0.92 3.00 PTLP 1.78 0.43 PTLP ANALISIS BESARAN SISTEM PENTARIFAN

109 Berdasarkan persamaan pada Sub bab 3.6.3. dapat dianalisis data sekunder dan primer dari kelima tinjauan yang berpengaruh dalam menghitung permintaan terhadap angkutan umum penumpang sebagai berikut: 1 Pola penggunaan lahan Aksesibilitas yang baik merupakan salah satu persyaratan dalam pelayanan angkutan umum, sehingga lintasan trayek angkutan umum seyogyanya melalui penggunaan lahan dengan potensi permintaan tinggi atau lokasi potensial untuk tujuan bepergian dengan berbagai kepentingan menjadi prioritas pelayanan tersebut. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan penggunaan lahan di 3 kecamatan seperti pada Tabel 30. Tabel 30. Penggunaan Lahan Per Kecamatan di Lokasi Penelitian No. Kecamatan dan Kelurahan Luas km 2 Penggunaan Lahan km 2 Ket. Permukiman Industri Perdagangan Jasa Sawah Tambak Ruang Terbuka Jalan I Ujungpandang

2.63 0.92

- 1.18 - -

0.53 PTLP

1 Lae-Lae 0.22 0.10 - - - - 0.12 PRLP 2 Losari 0.27 - - - - - - tad 3 Mangkura 0.37 - - - - - - tad 4 Pisang Selatan 0.18 - - - - - - tad 5 Lajangiru 0.20 - - - - - - tad 6 Sawerigading 0.41 - - - - - - tad 7 Maloku 0.20 - - - - - - tad 8 Bulogading 0.23 - - - - - - tad 9 Baru 0.21 - - - - - - tad 10 Pisang Utara 0.34 - - - - - - tad II Panakkukang

13.03 3.00

0.14 1.00

0.1 -

8.79 PTLP

1 Paropo 1.94 - - - - - - tad 2 Karampuang 1.46 - - - - - - tad 3 Pandang 1.16 - - - - - - tad 4 Masale 1.32 - - - - - - tad 5 Tamamaung 1.27 - - - - - - tad 6 Karuwisi 0.85 - - - - - - tad 7 Sinrijala 0.17 - - - - - - tad 8 Karuwisi Utara 1.72 - - - - - - tad 9 Pampang 2.73 1.36 0.1 0.4 0.1 0.1 0.67 PTLP 10 Panaikang 2.35 - - - - - - tad 11 Tello Baru 2.18 0.82 0.3 0.4 0.1 0.1 0.46 PTLP III Biringkanaya

