V. PENILAIAN KINERJA POLA TRAYEKRUTE EKSISTING
5.1. Permintaan Pergerakan Penduduk
Kebutuhan akan jasa angkutan umum penumpang di Kota Makassar tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan transportasi kota yang timbul karena lokasi
aktivitas penduduk yang tersebar secara spasial sehingga perjalanannya juga menyebar ke seluruh bagian wilayah kota. Pola penyebaran tersebut sebagai
implikasi dari rencana penggunaan lahan yang telah direncanakan dalam RTRW Kota Makassar dalam konteks kota dan RTRW Kawasan Metropolitan
Mamminasata dalam konteks wilayah dan perkotaan maupun yang berkembang secara alami atau tanpa perencanaan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel yang dapat menimbulkan kebutuhan transportasi atau permintaan akan
pergerakan atau perjalanan penduduk kota di setiap kecamatan, dimana variabel-variabel tersebut dikonversi dan selanjutnya dianalisis serta diramalkan
dalam model kebutuhan transportasi seperti yang telah dijelaskan pada Sub bab 3.6.2.
Hasil survei data sekunder dan primer selengkapnya untuk setiap variabel bebas X
1
sampai X
7
di 14 kecamatan Kota Makassar dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 7, sedangkan hasil tabulasi variabel-variabel yang
berpengaruh dan peringkat kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Faktor yang Berpengaruh pada Permintaan Pergerakan
Penduduk Kota Makassar berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
Peringkat
1 Mariso
29013 193
13060 59.1
17 110
225 23
2 Mamajang
26167 27
15973 69.0
17 110
225 20
3 Tamalate
7148 42
32602 70.3
23 50
225 22
4 Rappocini
14813 47
28141 115.4
23 120
225 25
5 Makassar
31898 41
15639 78.1
41 120
225 25
6 Ujungpandang
10616 32
6870 60.0
41 190
285 22
7 Wajo
17154 17
11023 89.9
43 120
225 20
8 Bontoala
27138 22
13840 59.1
23 110
225 18
9 Ujung Tanah
7711 23
10998 59.1
17 60
225 11
10 Tallo
21979 45
35365 59.1
17 60
225 22
11 Panakkukang
7623 43
26709 115.4
41 190
285 30
12 Manggala
3833 34
24387 59.1
23 60
225 16
13 Biringkanaya
2485 43
35583 59.1
26 180
285 23
14 Tamalanrea
2666 33
22268 59.1
23 110
225 18
Sumber: Survei Data Sekunder dan Primer 2006
81 Analisis permintaan pergerakan atau transportasi di Kota Makassar yang
dihitung dengan peramalan statistik korelasi dan analisis regresi berganda, dimana Y
1
atau permintaan pergerakan merupakan variabel terikat dependent variable. Variabel bebas independent variable yang diasumsikan sebagai
pendorong terjadinya bangkitan pergerakan sistem aktivitas maupun sistem transportasi adalah:
§ X
1
adalah jumlah penduduk sebagai fungsi kepadatan penduduk atau jumlah jiwa penduduk per luas wilayah kecamatan jiwakm
2
; § X
2
adalah sosial ekonomi sebagai fungsi fasilitas pendidikan SD, kesehatan RS, dan perdagangan pasar di setiap kecamatan unit;
§ X
3
adalah penggunaan lahan sebagai fungsi aktivitas permukiman, perdagangan dan jasa, industri, dan ruang terbuka di kecamatan unit;
§ X
4
adalah tingkat pelayanan transportasi sebagai fungsi kapasitas, kecepatan, tingkat polusi, dan frekuensi angkutan umum penumpang per kecamatan
jumlah; § X
5
adalah hargabiaya transportasi sebagai fungsi tarif angkutan umum penumpang lebih besar dari Rp 2500,- dan lebih besar dari Rp 3500,- per
kecamatan rupiah; § X
6
adalah kenyamanan oleh pelayanan transportasi sebagai fungsi ketersediaan tempat duduk, kebersihan dan suhu, kebisingan dan goncangan,
polusi yang ditimbulkan oleh angkutan umum penumpang per kecamatan tingkat kepuasan; dan
§ X
7
adalah waktu perjalanan sebagai fungsi waktu dari rumah ke tempat tunggu, waktu tunggu, dari asal ke tujuan, dan waktu tunggu per kecamatan
menit. Berdasarkan hasil analisis korelasi dan regresi berganda pada Tabel 19 di
atas, dimana semua variabel yang berpengaruh dianalisis dengan bantuan software SPSS 11 seperti yang terdapat pada Lampiran 2, 10, 11, 12, 13, dan 14
menghasilkan sebagai berikut: 1. Hasil perhitungan koefisien regresi konstanta adalah 102.664 dengan t hitung
1.579 dan nilai Sig 0.165. Koefisien slope variabel jumlah penduduk adalah -0.107 t hitung -0.853 dan Sig 0.246, sosial ekonomi 4.214 t hitung 0.028
dan Sig 0.979, penggunaan lahan 0.127 t hitung 0.966 dan Sig 0.372, tingkat pelayanan 0.793 t hitung 3.697 dan Sig 0.010, biaya transportasi -
