Kesetaraan sebagai Fungsi Ekonomi Transportasi Lingkungan sebagai Fungsi Lingkungan Transportasi

13 Interaksi tersebut berjalan secara terus menerus dalam suatu siklus sistem tata ruang dan transportasi menuju suatu kesetimbangan Wegener, 1996. Selain itu, perubahan penggunaan lahan dan transportasi akan berimplikasi pada: pergerakan lalu-lintas masa depan, lingkungan bagi pembangunan, dan faktor ekonomi pembiayaan transportasi serta perubahan nilai lahan, pekerja, dan produksi industri pada suatu kota atau wilayah Dicken, 1990. Penggunaan lahan kota ditentukan oleh: aksesibilitas, interaksi manusia, dan komunikasi yang timbul sebagai akibat adanya pola kegiatan dalam kota karena tujuan pergerakan dan kegiatan domestik masyarakat. Selain itu, ditentukan pula oleh: perilaku masyarakat, kehidupan ekonomi, dan kepentingan umum Edwards, 1992. Sistem Transportasi Nasional Sistranas disusun dengan tujuan terselenggaranya layanan transportasi yang mengutamakan kepentingan umum Dikun, 2002 mencakup: kesehatan dan keselamatan perlindungan, kenyamanan, efisiensi dan hemat energi, kualitas lingkungan, persamaan dan pilihan sosial, dan pelayanan dan kemudahan aksesibilitas. Faktor aksesibilitas merupakan akibat dari adanya aliran komoditi barang dan jasa dalam perekonomian pasar secara spasial dalam bentuk kegiatan yang dapat dihitung berdasarkan jumlah waktu dan jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lainnya atau cara deskriptif menjelaskan tingkat kemampuan suatu kawasan dalam menyelenggarakan transportasi antara elemen manusia, barang, dan ide ke kawasan lainnya Hong, 2005. Suatu kawasan yang mempunyai sarana transportasi yang baik merupakan lokasi yang lebih aksesibel aksesibilitas tinggi atau sebagai ukuran kenyamanan dan kemudahan bentuk penggunaan lahan yang berinteraksi satu sama lain. Ukuran tersebut sangat subyektif, sehingga diperlukan ukuran kinerja kuantitatif terukur dalam menyatakan aksesibilitas atau kemudahan Warpani, 1990. Salah satu implikasi negatif adalah pada saat beban arus pergerakan mulai mengganggu keseimbangan kapasitas jalan jaringan kota, dimana aksesibilitas yang diharapkan tidak optimal atau tidak aksesibel lagi karena telah terjadi tundaan dan kemacetan.

2.1.2. Kesetaraan sebagai Fungsi Ekonomi Transportasi

Pengembangan transportasi sangat terkait dengan perekonomian suatu kota, sehingga sistem transportasi menjadi sangat kompleks. Pentingnya 14 hubungan antara kegiatan perkotaan dengan pelayanan transportasi sangat berkaitan dengan tujuan dasar sistem transportasi perkotaan Tamin, 2005 yaitu menyebarluaskan dan meningkatkan aksesibilitas, memperluas kesempatan perkembangan kegiatan perkotaan, dan meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya kota. Beberapa metodologi sistem perkotaan dan transportasi pada beberapa kota akan berpengaruh pada kebijakan transportasi dan penggunaan lahan terutama pada proses terbentuknya pola perjalanan. Studi yang dilakukan oleh Meyer dan Thompson dalam Tamin 1997 telah mengklasifikasikan komponen utama penggunaan lahan dan transportasi sebagai struktur kegiatan yaitu: proyeksi aktivitas ekonomi dan populasi, peramalan penggunaan lahan, estimasi bangkitan pergerakan, peramalan distribusi lalulintas, peramalan pembagian moda, pembebanan lalulintas, dan disain dan evaluasi. Selain itu, kesejahteraan manusia sebagai sasaran pembangunan terkait erat dengan kebutuhan dasar yang harus terpenuhi sesuai daya dukung lingkungan yang salah satunya adalah adanya derajat kebebasan untuk memilih Zubair, 2000. Oleh karena itu, maka fungsi ekonomi transportasi tidak dapat dipisahkan dari kebebasan atau kemampuan individu masyarakat dalam mendapatkan pelayanan angkutan umum, baik dari sisi tarif yang terjangkau maupun dari sisi radius pelayanan. Perencanaan kota dan transportasi masa depan diharapkan dapat memanfaatkan jaringan jalan yang telah ada untuk mengembangkan sistem transportasi publik secara terpadu, nyaman dan dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat serta seyogyanya dirancang secara ekonomis dibandingkan dengan membangun sistem jaringan perkereta-apian yang baru atau subway dengan biaya yang sangat mahal Rosyidi, 2004.

