50 Nilai
Keterangan 1
Kriteriaalternatif A sama penting dengan kriteriaalternatif B 3
A sedikit lebih penting dari B 5
A jelas lebih penting dari B 7
A sangat jelas lebih penting dari B 9
A mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8
Ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber : Saaty, 1993
3.6.5. Analisis Perancangan Model Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan
Berdasarkan tujuan keempat penelitian, yaitu merancang model pengelolaan transportasi angkutan umum penumpang non-bus berkelanjutan
yang terintegrasi dengan penataan ruang, maka analisis data yang digunakan adalah: 1 Model Interaksi Transportasi-Tata Ruang Model Lowry, yaitu model
analisis yang dikembangkan dari Model Gravitasi dengan Model Economic Base untuk mengkaji interaksi penggunaan lahan dan transportasi dengan yang
bertujuan menentukan struktur perkotaan berdasarkan kegiatan ekonomi kota dan penduduk kota. Model ini berkaitan erat dengan pengembangan sistem
transportasi dan arah kecenderungan perkembangan kota dengan rumusan matematis sebagai berikut Cartwright, 1993: Nadjid et al., 2001:
a = PE 22
ß = SP 23
keterangan: a = faktor friksi
dari total angkatan kerjarumah tangga dari sektor pekerjaan ß = rasio kebutuhan pengganda service sector dengan asumsi rata-rata
P = total angkatan kerja keseluruhan wilayah pengamatan jiwa E = total sektor pekerjaan keseluruhan wilayah pengamatan jiwa
S = total service sector jiwa
Selanjutnya pengalokasian basic sector dengan model gravitasi kendala tunggal yang dirumuskan sebagai berikut:
T
ij
= E
i
. ß. P
j
. d
ij -2
24, dimana ß =
∑
j
. P
j
d
ij -2
-1
25 keterangan:
T = gravitasi kendala tunggal E = total sektor keseluruhan wilayah pengamatan jiwa atau
alokasi basic sector dengan faktor friksi friction factor d = jarak i ke-j km
ß = rasio kebutuhan pengganda service sector dengan asumsi rata-rata P = total angkatan kerja keseluruhan wilayah pengamatan jiwa
51 Kemudian dilakukan perhitungan dengan model interaksi Model Gravitasi
dengan persamaan matematis: Pr
ij P
= A
i
. P
j
. d
ij -2
26 keterangan:
Pr = model interaksi gravitasi Selanjutnya dihitung total basic sector yang bertempat tinggal di setiap
kecamatan dengan persamaan matematis: P
ij
= a
∑
j
.
T
ij
27 keterangan:
P
ij
= penggandaan jumlah pekerja basic sector Kemudian diperhitungkan kemungkinan interaksi terhadap model lokasi service
sector dengan persamaan matematis: S
ij
n = B
j
. D
j
.n. S
i
. d
ij -2
28, dimana B
i
=
∑
j
. S
i
. d
ij -2
-1
29, dan Pr
ij S
= B
j
. S
i
. d
ij -2
30, sehingga Pr
ij S
= S
i
. d
ij -2
.
∑
j
. S
i
. d
ij -2
-1
31 keterangan:
Pr = model interaksi gravitasi S
ij
= lokasi service sector B
i
= penduduk jiwa n = iterasi ke-n
Proses selanjutnya dilakukan dengan iterasi kedua kalinya dan kesimpulan kedua iterasi tersebut adalah total basic sector dan angkatan kerja pada tiga
lokasi penelitian, sedangkan keluaran akhir akan menggambarkan: basic sector nyata, perkiraan service sector, total perkiraan sector, dan total perkiraan
angkatan kerja serta interaksi antar kawasan penelitian; 2 Sistem Informasi Geografis SIG, yaitu analisis yang dilakukan dalam
membantu pengambilan keputusan dalam bidang transportasi yang bersinergi dengan tata ruang struktur dan pola ruang kota dalam bentuk pemetaan atau
visualisasi kesembilan jenis peta dengan bantuan software ArcView dan MapInfo sebagai berikut:
1 Peta Dasar, yaitu penggambaran dengan digitasi peta dasar Kota Makassar dan sekitarnya setelah ditransfer ke dalam file ArcView dan MapInfo dalam
52 bentuk file JPEG dan shp yang dibuat dalam bentuk points, lines, dan areas
polygon. 2 Peta Administrasi, yaitu digitasi peta kota dan sekitarnya menggunakan
software MapInfo yang berisi batas-batas administrasi kota, kecamatan, jalan, dan sungai sebagai petunjuk batas dan struktur alami kota kemudian
dikonversi ke ArcView dalam bentuk format shp untuk memudahkan penyajian layout serta penentuan file-file index dalam pembentukan peta administrasi.
