V. KESIMPULAN DAN SARAN
10.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang non-bus berkelanjutan di Kota Makassar merupakan suatu rancang
bangun kebijakan yang terdiri dari beberapa struktur sub model sebagai berikut : 1. Penilaian kinerja pola trayekrute angkutan umum penumpang non-bus
eksisting adalah semakin rendahnya tingkat pelayanan jalan terutama jalan sekunder karena mengalami peningkatan volume dan secara signifikan
sangat dipengaruhi oleh tingginya pergerakan penduduk sebagai pengaruh dari tingkat sosial ekonomi masyarakat, penggunaan lahan, tingkat
pelayanan angkutan, kenyamanan angkutan, faktor muat, dan kondisi jalan; 2. Analisis besaran sistem pentarifan angkutan umum penumpang non-bus
menunjukkan bahwa penetapan tarif berimbang tertinggi di kawasan sub urban timur kota dan terendah di kawasan transisi kota merupakan solusi
dalam penegasan sistem pentarifan berdasarkan faktor muat angkutan umum penumpang, biaya operasi kendaraan, tarif angkutan rata dan terendah, tarif
progresif, tarif nyata, sedangkan pengembangan area pelayanan angkutan umum penumpang diprioritaskan pada tiga kelurahan terjauh dan potensial di
zona transisi dan zona pinggiran yang berpotensi sebagai sumber bangkitan yang tinggi;
3. Penilaian kualitas udara ambien kota menunjukkan bahwa kualitas udara ambien kota telah tinggi selama kurun waktu lima tahun akibat lalulintas dan
emisi gas buang kendaraan, dimana angkutan umum penumpang non-bus merupakan sumber paling tinggi karena sistem kendaraan karburator dan
usia kendaraan yang sudah tua sehingga tidak ideal lagi, sehingga dibutuhkan upaya penataan kawasan yang berpotensi rawan polusi dengan
prioritas kebijakan perbaikan fasilitas lingkungan yang bertujuan menata lokasi yang dilakukan oleh Bappeda dengan faktor rencana tata ruang kota;
dan 4. Model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang non-bus
berkelanjutan yang terintegrasi dengan tata ruang dengan pertimbangan rute pilihan dan pengembangan kawasan dengan bantuan Sistem Informasi
Geografis dalam bentuk sistem dukungan keputusan kebijakan prioritas pada aspek sosial, lingkungan, kelembagaan, dan ekonomi.
175
10.2. Saran