2.24 t hitung -0.097 dan Sig 0.926, kenyamanan 1.032 t hitung 2.439 dan
82 Sig 0.051, dan waktu perjalanan -1.676 t hitung -1.885 dan Sig 0.108.
Persamaan regresi untuk prediksi peringkat kecamatan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan pergerakan penduduk per kecamatan
di Kota Makassar adalah: Y = 102.664- 0.107X
1
+ 4.214X
2
+ 0.127X
3
+ 0.793X
4
- 2.24X
5
+ 1.32X
6
- 1.676X
7
2. Koefisien Korelasi Pearson antara peringkat dengan jumlah penduduk adalah 0.029 Sig 0.460, sosial ekonomi -0.005 Sig 0.493, penggunaan lahan
0.045 Sig 0.439, tingkat pelayanan 0.845 Sig 0.000, biaya transportasi 0.514 Sig 0.030, kenyamanan 0.549 Sig 0.021, dan waktu perjalanan
0.298 Sig 0.151. Rata-rata Sig peringkat terhadap variabel adalah 0.228, sehingga koefisien korelasi secara umum tidak signifikan karena lebih besar
dari nilai alpha, tetapi korelasi antara peringkat dengan tingkat pelayanan, kenyamanan, dan waktu perjalanan adalah signifikan.
3. Tabel Model Summary mengidentifikasi koefisien korelasi berganda antara ketujuh variabel dengan peringkat adalah 0.950 dan nilai koefisien
determinasi persamaan regresi adalah 0.902 serta nilai koefisien determinasi yang disesuaikan untuk yang lebih dari satu variabel sebesar 0.788.
Berdasarkan nilai tersebut berarti 78.8 persen variasi atau perubahan peringkat dapat dijelaskan oleh perubahan ketujuh variabel. Signifikansi
koefisien determinasi dengan F hitung sebesar 7.899 dan nilai Sig sebesar 0.011 serta F tabel dengan df1 sebesar 7 dan df2 sebesar 6 adalah 4.21.
Kondisi F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai Sig lebih kecil dari alpha 0.05 yang berarti koefisien determinasi signifikan secara statistik.
4. Rata-rata mean untuk peringkat kecamatan adalah 28.8; jumlah penduduk 43.0; sosial ekonomi 25.2; penggunaan lahan 53.6; tingkat pelayanan 39.3;
biaya transportasi 25.3; kenyamanan 27.1; dan waktu perjalanan 80.4. Sedangkan standar deviasi peringkat kecamatan adalah 23.46; jumlah
penduduk 32.856; sosial ekonomi 23.78; penggunaan lahan 35.04; tingkat pelayanan 18.90; biaya transportasi 19.22; kenyamanan 24.60; dan waktu
perjalanan 10.65. Nilai rata-rata tertinggi adalah faktor waktu perjalanan, penggunaan lahan, dan jumlah penduduk dimana standar deviasi tertinggi
berpengaruh pada faktor penggunaan lahan dan jumlah penduduk. 5. Grafik P-P Plot Normal menggambarkan distribusi frekuensi dari peringkat
kecamatan dibandingkan dengan distribusi frekuensi yang telah ditentukan
83 dimana titik-titiknya berada di sekitar garis lurus diagonal. Frekuensi
pengamatan sama dengan distribusi uji sehingga disimpulkan bahwa data telah terdistribusi secara normal atau penyebaran peringkat kecamatan
mengikuti distribusi normal. 6. Grafik Scatterplot menggambarkan penyebaran residual regresi dan
memeriksa linearitas hubungan antara variabel independen dan dependen. Dimana residual negatif diikuti oleh residual positif yang berarti telah
mengikuti asumsi analisis regresi sehingga persamaan regresinya sudah tepat.
