, PNS, dan petaninelayan. Lokasi rawan kecelakaan di Kota Makassar terdapat 20 titik, lokasi rawan pelanggaran terdapat 14 titik, dan lokasi
rawan kemacetan lalulintas terdapat 6 titik BPS Kota Makassar, 2006.
4.3. Kebijakan Tata Ruang Kota Makassar dan Kawasan Metropolitan Mamminasata
Sebagai suatu permukiman berskala besar, maka kawasan metropolitan yang terdiri dari beberapa kota besar kabupaten yang secara keseluruhan
terintegrasi dalam membentuk suatu sistem struktur ruang tertentu dengan satu atau lebih kota besar sebagai pusat dalam keterkaitan ekonomi dan sosial yang
mempunyai kegiatan ekonomi jasa dan industri yang beragam Poernomosidhi, 2006.
Oleh karena itu, instrumen kebijakan tata ruang kota dalam berbagai skala atau cakupan bertujuan menata kembali kawasan secara terpadu dalam suatu
pola pikir dan pola tindakan yang partisipatif dan kemitraan dalam bingkai otonomi daerah secara proporsional. Tinjauan kebijakan tata ruang tersebut
adalah: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar dan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata.
4.3.1.Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
Pola pengembangan dan struktur tata ruang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia yang direncanakan sejak tahun 1995 ke
dalam tigabelas Bagian Wilayah Kota BWK dan tujuh fungsi kawasan, yaitu: wisata, permukiman, jasa pelayanan, perdagangan, sektor primer, wilayah
pelabuhan, dan industri Bappeda Kota Makassar, 2003. Rencana tata ruang Kota Makassar tersebut dalam perkembangannya telah direvisi sebanyak tiga
kali pada tahun 19992000, 20012002, dan 2005.
71 Pola perkembangan tersebut mengikuti perkembangan penggunaan lahan
Kota Makassar dengan penggunaan dominan kawasan terbangun perkotaan dibandingkan kawasan tidak terbangun non-perkotaan selama kurun waktu
1990-2001 dimana perkembangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Perkembangan Penggunaan Lahan Kota Makassar 1990-2001
No. Penggunaan Lahan
Tahun luas dalam Ha 198990
199495 199697
199899 200001
1. Kawasan Perkotaan
6854.32 6725.70
762.636 9950.20
9980.00
Permukiman 4712.90
4395.00 7590.87
7048.86 7078.00
Industri 450.84
358.80 623.70
678.75 680.00
Perdagangan 244.13
296.10 275.40
438.14 438.00
Jasa 772.59
1025.40 723.09
955.35 -
Pendidikan -
- -
- 955.00
Lahan kosong peruntukan 673.86
650.40 1.926.68
829.10 829.00
2. Kawasan Non-Perkotaan
10662.81 10851.30
6436.76 7626.44
7597.00
Persawahan 3825.44
4470.00 1667.65
2726.71 2727.00
Kebun campuran 3313.94
2450.00 2197.43
1221.81 610.00
Hutan jati nipa 407.95
979.90 250.31
388.38 -
Rawa empang 2515.24
1898.50 1753.61
1922.46 -
Tegalan -
- -
- 612.00
Tambak -
- -
- 1834.00
Rawa -
- -
- 88.00
Gundukan pasir -
- -
- 388.00
Jalur hijau RTH 600.24
1052.90 567.76
1367.08 99.00
Lainnya -
- -
- 1239.00
Jumlah 17577
17577 17577
17577 17577
Sumber: Bappeda Kota Makassar 2003 Rencana fungsi struktur tata ruang Bagian Wilayah Kota BWK tahun
20002001 di Kota Makassar telah ditetapkan dalam 9 BWK berdasarkan kecamatan dan termasuk didalamnya: luas, fungsi utama, dan fungsi penunjang
yang dapat dilihat pada Tabel 16. Perkembangan struktur pemanfaatan ruang Kota Makassar yang telah
direncanakan dalam RTRW 2005-2015 Bappeda Kota Makassar, 2003 dijabarkan ke dalam 13 kawasan terpadu untuk masing-masing rencana
pengembangan dengan pertimbangan 9 aspek utama yaitu: 1 persebaran penduduk.
2 kawasan hijau. 3 kawasan permukiman.
4 kawasan bangunan umum. 5 kawasan industri.
6 kawasan pergudangan. 7 sistem pusat kegiatan.
8 sistem prasarana. 9 intensitas ruang.