48.22 1.78

1.35 0.43

0.68 3.56

7.8 PTLP

1 Paccerakkang 7.80 - - - - - - tad 2 Daya 5.81 - - - - - - tad 3 Pai 5.14 - - - - - - tad 4 Sudiang Raya 8.78 - - - - - - tad 5 Sudiang 13.49 - - - - - - tad 6 Bulurokeng 4.31 0.79 0.75 0.3 0.4 0.2 1.87 PTLP 7 Untia 2.89 0.60 0.2 0.1 0.1 0.2 1.69 PRLP Jumlah 63.88 - - - - - - - Kota Makassar 175.77 - - - - - - - Sumber: BPS Kota Makassar 2006 PTLP = permintaan tinggilokasi potensial PRLP = permintaan rendahlokasi potensial tad = tidak ada data Berdasarkan pola penggunaan lahan di tiga kecamatan, maka teridentifikasi bahwa kawasan terbangun dengan fungsi permukiman, industri, dan jasa secara umum masih dominan penggunaannya, sehingga lokasi penelitian potensial untuk menimbulkan permintaan bangkitan yang tinggi. Teridentifikasi bahwa lokasi yang potensial untuk perdagangan dan jasa 110 adalah Kecamatan Ujungpandang, permukiman di Panakkukang, dan industri di Biringkanaya. Secara umum pola penggunaan lahan tersebut masih berimbang dengan ruang terbuka dan jalan, terutama di Kecamatan Panakkukang dengan luas wilayah 13.03 km 2 dan Biringkanaya dengan luas wilayah 48.22 km 2 yang masih didominasi kawasan tidak terbangun. Berdasarkan tinjauan kelurahan terluar atau berjarak terjauh dari ibukota kecamatan, maka terdapat 5 kelurahan di kecamatan yaitu Ujungpandang Lae lae yang berpotensi untuk kegiatan pariwisatarekreasi pulau; Panakkukang Pampang dan Tello Baru yang berpotensi untuk kegiatan permukiman dan jasa; dan Biringkanaya Bulurokeng dan Untia yang berpotensi untuk kegiatan industri dan tambak. Untuk lebih jelasnya pola penggunaan lahan di lima kelurahan dapat dilihat pada Gambar 24. 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Luas km2 Lae-Lae Pampang Tello Baru Bulurokeng Untia Kelurahan Permukiman Industri Perdagangan Jasa Sawah Tambak Ruang TerbukaJalan Gambar 24. Pola Penggunaan Lahan Per Kelurahan Berdasarkan grafik rata-rata penggunaan lahan di lima kelurahan tersebut teridentifikasi bahwa rata-rata didominasi untuk industri, perdaganganjasa, sawah, tambak, dan ruang terbukajalan, sedangkan permukiman yang sangat tinggi di Kelurahan Tello Baru dan relatif rendah di Kelurahan Lae lae, Pampang, Bulurokeng, dan Untia. Selain itu, diidentifikasi bahwa Kelurahan Tello Baru lebih dominan sebagai tujuan perjalanan untuk tempat tinggal atau permukiman dan keempat kelurahan lainnya untuk tujuan perdaganganjasa, industri, dan kegiatan lainnya. 2 Pola pergerakan penumpang angkutan umum Rute angkutan umum penumpang yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan penumpang secara khusus dan penduduk secara umum, sehingga tercipta pergerakan yang lebih efisien dengan me minimalisasi perjalanan penumpang dari asal ke tujuan pada saat terjadi transfer moda. 111 Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi pola pergerakan penumpang di 3 kecamatan seperti terlihat pada Tabel 31. Tabel 31.Pola Perjalanan PendudukPenumpang di Lokasi Penelitian No. Kecamatan dan Kelurahan Penduduk jiwa Pola Perjalanan Penumpang Ket. Maksud Perjalanan Asal Perjalanan Tujuan Perjalanan I Ujungpandang 27 921 Sosial Ujungpandang Panakkukang dominan 1 Lae-Lae 1 504 Belanja Lae lae Ujungpandang dominan II Panakkukang 129 967 Belanja Panakkukang Ujungpandang dominan 1 Pampang 13 849 Sosial Pampang Ujungpandang 2 Tello Baru 10 364 Bekerja Tello Baru Biringkanaya III Biringkanaya 119 818 Sosial Biringkanaya Ujungpandang dominan 1 Bulurokeng 5 971 Bekerja Bulurokeng Biringkanaya dominan 2 Untia 1 682 Sosial Untia Panakkukang dominan Jumlah 277 706 - - - - Kota Makassar 1 193 434 - - - - Sumber: Pemerintah Kota Makassar dan Survei Data Primer 2006 Berdasarkan hasil analisis data di atas, dapat diidentifikasi bahwa maksud perjalanan antar kawasan terbesar dari tiga kecamatan secara umum dan lima kelurahan secara khusus adalah kegiatan sosial pendidikan, rekreasi, dan lainnya dan kegiatan bekerja dan belanja. Asal perjalanan penumpang penduduk teridentifikasi yang dominan di Kecamatan Panakkukang dan Biringkanaya dibandingkan Ujungpandang, sedangkan tujuan perjalanan dominan adalah Kecamatan Ujungpandang dibandingkan kedua kecamatan lainnya. Pola pergerakan penduduk penumpang tersebut secara umum merupakan perjalanan Asal-Tujuan rumah-bekerja,rumah-belanja,rumah-sosial, kantor- belanja, kantor-sosial, dan belanja-sosial dengan variasi rata-rata jarak perjalanan antara 7-12 km. Berdasarkan grafik pola pergerakan penduduk tersebut teridentifikasi maksud pergerakan dominan adalah kegiatan sosial tersebar di Kecamatan Ujungpandang dan Biringkanaya serta di Kelurahan Pampang dan Untia, sedangkan untuk maksud belanja dan bekerja tersebar secara merata di Kecamatan Panakkukang, Kelurahan Lae lae, Tello Baru, dan Bulurokeng. Berdasarkan asal pergerakan dominan adalah Kecamatan Ujungpandang dan Kelurahan Lae lae dan di dua kecamatan serta empat kelurahan lainnya relatif sama. Untuk lebih jelasnya pola pergerakan penduduk penumpang di lima kelurahan yang terdapat pada tiga kecamatan dapat dilihat pada Gambar 25. 112 Ujung Pandang Lae-Lae Panakkukang Pa m pa ng Tello Baru Biringkanaya Bu lur ok en g Untia sosial belanja bekerja Biringkanaya Panakkukang Ujung Pandang 20 40 60 80 100 Skala Penilaian Kelurahan Asal Pergerakan Maksud Tujuan Perjalanan sosial belanja bekerja Biringkanaya Panakkukang Ujung Pandang Gambar 25. Pola Pergerakan Penduduk Lokasi Penelitian Berdasarkan tujuan pergerakan dominan adalah Kecamatan Panakkukang dan Kelurahan Lae lae, Pampang, dan Biringkanaya dibandingkan dengan Kecamatan Ujungpandang, Kelurahan Tello Baru, Bulurokeng, dan Untia yang relatif lebih kecil. 3 Kepadatan penduduk Prioritas pelayanan angkutan umum penumpang non-bus dengan mempertimbangkan kepadatan penduduk tinggi, karena identik dengan tingginya potensi akan permintaan pergerakan bangkitan, sehingga dapat diarahkan trayek angkutan sedekat mungkin menjangkau kawasan tersebut. Berdasarkan beberapa prinsip di atas, maka dapat diidentifikasi tingkat kepadatan penduduk di 3 kecamatan seperti pada Tabel 32. Berdasarkan Tabel 32 dapat diidentifikasi bahwa kepadatan penduduk tertinggi padat secara umum di tiga kecamatan dan secara khusus di lima kelurahan yaitu Pisang Selatan, Lajangiru, Maloku, Tamamaung, dan Sinrijala, kepadatan sedang di dua kecamatan dan empat belas kelurahan Ujungpandang, Panakkukang, Lae lae, Losari, Mangkura, Bulogading, Baru, Paropo, Karangpuang, Pandang, Masale, Karuwisi, Karuwisi Utara, Pampang, dan Panaikang, dan kepadatan yang jarang di satu kecamatan dan sepuluh kelurahan Biringkanaya, Sawerigading, Tello Baru, Paccerakkang, Daya, Pai, Sudiang Raya, Sudiang, Bulurokeng, dan Untia. Oleh karena itu, secara umum kelurahan terpadat adalah Kelurahan Pisang Selatan di Kecamatan Ujung Pandang dan Sinrijala di Kecamatan Panakkukang . Untuk lebih jelasnya kepadatan penduduk dapat dilihat pada Gambar 26. 113 Tabel 32. Kepadatan Penduduk Kecamatan di Lokasi Penelitian No. Kecamatan dan Kelurahan Penduduk jiwa Luas km 2 Kepadatan jiwakm 2 Peluang Bangkitan I Ujung Pandang 27 921 2.63 10 616.35 sedang 1 Lae-Lae 1 504 0.22 6 836.36 sedang 2 Losari 2 111 0.27 7 818.52 sedang 3 Mangkura 2 004 0.37 5 416.22 sedang 4 Pisang Selatan 3 619 0.18 20 105.55 padat 5 Lajangiru 4 454 0.20 22270 padat 6 Sawerigading 1 631 0.41 3 978.05 jarang 7 Maloku 3 015 0.20 15075 padat 8 Bulogading 2 942 0.23 12 791.30 sedang 9 Baru 1 663 0.21 7 919.05 sedang 10 Pisang Utara 4 978 0.34 14 641.18 sedang II Panakkukang 129 967 13.03 9 974.44 sedang 1 Paropo 14 976 1.94 7 719.59 sedang 2 Karampuang 10 127 1.46 6 936.30 sedang 3 Pandang 10 431 1.16 8 992.24 sedang 4 Masale 8 433 1.32 6 388.64 sedang 5 Tamamaung 23 180 1.27 18 251.97 padat 6 Karuwisi 11 063 0.85 13 015.29 sedang 7 Sinrijala 3 675 0.17 21 617.65 padat 8 Karuwisi Utara 8 769 1.72 5 098.25 sedang 9 Pampang 13 849 2.73 5 072.89 sedang 10 Panaikang 15 100 2.35 6 425.53 sedang 11 Tello Baru 10 364 2.18 4 754.13 jarang III Biringkanaya 119 818 48.22 2 484.82 jarang 1 Paccerakkang 29 769 7.80 3 816.54 jarang 2 Daya 12 459 5.81 2 144.41 jarang 3 Pai 17 606 5.14 3 425.29 jarang 4 Sudiang Raya 26 784 8.78 3 050.57 jarang 5 Sudiang 25 547 13.49 1 893.77 jarang 6 Bulurokeng 5 971 4.31 1 385.38 jarang 7 Untia 1 682 2.89 582 jarang Jumlah 277 706

