76
4.4. Kebijakan Sistem Transportasi Kota Makassar
Kebijakan sistem transportasi Kota Makassar merupakan tinjauan sistem secara keseluruhan tentang jaringan, aktivitas, pergerakan, dan lingkungan atau
kelembagaannya termasuk regulasi dengan membahas: pengembangan prasarana transportasi kota, tarif angkutan umum penumpang non-bus,
mekanisme perijinan angkutan umum penumpang non-bus, dan kawasan tertib lalulintas.
4.4.1.Pengembangan Prasarana Transportasi Kota
Pengembangan sistem transportasi kota dalam bentuk rekayasa maupun pengelolaan transportasi diarahkan untuk memacu pembangunan ekonomi,
sosial, dan fisik Kota Makassar. Pengembangan tersebut diantaranya adalah rencana pembangunan jalan antar kawasan hinterland kota berupa jalan lingkar
luar Outer Ring Road sepanjang 17.10 km, Jalan Radial Tengah Middle Radial Road sepanjang 8.75 km, Jalan Lingkar Tengah Middle Ring Road sepanjang
12.92 km dan Jalan Lingkar Dalam Inner Ring Road sepanjang 8.15 km Bappeda Kota Makassar, 2003.
Selain itu, perkembangan kuantitas jalan dalam bentuk pertambahan panjang jalan setiap tahunnya meningkat sebesar 1.4 yang diikuti dengan
upaya peningkatan peran dan fungsi terminal batas kota bagian Timur Kabupaten Gowa yaitu Terminal Malengkeri dan bagian Utara Kabupaten
Maros yaitu Terminal Daya. Perkembangan jumlah sarana kendaraan bermotor berkisar 553035 unit dan belum termasuk sepeda dan becak yang diperkirakan
mencapai angka 20 ribuan pada tahun 2004 Pemerintah Kota Makassar, 2005a.
Beberapa kebijakan pemerintah kota yang diharapkan dapat menunjang sistem transportasi kota, diantaranya adalah rencana pelebaran ruas jalan utama
yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan, Gunung Bawakaraeng, Urip Sumohardjo, dan beberapa jalan yang penting dan padat lainnya yaitu Jalan Dr.Ir. Sutami rencana
pengembangan jalan tol serta perbaikan jalan yang dalam kondisi rusak Pemerintah Kota Makassar, 2005a. Selain itu, penataan angkutan umum
penumpang non-bus Kota Makassar dalam sistem trayek yang melayani seluruh bagian wilayah kota dilakukan secara radial mengikuti pola dan struktur ruang
kota.
77
4.4.2.Tarif Angkutan Umum Penumpang Non-Bus
Tarif resmi angkutan umum penumpang non-bus pete-pete yang diberlakukan di Kota Makassar adalah tarif untuk trayek dalam kota dengan jarak
terjauh sebesar Rp 2200,- dua ribu dua ratus rupiah dan trayek untuk jarak terdekat sebesar Rp 1800,- seribu delapan ratus rupiah, tetapi dalam
penerapannya kurang tegas dan meresahkan pengguna karena seringkali tarif yang diberlakukan pengemudi adalah Rp 2500,- untuk jarak terjauh dan
Rp 2000- untuk jarak terdekat Pemerintah Kota Makassar, 2005a. Berdasarkan tarif angkutan umum penumpang non-bus angkutan kota di
Kota Makassar yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota dan kabupaten sekitarnya untuk masing-masing trayek dalam lokasi penelitian Pemerintah Kota
Makassar, 2005a adalah sebagai berikut: § Trayek D Terminal Daya-Makassar Mall berjarak 15 km sebesar Rp 2100,-
§ Trayek E Terminal Panakkukang-Makassar Mall berjarak 11.5 km sebesar Rp 2100,-
§ Trayek G Term. Daya - Makassar Mall berjarak 15.9 km sebesar Rp 2200,- § Trayek Makassar-Maros Terminal Daya-Terminal Maros berjarak
20 km sebesar Rp 5000,-
§ Trayek Makassar-Sungguminasa Term. Tamalate - Term. Sungguminasa berjarak
10 km sebesar Rp 2000,-
4.4.3.Mekanisme Perijinan Angkutan Umum Penumpang Non-Bus
Mekanisme pelayanan perijinan angkutan umum penumpang non-bus atau angkutan kota di Kota Makassar yang diselenggarakan di Dinas Perhubungan
atau DLLAJ terdiri dari dua bagian utama, yaitu: 1 pendaftaran dan penelitian dan 2 pemeriksaaan dan penyerahan. Pendaftaran dan penelitian berkaitan
dengan administrasi dan permohonan pengusaha angkutan yang akan disesuaikan dengan data base kelayakan jumlah angkutan kota pada saat
pendaftaran dan kelengkapan dokumen permohonan. Pemeriksaan dan penyerahan merupakan kelayakan fisik kendaraan angkutan kota dan
pembuatan rekomendasi perijinan yang memuat rekaman data dalam bentuk: surat pendaftaran dan pendataan kendaraan bermotor SPPKB, surat ketetapan
retribusi daerah, dan surat tagihan retribusi daerah Pemerintah Kota Makassar, 2005a.