3 Peta Penggunaan Lahan, yaitu digitasi peta penggunaan lahan Kota Makassar dengan menggunakan software MapInfo yang memuat tentang penutupan
lahan land cover berdasarkan klasifikasinya dan dikonversi dalam format shp serta penentuan file-file index dalam membentuk peta penggunaan lahan.
Kemudian dilakukan join data spasial dengan data atribut penggunaan lahan dalam bentuk luasan lahan berdasarkan penggunaannya.
4 Peta Jaringan Jalan dan Rute, yaitu digitasi peta jaringan jalan kota dan trayekrute angkutan umum penumpang non-bus D, E, G, Makassar-Maros,
dan Makassar-Gowa dalam tipe desire lines, routenetworks dan polygon yang dikonversi dari hasil analisis seleksi jalur optimal.
5 Peta Kepadatan Penduduk, yaitu digitasi peta kepadatan penduduk dari atribut dalam bentuk penyebarannya dan digunakan untuk peramalan perjalanan
dalam bentuk format gambar berbentuk polygon berupa luasan dari batas administrasi kecamatan.
6 Peta Garis Perjalanan, yaitu digitasi peta garis perjalanan dalam bentuk desire lines dan polygon berdasarkan interpretasi perhitungan Model Lowry yang
menggambarkan arah pergerakan penduduk dengan variasi ketebalan garis berdasarkan besar kecilnya perjalanan antar kawasan dan digunakan untuk
peta rute pilihan dan pengembangan kawasan. 7 Peta Struktur dan Pola Ruang, yaitu digitasi peta struktur dan pola ruang
dalam bentuk polygon dan linesroute systems, dan point dari yang bersumber dari model interaksi transportasi-tata ruang dan gabungan atribut RTRW Kota
Makassar serta sebagai input analisis untuk overlay peta garis rute pilihan dan pengembangan kawasan.
8 Peta Kawasan Polusi, yaitu digitasi peta kawasan polusi dalam bentuk polygon dari atribut kualitas udara ambien kota dan tingkat emisi gas buang
53 kendaraan berdasarkan klasifikasi dan lokasinya dan digunakan sebagai input
untuk overlay peta garis rute pilihan dan pengembangan kawasan. 9 Peta Garis Rute Pilihan dan Pengembangan Kawasan, yaitu digitasi peta rute
pilihan dan pengembangan kawasan dalam bentuk polygon, lines dan routenetworks systems, dan point yang merupakan output overlay antara
peta garis perjalanan, peta struktur dan pola ruang, dan peta kawasan polusi. Untuk mendukung pemilihan rute pilihan sebagai fungsi dari rute optimal
dilakukan dengan tahap seleksi jalur optimal yang memanfaatkan data jarak perjalanan atau interaksi antar kawasan dalam kota menggunakan Model Lowry
sebelumnya serta data jaringan dengan rute terbaik dari satu titik di ruas jalan yang telah ditentukan.
Selain itu, dilakukan peramalan perjalanan berupa analisis data atribut penduduk dan pergerakan yaitu interpretasi berdasarkan tinggi dan rendahnya
permintaan pergerakan pada suatu lokasi atau kawasan terhadap penggunaan lahan dan lokasi potensial polusi serta batas administrasi kota. Proses analisis
spasial dalam pengelolaan transportasi seleksi jalur optimal yaitu penggunaan data jaringan jalan dimana rute terbaik dari satu titik ditentukan berdasarkan jarak
berupa data jalan terhadap peta pola penggunaan lahan dan kepadatan penduduk.
Overlay peta yaitu proses analisis berupa penggabungan beberapa peta tematik secara tumpang tindih menggunakan teknik kombinasi linier yang
menyatakan bahwa setiap kriteria peta tematik memiliki bobottingkat kepentingan yang sama dalam proses analisis kesesuaiannya yang dilakukan
secara bertahap dengan cara menumpang tindihkan masing-masing peta terlebih dahulu untuk dua jenis peta.