Permintaan pergerakan penduduk Kota Makassar berdasarkan aktivitas dan sebaran spasial lokasi kecamatan diprediksi akan sangat signifikan
dipengaruhi oleh faktor-faktor: jumlah penduduk, sosial ekonomi, penggunaan lahan, tingkat pelayanan, hargabiaya transportasi, kenyamanan pelayanan
transportasi, dan waktu perjalanan. Signifikansi tersebut terutama pada koefisien korelasi antara peringkat
dengan tingkat pelayanan, kenyamanan pelayanan, dan waktu perjalanan. Selain itu, koefisien determinasi model telah signifikan secara statistik antara ketujuh
variabel independen terhadap permintaan. Berdasarkan grafik pada Lampiran 2 disimpulkan bahwa data yang
digunakan telah terdistribusi secara normal atau untuk penyebaran peringkat kecamatan, karena telah mengikuti distribusi normal dengan standar deviasi
0.08. Selain itu, persamaan regresi hubungan antara variabel terikat dan bebas sudah tepat karena telah mengikuti asumsi-asumsi analisis regresi.
Peramalan permintaan pergerakan penduduk berdasarkan kecamatan akan berkurang sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk -0.107, biaya
transportasi -2.24, dan waktu perjalanan -1.676. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap permintaan pergerakan penduduk adalah sosial
ekonomi 4.214, penggunaan lahan 0.127, tingkat pelayanan 0.793, dan kenyamanan 1.32.
Koefisien korelasi berganda sebesar 0.950 berarti korelasi antara seluruh faktor dengan peringkat kecamatan yang mempengaruhi permintaan adalah 95
dan koefisien determinasi sebesar 0.902 menunjukkan bahwa 90 sumbangan faktor-faktor lainnya menentukan naik turunnya peringkat kecamatan dan 10
sisanya ditentukan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model.
84 Hubungan ke tujuh variabel di atas berdasarkan data dan analisis statistik
deskriptif yang menggunakan skala penilaian prosentase 1-100 dapat dilihat pada Gambar 14.
20 40
60 80
100
Mariso Mamajang
Tamalate Rappocini
Makassar Ujungpandang
Wajo Bontoala
Ujung Tanah Tallo
Panakkukang Manggala
Biringkanaya Tamalanrea
Kecamatan Persentase Faktor Berpengaruh
Waktu Perjalanan Kenyamanan
Biaya Transportasi Tingkat Pelayanan
Penggunaan Lahan Sosial Ekonomi
Penduduk
Gambar 14. Permintaan Transportasi Kota Makassar Per Kecamatan Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori pengelompokan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan transportasi Kota Makassar yaitu kategori rendah 0-33, sedang 34-66, dan tinggi 67-100.
Hasilnya adalah faktor jumlah penduduk berpengaruh rendah 0-30, sosial ekonomi rendah-sedang 10-55, penggunaan lahan rendah-sedang 18-
63, tingkat pelayanan rendah-tinggi 22-75, biaya transportasi sedang-tinggi 41-75, kenyamanan sedang-tinggi 55-79 dan waktu perjalanan rata-rata
tinggi 100 persen pada 14 kecamatan. Selain itu, teridentifikasi juga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
permintaan transportasi di setiap kecamatan adalah sangat bervariasi. Kategori pengelompokan faktor berpengaruh adalah 0-20 sangat rendah, 21-40
rendah, 41-60 sedang, 61-80 tinggi, dan 81-100 sangat tinggi. Kategori kecamatan berdasarkan berbagai faktor yang beragam adalah
sangat rendah di sebagian besar kecamatan kecuali Kecamatan Mariso, Mamajang, Makassar, Bontoala, dan Tallo; kategori rendah di sebagian besar
kecamatan kecuali Kecamatan Tamalate dan Manggala; kategori sedang di sebagian besar kecamatan kecuali Kecamatan Tallo; kategori tinggi di sebagian
besar kecamatan kecuali Kecamatan Ujung Tanah; dan kategori sangat tinggi di seluruh kecamatan.
85 Kondisi di atas sejalan dengan kondisi transportasi umum massal kota-kota
di Indonesia, dimana dari 10 kota metropolitan hanya 7 kota yang menggunakan kendaraan kapasitas besar bus besar dan sedang secara maksimal dan
selebihnya didominasi kendaraan berkapasitas kecil MPU seperti Kota Makassar.
Beberapa permasalahan terkait dengan kondisi tersebut, diantaranya adalah: rendahnya aksesibilitas karena banyaknya bagian kawasan perkotaan
yang belum dilayani dan rendahnya tingkat pelayanan angkutan umum penumpang non-bus MPU karena waktu tunggu yang relatif tinggi antara 33-46
menit. Selain itu, waktu perjalanan yang lama karena hierarki pelayanan tidak
optimal berdampak pada terjadinya trayek berjarak panjang dan terjadi penumpukan atau tumpang tindih trayek pada beberapa rute antar kawasan
dalam kota dan berimplikasi langsung pada peningkatan tarif angkutan umum penumpang.
5.2. Kinerja Rute dan Operasi Angkutan Umum Penumpang Non-Bus