78 Mekanisme perijinan dalam pengelolaan angkutan umum penumpang non-
bus angkutan kota tidak dapat dipisahkan dari besarnya jumlah kendaraan angkutan wajib uji dan perkembangan pengadaan SIM Surat Ijin Mengemudi
serta pengaturan trayek angkutan umum sebagai wujud dari mekanisme tersebut.
Jumlah kendaraan bermotor wajib uji di Kota Makassar pada tahun 2005 sebanyak 22799 buah dengan rincian angkutan umum penumpang non bus
sebanyak 2116 buah, mobil barang 7662 buah, dan mobil bus 7960 buah. Bila dibandingkan pada tahun 2002 jumlah kendaraan bermotor wajib uji mengalami
kenaikan sebesar 8.20 . Selain itu, proses pengurusan SIM juga mengalami peningkatan selama 2 tahun terakhir yaitu 222204 buah pada tahun 2005 yang
hanya sekitar 81088 buah pada tahun 2004 Pemerintah Kota Makassar, 2005a. Selain itu, pengaturan trayek angkutaan umum penumpang non-bus
angkutan kota atau pete-pete dalam wilayah Kota Makassar yang melayani 24 trayek telah ditetapkan melalui peraturan daerah Walikota Makassar Nomor 103
Tahun 2005 tentang penatapan jaringan trayek angkutan kota yang dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Trayek Angkutan Kota dalam Wilayah Kota Makassar 2000-2005
No. Trayek
Jalur Berangkat Jalur Kembali
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
10. 11.
12. 13.
14. 15.
16. 17.
18. 19.
20. 21.
22. 23.
24. BTN Minasaupa-Pasar Butung A
Terminal Tamalate-Pasar Butung B Makassar Mall-Tallo C
Terminal Daya-Makassar Mall D Terminal Panakkukang-Mksr Mall E
Terminal Tamalate-Makassar Mall F Terminal Daya-Pasar Butung G
Perumnas Antang-Pasar Butung H Terminal Panakkukang-Pasar Baru I
Terminal Panakkukang-Mksr Mall J Terminal Panaikang-Term.Tamalate K
Terminal Tamalate-Pasar Butung L Terminal Panaikang-Tanjung Alang M
Term. Tamalate-Term.Panakkukang N Term.Panaikang-Pasar Butung O
Term.Panaikang-Term.Tamalate P Pasar Pannampu-Term.Tamalate U
Term.Daya-Per.Mangga Tiga V1,2,3 Terminal Daya-SMA6-Desa NelayanW
Term.Tamalate-Kampus Unhas B1 Tallo-Kampus Unhas C1
Term.Panakkukang-Kampus Unhas E1 Term.Tamalate-Kampus Unhas F1
Pasar Baru-Kampus Unhas R 10 ruas jalan
13 ruas jalan 11 ruas jalan
7 ruas jalan 12 ruas jalan
10 ruas jalan 7 ruas jalan
7 ruas jalan 12 ruas jalan
9 ruas jalan 10 ruas jalan
16 ruas jalan 7 ruas jalan
7 ruas jalan 14 ruas jalan
9 ruas jalan 12 ruas jalan
2 ruas jalan per V 5 ruas jalan
15 ruas jalan 8 ruas jalan
12 ruas jalan 8 ruas jalan
12 ruas jalan 10 ruas jalan
11 ruas jalan 12 ruas jalan
5 ruas jalan 10 ruas jalan
11 ruas jalan 7 ruas jalan
7 ruas jalan 15 ruas jalan
9 ruas jalan 10 ruas jalan
15 ruas jalan 8 ruas jalan
7 ruas jalan 11 ruas jalan
9 ruas jalan 12 ruas jalan
2 ruas jalan per V 5 ruas jalan
11 ruas jalan 13 ruas jalan
9 ruas jalan 11 ruas jalan
8 ruas jalan
Sumber: Pemerintah Kota Makassar 2005a Jumlah armada angkutan umum penumpang non-bus angkutan kota atau
pete-pete di Kota Makassar yang terdaftar pada pemerintah kota dan kabupaten
79 sekitarnya untuk masing-masing trayek dalam lokasi penelitian Pemerintah Kota
Makassar, 2005a adalah sebagai berikut: § Trayek D Terminal Daya-Makassar Mall sebanyak 1089 unit.