2.1.3. Lingkungan sebagai Fungsi Lingkungan Transportasi

Paradigma baru dalam pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan manusia juga mempertimbangkan aspek ekosistem Zubair, 2000. Beberapa faktor transportasi dan lingkungan yang perlu diperhatikan adalah: emisi dan buangan berupa polusi udara, tanah dan air natural environment yang tidak terbatas, inovasi kendaraan dari sumber energi yang diperbaharui sinar matahari, tidak digunakannya sumberdaya alam untuk daur ulang, dan belum dirancangnya suatu sistem transportasi yang meminimalkan 15 penggunaan lahan. Hal tersebut masih kurang mendapat perhatian seperti pada umumnya di kota-kota berkembang atau dunia ketiga lainnya seperti: Bogota, Brazil, dan Calcutta Mohan et al.,1998. Beberapa isu utama lingkungan dan transportasi adalah: kualitas udara, gas emisi rumah kaca, suara bising noise, dampak pada biodiversity dan penggunaan lahan. Komponen utama emisi transportasi mencakup: CO 2 , CO, HCs, VOCs, NO x , SO 2 , PM, dan produksi lainnya yang berbahaya bagi mahluk hidup Hensher et al., 2003. Faktor kelebihan volume lalulintas kendaraan di jalan menjadi penyebab kemacetan yang berdampak pada meningkatnya polusi dan kebisingan yang dapat dikurangi dengan mengembangkan transportasi publik seperti beberapa jenis bus dengan rute atau jangkauan pelayanan yang berbeda Rosyidi, 2004. Pada dasarnya untuk memperbaiki sistem transportasi yang berwawasan lingkungan Sterner, 2003 dapat dilakukan melalui: pengembangan dan penyebaran sumber energi yang bersih dan dapat diperbaharui sebagai kekuatan baru berdasarkan teknologi kendaraan dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan partisipasi pemerintah, perusahaan, dan individu pengguna dalam perumusan regulasi dan kebijakan. Berdasarkan berbagai hal yang berkaitan dengan faktor-faktor dan isu transportasi di atas, maka serangkaian pemahaman sistem transportasi perkotaan berkelanjutan disimpulkan Matsumoto, 1998 sebagai berikut: 1 pembatasan emisi dan buangan di daerah yang mampu menyangga dengan sumber energi diperbaharui dan komponen daur ulang untuk meminimalisasi penggunaan lahan; 2 memberikan keadilan akses bagi penduduk dan barang dalam membantu meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup setiap generasi; dan 3 mempunyai kemampuan keuanganekonomi dan operasional yang maksimal. Prinsip dasar transportasi berkelanjutan Tamin, 2007 adalah aksesibilitas, keadilan sosial, berkelanjutan lingkungan, kesehatan dan keselamatan, partisipasi publik dan transparansi, ekonomis dan murah, informasi dan analisis, advokasi, capacity building, dan jejaring. Oleh karena itu, sistem transportasi berkelanjutan yang diharapkan dalam pembangunan kota dan kawasan lebih difokuskan pada aksesibilitas dan mobilitas dibanding tujuan lainnya. 16

2.2. Pemodelan Transportasi Perkotaan Berkelanjutan

Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) (Studi Kasus : PO.DATRA dan CV.PAS Trayek Medan-Sidikalang)

4 34 149

Model Pengelolaan Transportasi Angkutan Umum Penumpang Non Bus Berkelanjutan Kota Makassar

1 56 206

KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

0 3 139

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG ( STUDI KASUS ANGKUTAN UMUM BUS JURUSAN SURAKARTA – YOGYAKARTA)

0 3 2

EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAPKUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 4 14

PENDAHULUAN EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 2 9

SKRIPSI KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

0 2 17

KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

1 2 17

ANALISIS VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta).

0 0 6

DAMPAK KEBERADAAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE (GO-JEK) TERHADAP TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM LAINNYA DI KOTA MAKASSAR

0 2 108