72 Tabel 16. Rencana Fungsi Struktur Tata Ruang BWK Kota Makassar 20002001
No. BWK
Kecamatan Luas Ha
Fungsi Utama Fungsi Penunjang
1 A
Ujung Pandang, Makassar, Wajo,
Bontoala, Mariso, dan
Mamajang 1331.0
Pusat perdagangan
niaga CBD dan jasa sosial
§ Rekreasi, perhotelan § Pemerintahan kota
§ Permukiman § Hutan taman kota
2 B
Ujung Tanah 594.0
Transportasi laut pelabuhan
§ Pariwisata tirtabahari § Militer
§ Permukiman 3
C Tamalat e
2021.0 Rekreasi pantai
dan jasa pariwisata
§ Perdagangan § Permukiman
§ Pendidikan tinggi § Transportasi darat terminal AKDP
§ Hutan taman kota
4 D
Rappocini 923.0
Jasa pelayanan sosialumum
§ Perkantoran negeriswasta § Perdagangan
§ Permukiman 5
E Panakkukang
1705.0 Pusat
perdagangan dan jasa sosial
§ Permukiman § Pendidikan tinggi
§ Perkantoran § Transportasi darat terminal
Angkot § Hutan taman kota
6 F
Manggala 2414.0
Permukiman § Pariwisatarekreasi
§ RTH taman kota § Jasa pelayanan sosial
§ Pendidikan tinggi 7
G Tallo
583.0 Pariwisata dan
Ruang Terbuka Hutantaman
kota § Jasa pelayanan sosialumum
§ Permukiman § Taman hutan kota
8 H
Tamalanrea 3184.0
Pendidikan tinggi dan Permukiman
§ Jasa pelayanan sosial kesehatan § Industri
§ Perdagangan § Jasa sosial dan umum
9 I
Biringkanaya 4822.0
Industri dan Permukiman
§ Transportasi darat terminal AKAP § Ruang terbuka hijau dan
pekuburan
Jumlah 17577
Sumber: Bappeda Kota Makassar 2003 Untuk lebih jelasnya rencana struktur ruang Kota Makassar tahun 2005-
2016 dapat dilihat pada Gambar 12.
4.3.2.Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mamminasata
Kota Makassar dalam konteks Metropolitan Mamminasata telah dikaji berdasarkan keterkaitan ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan kabupaten
sekitarnya, yaitu: Kota Maros Kabupaten Maros, Kota Sungguminasa Kabupaten Gowa, dan Takalar Kabupaten Takalar.
Kebijakan yang diperdakan pada tahun 2003 bernomor 18 tersebut dengan skala waktu 20 tahun telah ditinjau kembali secara seksama dalam Studi
Implementasi Perencanaan Tata Ruang Terpadu Kawasan Metropolitan Mamminasata Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2005-2006 Departemen PU-
MMDCB-JICA, 2005a.
73 Gambar 12. RTRW Kota Makassar 2005-2016
74 Penggunaan lahan berdasarkan kabupaten di Kawasan Mamminasata
adalah Kabupaten Maros terdiri dari permukiman seluas 4996 Ha 3.69, hutan dan alang-alang seluas 76173 47.05 dan pertambakan seluas 6395 Ha
3.9; Kabupaten Takalar terdiri dari perumahan seluas 1803 Ha, industri seluas 7110 Ha, persawahan seluas 16000 Ha, pertanian lahan kering seluas
6771 Ha, tambak seluas 4233 Ha, dan bahan galian Golongan C seluas 1500 Ha.
Kondisi eksisting penggunaan lahan Kawasan Metropolitan Mamminasata untuk kawasan terbangun baru mencapai 8.58 persen untuk perumahan, industri,
perdagangan, dan jasa dan sangat berpotensi untuk kawasan resapan air dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan.
Konsep pengembangan Kota Makassar sebagai pusat metro adalah dengan penataan sistem transportasi yang bersahabat dalam mendukung
aktifitas perekonomian yang mengedepankan keterpaduan terpusat pada manusia Departemen PU-MMDCB-JICA, 2005b. Untuk lebih jelasnya RTRK
Metropolitan Mamminasata dan kedudukan Kota Makassar dapat dilihat pada Gambar 13.
Komposisi penggunaan lahan di Kawasan Metropolitan Mamminasata dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Penggunaan Lahan Kawasan Metropolitan Mamminasata
No. Penggunaan
Luas Ha
1 Perumahan
14 220.88 7.11
2 Industri
559.23 0.28
3 Perdagangan
469.67 0.23
4 Jasa
1 917.52 0.96
6 Sawah
48 186.78 24.10
7 Kebun campuran
23 678.06 11.84
8 Tegalan
21 653.09 10.83
9 Tambak
11 108.05 5.56
10 Hutan sejenis
3 643.22 1.82
11 Gumuk pasir
2 180.03 1.09
12 Tanah kosong
1 606.54 0.80
13 Rawatambakdam
6 264.03 3.13
14 Perkebunan
4 998.02 2.50
15 Alang-alang
3 159.45 1.58
16 Semak
4 071.49 2.04
17 Padang rumput
2 741.19 1.37
18 Hutan lebat
2 190.03 1.10
19 Hutan belukar
44 087.63 22.05
20 Lain-lain sungai dan jalan
3 191.82 1.60
Jumlah 199 927.00
100
Sumber: Baro 2002 Untuk menunjang pengembangan kawasan tersebut, maka Departemen
Pekerjaan Umum dan Badan Pengelola Kawasan Metropolitan Mamminasata
75
Gambar 13. RTRK Metropolitan Mamminasata 2006-2020 bekerjasama dengan JICA pada tahun 2005 mendiskusikan kembali kesiapan
kawasan untuk pengembangan masa depan. Berbagai kajian yang telah dibahas dalam berbagai kelompok diskusi studi
tersebut yaitu sistem transportasi terpusat dan terintegrasi dengan manusia, dimensi kota metropolitan, center of excellent dan lain sebagainya.
76
4.4. Kebijakan Sistem Transportasi Kota Makassar