§ Trayek E Terminal Panakkukang-Makassar Mall sebanyak 413 unit. § Trayek G Terminal Daya-Pasar Butung sebanyak 381 unit.
§ Trayek Makassar-Maros Terminal Panakkukang-Makassar Mall sebanyak 549 unit.
§ Trayek Makassar-Sungguminasa Terminal Panakkukang-Makassar Mall sebanyak 1222 unit.
4.4.4.Kawasan Tertib Lalulintas
Untuk menunjang penataan sistem transportasi kota, telah ditetapkan pula beberapa Kawasan Tertib Lalulintas KTL. KTL diberlakukan, karena beberapa
ruas jalan dalam kota dan sekitarnya telah menurun tingkat pelayanan jalannya yaitu penurunan rasio antara volume dengan kapasitas jalan disamping dampak
ikutan lainnya seperti kesemrawutan, kecelakaan, dan berbagai pelanggaran lalulintas. Kawasan tersebut ditetapkan melalui keputusan Walikota Makassar
tahun 1994 dan 1996 yang menetapkan KTL di sebagian Jalan Jenderal Sudirman dan sebagian Jalan Dr. Ratulangi serta Jalan Gunung Bawakaraeng
Pemerintah Kota Makassar, 2005a. Penetapan KTL sebagai salah satu strategi pengelolaan transportasi pada
umumnya dan lalulintas khususnya yang diberlakukan karena terdapat perbedaan besar dari para pelaku pengendara angkutan umum dan pribadi,
komposisi lalulintas, dan tingkat kesibukan pada setiap ruas jalan. Selain itu, terdapat berbagai fenomena lalulintas seperti sikap penyeberang jalan atau
pejalan kaki di sebarang tempat, naik turunnya penumpang angkutan kota di sebarang tempat, pemanfaatan badan jalan untuk kegiatan berdagang, parkir
dan bongkar muat barang di tepi jalan yang mempengaruhi lingkungan jalan dan sekitarnya.
V. PENILAIAN KINERJA POLA TRAYEKRUTE EKSISTING
5.1. Permintaan Pergerakan Penduduk
Kebutuhan akan jasa angkutan umum penumpang di Kota Makassar tidak dapat dipisahkan dengan kebutuhan transportasi kota yang timbul karena lokasi
aktivitas penduduk yang tersebar secara spasial sehingga perjalanannya juga menyebar ke seluruh bagian wilayah kota. Pola penyebaran tersebut sebagai
implikasi dari rencana penggunaan lahan yang telah direncanakan dalam RTRW Kota Makassar dalam konteks kota dan RTRW Kawasan Metropolitan
Mamminasata dalam konteks wilayah dan perkotaan maupun yang berkembang secara alami atau tanpa perencanaan.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel yang dapat menimbulkan kebutuhan transportasi atau permintaan akan
pergerakan atau perjalanan penduduk kota di setiap kecamatan, dimana variabel-variabel tersebut dikonversi dan selanjutnya dianalisis serta diramalkan
dalam model kebutuhan transportasi seperti yang telah dijelaskan pada Sub bab 3.6.2.
Hasil survei data sekunder dan primer selengkapnya untuk setiap variabel bebas X
1
sampai X
7
di 14 kecamatan Kota Makassar dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 7, sedangkan hasil tabulasi variabel-variabel yang
berpengaruh dan peringkat kecamatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Faktor yang Berpengaruh pada Permintaan Pergerakan
Penduduk Kota Makassar berdasarkan Kecamatan
No Kecamatan
X
1
X
2
X
3
X
4
X
5
X
6
X
7
Peringkat
1 Mariso
29013 193
13060 59.1
17 110
225 23
2 Mamajang
26167 27
15973 69.0
17 110
225 20
3 Tamalate
7148 42
32602 70.3
23 50
225 22
4 Rappocini
14813 47
28141 115.4
23 120
225 25
5 Makassar
31898 41
15639 78.1
41 120
225 25
6 Ujungpandang
10616 32
6870 60.0
41 190
285 22
7 Wajo
17154 17
11023 89.9
43 120
225 20
8 Bontoala
27138 22
13840 59.1
23 110
225 18
9 Ujung Tanah
7711 23
10998 59.1
17 60
225 11
10 Tallo
21979 45
35365 59.1
17 60
225 22
11 Panakkukang
7623 43
26709 115.4
41 190
285 30
12 Manggala
3833 34
24387 59.1
23 60
225 16
13 Biringkanaya
2485 43
35583 59.1
26 180
285 23
14 Tamalanrea
2666 33
22268 59.1
23 110
225 18
Sumber: Survei Data Sekunder dan Primer 2006