18 terkait dengan alokasi perumahan penduduk dan alokasi kegiatan komersil serta
industri. Model prediktif merupakan model yang akan menjelaskan perubahan
penggunaan lahan terhadap transportasi serta sebaliknya atau merupakan model dinamik berdasarkan perilaku permintaan demand behaviour. Sedangkan
model optimasi merupakan pemetaan pola penggunaan lahan untuk mengoptimalkan utilitas dari pelaku perjalanan atau mengoptimasikan efisiensi
kota yang ditentukan oleh biaya perjalanan dan pembangunan Tamin, 1997. Model dasar yang banyak digunakan dalam pengembangan model
integrasi transportasi dan penggunaan lahan adalah Model Lowry, dimana perubahan penggunaan lahan ditentukan oleh: basic sector sebagai input awal,
tempat tinggal sebagai basic sector, dan service sector sebagai dasar alokasi tempat tinggal. Model ini memperkenalkan dua inovasi dalam dunia pemodelan
perkotaan, yaitu menggabungkan antara struktur peramalan economic base dan prosedur pengalokasian model gravitasi dan komunikasi, sehingga model ini
sangat representatif dalam analisis struktur perkotaan masa depan Najid et al.,2001.
Model Lowry dimaksudkan untuk mengalokasikan atau mendistribusikan penduduk suatu wilayah pada suatu kawasan atau area yang lebih kecil dalam
wilayah tersebut yang telah terbagi bercabang dalam tiga kategori yaitu ruang aktivitas bekerja untuk basic sector, non basic sectorretail sector, dan residential
sector dengan asumsi bahwa kekuatan penuh dipengaruhi antara lokasi tempat tinggal dan lokasi bisnis dan industri yang dapat diekspresikan dalam bentuk
biaya transportasi Cartwright, 1993.
2.2.3. Proses Hierarki Analitik dalam Pengelolaan Transportasi
Proses Hierarki Analitik AHP merupakan model yang luwes dan memungkinkan dalam pengambilan keputusan dengan mengkombinasikan
pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis Saaty, 1993. Prinsip Proses Hierarki Analitik AHP merupakan upaya penyederhanaan
suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, tetapi strategik, dan dinamis menjadi bagian-bagian serta menatanya dalam suatu hierarki. Tingkat
kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti pentingnya secara relatif dengan perbandingan antar variabel. Sintesa dilakukan
berdasarkan berbagai pertimbangan untuk menetapkan variabel yang memiliki
19 prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut
Marimin, 2004. Saaty 1993 telah mengembangkan AHP untuk menentukan cara
konsisten mengubah perbandingan berpasangan menjadi suatu himpunan bilangan yang akan mempresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan
alternatif yang akan dipilih. Persoalan keputusan AHP dapat dikonstruksikan secara grafis dalam bentuk diagram bertingkat dan dimulai dengan perumusan
goalsasaran, kriteria level pertama, subkriteria dan akhirnya alternatif serta sangat memungkinkan diberi nilai bobot relatif secara intuitif melalui
perbandingan berpasangan. Suatu keputusan strategi dalam pengelolaan transportasi berkelanjutan
yang dilakukan setelah iterasi adalah terdiri dari aktor: pengguna, pengusaha, dan pemerintah dalam rangka pencapaian berbagai alternatif Chavarria, 2002.
2.2.4. Sistem Informasi Geografis dalam Pengelolaan Transportasi
Sistem Informasi Geografis SIG merupakan suatu sistem yang terdiri dari perangkat lunak, data, manusia, organisasi dan pengaturan kelembagaan untuk
pengumpulan, penyimpanan, penganalisaan, dan penyebaran informasi tentang daerah-daerah di permukaan bumi. Selain itu,SIG juga mengandung arti sebagai
suatu model baru untuk pengorganisasian dan pendisainan sistem informasi. Dalam sistem pengelolaan transportasi dikenal Transportation Information
System TIS yang mendukung atribut data base dalam memberikan data referensi lokasi yang konsisten dalam bentuk kesesuaian dengan SIG, yaitu
kemampuan menggambarkan dan memproses data geografi dalam bentuk yang diperlukan dalam aplikasi transportasi Gunadi, 1996. Fungsi-fungsi yang
membedakan GIS transportasi dengan pemetaan lainnya adalah dalam proses manipulasi data dan analisis ruang yaitu: pengukuran, analisis pendekatan,
pemrosesan raster, pembangkitan dan analisis model permukaan, analisis jaringan, dan pelapisan poligon.
Untuk tujuan aplikasi SIG transportasi terdapat: fungsi dasar editing, display, measurement, penumpukan informasi overlay, segmentasi dinamis,
pemodelan permukaan, penampilan dan analisis secara raster baris per baris, penentuan rute, dan hubungan dengan piranti lunak yang lain atau program
pemodelan transportasi. SIG transportasi dapat memudahkan para pengambil keputusan terkini untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat serta
20 memudahkan dalam melakukan koordinasi antar instansi yang berbeda, karena
data dasar spesifik dan berdasarkan tujuan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan, pemantauan, pengawasan, dan pelaporan Gunadi, 1999.
Berdasarkan tujuan dan peran atau fungsi di atas, maka SIG juga dapat dikategorikan sebagai suatu koleksi perangkat lunak untuk mengatur informasi
dalam basis data Database Management System-DBMS yang bertugas rutin dalam pemasukan, verifikasi, penyimpanan, pencarian, dan kombinasi informasi
dalam berbagai hal termasuk pengelolaan transportasi. Oleh karena itu, SIG bukanlah solusi yang paling ampuh tetapi merupakan suatu proses yang dapat
dimulai dari yang lebih kecil dan sederhana dengan kesepakatan peta dasar yang masih memerlukan updating oleh suatu organisasi dan sumberdaya
manusia yang memadai dalam pengadaan, pemanfaatan, pengelolaan, dan pemeliharaannya.
2.2.5. Metode Perbandingan Eksponensial dalam Pengelolaan Transportasi