Penerapan Penegakan Hukum di Mahkamah Konstitusi

PPKn SMP KK G 145 d. Penjaga keseimbangan antara kepentingan perseorangan dan kepentingan umum Sjachran Basah, 1985:25. Akibat hukum yang timbul tersebut dapat berupa penciptaan hubungan hukum yang baru maupun perubahan atau pengakhiran hubungan hukum yang ada. Dengan demikian tindakan hukum pemerintah dimaksud memiliki unsur-unsur sebagai berikut: a. Tindakan tersebut dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa, maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan bestuurs organ; b. Tindakan dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan; c. Tindakan yang dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum recht gevolgen dibidang hukum administrasi; d. Tindakan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan umum; e. Tindakan dilakukan berdasarkan norma wewenang pemerintah; f. Tindakan tersebut berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan hukum; dan g. Tindakan Hukum Pemerintah dapat berbentuk tindakan berdasarkan hukum publik dan berdasarkan hukum privat.

3. Penerapan Penegakan Hukum di Mahkamah Konstitusi

Mahkamah Konstitusi MK dibentuk pada tahun 2003 karena adanya kebutuhan menjawab berbagai persoalan hukum dan ketatanegaraan sebelumnya. Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, MK diberi mandat oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUDNRI 1945 untuk melaksanakan lima kewenangan konstitusional, yaitu: 1. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar; 2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar; 3. memutus pembubaran partai politik; 4. memutus perselisihan hasil pemilihan umum; 5. memberi pendapat kepada Dewan Perwakilan Rakyat terkait dengan pemakzulan presiden dan wakil presiden. Kegiatan Pembelajaran 8 146 Dalam kaitan dengan kewenangannya untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, MK dilandasi oleh Pasal 24C ayat 1 UUD 1945, kemudian diatur kembali dalam produk turunannya, yakni Pasal 10 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi UU MK. Teknis pelaksanaannya selanjutnya diatur dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06 Tahun 2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang. Permohonan pengujian undang-undang sendiri, dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu pertama, pengujian terhadap isi materi perundang-undangan atau norma hukum, biasa disebut pengujian materiil, dan kedua, pengujian terhadap prosedur pembentukan produk perundang-undangan, biasa disebut pengujian formil. Pembahasan materi tentang penerapan penegakan hukum baik di pengadilan negeri, pengadilan Tata Usaha Negara dan di Mahkamah Konstitusi dapat membentuk sikap dan perilaku kesadaran hukum karena sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum. Materi ini juga dapat menumbuhkan sikap dan perilaku kejujuran, tangungjawab, dan sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.

D. Aktivitas Pembelajaran