Pendekatan Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan

16

2.2. Pemodelan Transportasi Perkotaan Berkelanjutan

2.2.1. Pendekatan Sistem Transportasi Perkotaan Berkelanjutan

Pendekatan sistem transportasi perkotaan berkelanjutan berdasarkan perspektif pengguna dimaksudkan untuk memperoleh pandangan yang mendalam dan parameter-parameter teknis serta kondisi peraturan resmi agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan tidak dapat dipisahkan dari pengembangan kota berkelanjutan Miyamoto et al.,1996. Perspektif pengguna bagi pergerakan orang antar zona per satuan waktu bangkitan perjalanan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berpengaruh pada volume lalulintas dan penggunaan sarana perangkutan yang tersedia, yaitu: maksud perjalanan, penghasilan keluarga, pemilikan kendaraan, penggunaan lahan di tempat asal, jarak dari pusat kota, jarak perjalanan, moda perjalanan, penggunaan kendaraan, penggunaan lahan di tempat tujuan, dan hari-hari kerja dan jam-jam padat pada saat tertentu Pignataro, 1973. Formulasi permasalahan sistem transportasi perkotaan dapat ditinjau dari parameter lingkungan, sosial, dan ekonomi yaitu: identifikasi penggunaan lahan dan kendaraan alternatif ramah lingkungan, keadilan akses dan kesehatan, serta kemampuan dan keterjangkauan akan transportasi publik Deakin, 2001. Pemodelan sistem transportasi berkelanjutan sebagai turunan dari parameter tersebut diantaranya adalah: sistem lingkungan berupa ketersediaan lahanprasarana, kemampuan daur ulangpembersih emisi dan buangan serta sumber energi baru bagi kendaraan; sistem sosial berupa keadilan akses dan peningkatan kesehatan, keharmonisan dan peningkatan kualitas hidup, dibatasinya intrusi suara dan meningkatnya keamanan; dan sistem ekonomi berupa kemampuan keuangan masyarakat, maksimalisasi efisiensi ekonomi dan minimalisasi biaya ekonomi subsidi transportasi publik Bernard et al., 2001; Deakin, 2001; Berling et al., 2004. Metode methods dalam sistem transportasi adalah yang berkaitan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif Berck et al., 1999; Sterner, 2003; Santosa, 2005, baik berupa metode: skalogram, analisis faktor, analisis pengelompokan, perhitungan efek ganda, perhitungan jumlah penduduk dan kendaraan, dan analisis mengenai dampak lingkungan polusi suara, udara, dan visual. Sedangkan model models dalam sistem transportasi adalah yang berkaitan dengan pemodelan berdasarkan kalibrasi persamaan untuk hasil survei 17 lapangan pola pergerakan penduduk, seperti model: 1 Growth, 2 Lowry, 3 Gravity, dan 4 Dispersion Laheij et al., 2000; Rahmania, 2000. Model tersebut mencerminkan hubungan antara sistem penggunaan lahan kegiatan, sistem transportasi jaringan dan sistem lalulintas pergerakan yang menggunakan beberapa seri fungsi dan persamaan dalam bentuk model matematik yang terukur Dios et al., 1990. Oleh karena itu, verifikasi maupun validasi model tersebut diharapkan terkait dengan data kondisi eksisting dan faktor yang berpengaruh serta rekomendasi dalam bentuk skenario pengelolaan sistem transportasi Manikam, 2003. Pengembangan model dengan mempertimbangkan sistem yang lebih kompleks adalah terkait dengan sistem kelembagaan dan lingkungan ekonomi, sosial, budaya, politik, fisik, teknologi dan informasi pada skala kotalokal, regional, nasional, dan internasional Kusbiantoro, 2004. Perencanaan pada umumnya, baik aktivitas individual maupun kelompok organisasi seringkali merupakan suatu produk tinjauan yang bersifat substantif atau teritorial. Namun pada dunia nyata seringkali kehidupan sangat terkait dengan permasalahan yang kompleks dan saling terkait, bergantung, dan mempengaruhi satu dengan lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka beberapa masalah yang selalu dihadapi oleh para perencana planners atau pembuat keputusan decision makers diantaranya adalah: permasalahan yang multi-kompleks; adanya keterkaitan antar berbagai isu kajian; berbagai macam dan lingkup kepentingan yang harus diakomodir; dan cara pengambilan keputusan yang dapat memberikan kepuasan bagi berbagai pihak berdasarkan berbagai usulan dan sangat terkait dengan horizon waktu, pengaruh lingkungan dan sifatnya serta berlandaskan logika berpikir rasional dan bertahap Sujarto, 2001.

2.2.2. Pemodelan Interaksi Transportasi dan Tata Ruang

Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) (Studi Kasus : PO.DATRA dan CV.PAS Trayek Medan-Sidikalang)

4 34 149

Model Pengelolaan Transportasi Angkutan Umum Penumpang Non Bus Berkelanjutan Kota Makassar

1 56 206

KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

0 3 139

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG ( STUDI KASUS ANGKUTAN UMUM BUS JURUSAN SURAKARTA – YOGYAKARTA)

0 3 2

EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAPKUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 4 14

PENDAHULUAN EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 2 9

SKRIPSI KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

0 2 17

KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

1 2 17

ANALISIS VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta).

0 0 6

DAMPAK KEBERADAAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE (GO-JEK) TERHADAP TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM LAINNYA DI KOTA MAKASSAR

0 2 108