55 non-bus adalah kecenderungan pergeseran pergerakan penduduk dalam
dimensi ruang dan waktu seperti: pergeseran waktu, pergeseran lokasi, pergeseran moda, dan pergeseran lokasi tujuan.
Model rute pilihan dan penataan kawasan dibangun berdasarkan peta administrasi, penggunaan lahan, jaringan jalan dan rute, kepadatan penduduk,
garis perjalanan, struktur dan pola ruang, kawasan polusi, dan garis pilihan rute dan pengembangan kawasan. Seleksi jalur optimal optimal path selection yang
dilakukan adalah terhadap jarak terpendek shortest-path. Penataan atau pengembangan kawasan yang rawan polusi emisi gas
buang kendaraan perlu mempertimbangkan klasifikasi atau klaster kawasan berdasarkan tingkat polusi secara umum udara ambien dan khusus emisi gas
buang. Hasil akhir pemodelan pengelolaan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang kota dengan bantuan SIG adalah peta rute pilihan dan pengembangan
kawasan.
3 Metode Perbandingan Eksponensial MPE, yaitu salah satu metode untuk
menentukan urutan prioritas alternatif keputusan nilai alternatif lebih kontras dengan kriteria jamak yang menggunakan rancang bangun model yang telah
terdefinisi dengan baik dalam tahapan proses sebagai berikut Marimin, 2004: 1 menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih.
2 menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan penting dievaluasi. 3 menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan.
4 melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria. 5 menghitung skor atau nilai total setiap alternatif.
6 menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif.
Persamaan dalam perhitungan skor atau nilai untuk setiap alternatif sebagai berikut Marimin, 2004:
∑
=
=
m n
j
RKij TNi
TKKj
32 keterangan:
TNi = total nilai alternatif ke-i RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj 0; bulat n = jumlah pilihan keputusan
m
= jumlah kriteria keputusan
3.7. Validasi dan Verifikasi Model
56 Validasi model dilakukan untuk menyesuaikan antara tujuan dan metode
yang digunakan dalam analisis atau penyesuaian terhadap keabsahan model, sedangkan verifikasi merupakan penilaian model berdasarkan rentang nilai atau
sensitivitas model perilaku model jika terdapat perubahan batasan ataupun parameter dalam perlakuannya Eriyatno, 1999. Validasi dan verifikasi model
dilakukan, karena seringkali penggunaan dan perancangan model tidak tepat guna sehingga merupakan suatu tahapan yang penting dalam pemodelan dalam
menunjukkan bahwa penggunaan model yang dirancang ataupun digunakan dapat dinyatakan relatif sebagai model yang mewakili solusi dari permasalahan
yang diteliti Eriyatno, 1999. Penelitian ini menggunakan teknik dan prosedur validasi model berupa uji
kesesuaian batasan dengan teknik dan prosedur serta verifikasi model berupa uji keberhasilan parameter dengan teknik dan prosedur pemodelan consistency
ratio dan statistik uji sensitivitas dengan koefisien determinasi R
2
. Metodologi penelitian di atas secara detail dapat digambarkan dalam
bentuk pemetaan penelitian dan dapat dilihat pada Gambar 11.
57
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Pergerakan Penduduk Kota Makassar dan Sekitarnya
Pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan aktivitas di Kota Makassar tidak dapat dipisahkan dari berbagai potensi dalam melakukan
pergerakan, baik dalam konstalasi antar kawasan dalam kota maupun antar kota atau kabupaten sekitarnya. Tinjauan pergerakan penduduk tersebut adalah:
sosial ekonomi penduduk, kepadatan penduduk, dan penggunaan lahan.
4.1.1. Sosial Ekonomi Penduduk
Kota Makassar sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia KTI merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah 175.77 km
2
dan jumlah penduduk mencapai 1 193 434 jiwa pada tahun 2005 yang tersebar di 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Peran Kota Makassar sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan dan industri, jasa dan pelayanan sosial, pendidikan, kegiatan budaya dan pariwisata dan permukiman menyebabkan daya tarik kota
menjadi besar bagi perkembangan kota dan pertumbuhan penduduk serta pertumbuhan PDRB kota yang meningkat 0.81 dari 19.13-19.94 selama
kurun waktu 4 tahun dari tahun 2001 sampai 2005 BPS, 2006 dan Pemerintah Kota Makassar, 2005a.
PDRB sebagai wujud pencerminan kemajuan ekonomi Kota Makassar pada tahun 2005 telah mencapai nilai Rp15744.194 miliar rupiah atas dasar
harga berlaku dan sebesar Rp10492.541 milliar rupiah atas dasar harga konstan 2005. Struktur ekonomi berdasarkan PDRB Kota Makassar hingga saat ini
didominasi sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 28.78 . Sedangkan PDRB perkapita penduduk atas dasar harga konstan tahun 2000 adalah sebesar
1193434 BPS, 2006. Pencari kerja yang tercatat dalam BPS 2006 pada tahun 2005 sebanyak
26319 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 10824 orang dan perempuan 15495 orang menurut tingkat pendidikan SMA menempati peringkat pertama
sekitar 66.20 persen kemudian tingkat pendidikan Sarjana sekitar 20.26 persen. Perkembangan penduduk pencari kerja selama periode 2002-2005 cenderung
meningkat walaupun pada tahun 2005 turun sekitar 4.24 persen. Pergerakan penduduk kota dengan maksud perjalanan darike perumahan,
sekolahkampus, bekerjaperkantoran, belanjaperdagangan dan hiburansosial