Proses penggambaran dan analisis beberapa peta tematik di atas dilakukan berdasarkan prinsip pembagian data ke dalam beberapa lapisan
layers untuk data base spasial seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Layers SIG untuk Database Spasial dan Transportasi
No. Tematik
Tipe Atribut
1 Peta Dasar
Line Point
Polygon ID, Nama administrasi, kawasan, sungai,
pulau, penduduk, data sosial ekonomi kependudukan
2 Peta Administrasi
Polygon Line
ID, Nama administrasikecamatan, selat,
54
kawasan, penduduk, batas zona kota 3
Peta Penggunaan Lahan
Polygon ID, klasifikasi penggunaan lahan
4 Peta Jaringan Jalan
dan Rute Line network
Polygon ID, nama, status, rutetrayek
ID, nama terminal, pelabuhan,TP AUP, lokasi survei, bandara, kawasan
5 Peta Kepadatan
Penduduk Polygon
ID, klasifikasi kepadatanleve l sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah
6 Peta Garis Perjalanan
Line Polygon point
ID, klasifikasi tingkatanlevel ID, klasifikasi kecamatan dan kabupaten
kota 7
Peta Struktur dan Pola Ruang
Polygon Point
Line network ID, kawasan fungsional
ID, CBD, sub-CBD, sub-sub CBD ID, rencana jalan, arah perkembangan
8 Peta Kawasan Polusi
Polygon ID, kawasan, klasifikasi tingkatanlevel polusi
9 Peta Garis Rute
Pilihan dan Pengembangan
Kawasan Polygon
Line Point
ID, klasifikasi tingkatanlevel, penataan kawasan
ID, nama, status, rutetrayek ID, terminal, sub terminal, TP AUP
Secara skematik proses pembuatan peta-peta dan analisis teknik overlay di atas dapat dilihat pada Gambar 10.
Administrasi Penggunaan lahan
Jaringan JalanRute Kepadatan Penduduk
Garis Perjalanan Struktur dan Pola Ruang
Kawasan Polusi
Keterangan : Output Rute Pilihan dan Pengembangan Kawasan pada analisis overlay 6
Gambar 10. Proses Penentuan Rute Pilihan dan Pengembangan Kawasan Model rute pilihan dan penataan kawasan menggunakan Sistem Informasi
Geografis SIG merupakan bagian yang berkaitan langsung dengan Model Lowry dan beberapa tujuan sebelumnya dalam membantu pengambilan
keputusan dalam bentuk pemetaan atau visualisasi. Beberapa prinsip dasar dalam perumusan rute pilihan dalam sistem
manajemen kebutuhan transportasi, khususnya pelayanan angkutan penumpang overlay 1
overlay 2 overlay 3
overlay 4 overlay 5
overlay 6
55 non-bus adalah kecenderungan pergeseran pergerakan penduduk dalam
dimensi ruang dan waktu seperti: pergeseran waktu, pergeseran lokasi, pergeseran moda, dan pergeseran lokasi tujuan.
Model rute pilihan dan penataan kawasan dibangun berdasarkan peta administrasi, penggunaan lahan, jaringan jalan dan rute, kepadatan penduduk,
garis perjalanan, struktur dan pola ruang, kawasan polusi, dan garis pilihan rute dan pengembangan kawasan. Seleksi jalur optimal optimal path selection yang
dilakukan adalah terhadap jarak terpendek shortest-path. Penataan atau pengembangan kawasan yang rawan polusi emisi gas
buang kendaraan perlu mempertimbangkan klasifikasi atau klaster kawasan berdasarkan tingkat polusi secara umum udara ambien dan khusus emisi gas
buang. Hasil akhir pemodelan pengelolaan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang kota dengan bantuan SIG adalah peta rute pilihan dan pengembangan
kawasan.
3 Metode Perbandingan Eksponensial MPE, yaitu salah satu metode untuk
menentukan urutan prioritas alternatif keputusan nilai alternatif lebih kontras dengan kriteria jamak yang menggunakan rancang bangun model yang telah
terdefinisi dengan baik dalam tahapan proses sebagai berikut Marimin, 2004: 1 menyusun alternatif-alternatif keputusan yang akan dipilih.
2 menentukan kriteria atau perbandingan kriteria keputusan penting dievaluasi. 3 menentukan tingkat kepentingan dari setiap kriteria keputusan.
4 melakukan penilaian terhadap semua alternatif pada setiap kriteria. 5 menghitung skor atau nilai total setiap alternatif.
6 menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada skor atau nilai total masing-masing alternatif.
Persamaan dalam perhitungan skor atau nilai untuk setiap alternatif sebagai berikut Marimin, 2004:
∑
=
=
m n
j
RKij TNi
TKKj
32 keterangan:
TNi = total nilai alternatif ke-i RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj 0; bulat n = jumlah pilihan keputusan
m
= jumlah kriteria keputusan
3.7. Validasi dan Verifikasi Model