63.88 4 347.31

Dokumen yang terkait

Evaluasi Karakteristik Operasional Angkutan Umum Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) (Studi Kasus : PO.DATRA dan CV.PAS Trayek Medan-Sidikalang)

4 34 149

Model Pengelolaan Transportasi Angkutan Umum Penumpang Non Bus Berkelanjutan Kota Makassar

1 56 206

KAJIAN VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta)

0 3 139

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN PERSEPSI PENUMPANG ( STUDI KASUS ANGKUTAN UMUM BUS JURUSAN SURAKARTA – YOGYAKARTA)

0 3 2

EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAPKUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 4 14

PENDAHULUAN EVALUASI KEPUASAN PENUMPANG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN JASA ANGKUTAN UMUM BUS METRO PERMAI TRAYEK TORAJA-MAKASSAR.

0 2 9

SKRIPSI KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

0 2 17

KONSUMEN DAN TRANSPORTASI BUS: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Konsumen Dan Transportasi Bus: Studi Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Penumpang Bus Di Kota Surakarta.

1 2 17

ANALISIS VARIABEL LAYANAN ANGKUTAN UMUM BUS KOTA MENURUT PERSEPSI PENUMPANG DENGAN TEKNIK STATED PREFERENCE (Studi Kasus Angkutan Umum Bus Kota di Surakarta).

0 0 6

DAMPAK KEBERADAAN TRANSPORTASI OJEK ONLINE (GO-JEK) TERHADAP TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM LAINNYA DI KOTA MAKASSAR

0 2 108