KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DISTRIBUSI KEBIJAKAN UMUM PENGEMBANGAN SARANA
24 RUPTL 2015- 2024
Pengusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Terbarukan Skala Menengah, PLN merencanakan pengembangan energi baru dan terbarukan EBT yang
meliputi pengembangan panas bumi yang sangat besar, pembangkit tenaga air skala besar, menengah dan kecil, pembangkit tenaga angin PLTB skala besar
dan kecil serta EBT skala kecil tersebar berupa PLTS, biomassa, biofuel, biogas dan gasifikasi batubara energi baru. PLN juga mendorong penelitian
dan pengembangan EBT lain seperti thermal solar power, arus laut, OTEC ocean thermal energy conversion dan fuel cell.
Kebijakan PLN dalam pengembangan EBT didukung oleh kebijakan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun
2010 tentang Penugasan kepada PT Perusahaan Listrik Negara Persero Untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas. Peraturan tersebut dijabarkan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM
Nomor 02 Tahun 2010 yang selanjutnya telah dicabut dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2012, Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2013 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2014.
PLTP dan PLTA dapat masuk ke sistem tenaga listrik kapan saja mereka siap, dengan tetap memperhatikan kebutuhan listrik dan adanya rencana pembangkit
yang lain. Pemerintah juga mendukung pengembangan EBT dengan pemberlakuan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 tahun 2013 tentang Pembelian Tenaga Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara Persero dari Pembangkit Listrik
Tenaga Surya Fotovoltaik, Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air oleh PT
Perusahaan Listrik Negara Persero sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas oleh PT
Perusahaan Listrik Negara Persero. Untuk tenaga air, kebijakan ini tidak membatasi PLN untuk merencanakan
sebuah proyek PLTA tanpa menganut prinsip demand driven
20
demi mencapai
20
Demand driven adalah sebuah pendekatan perencanaan yang mensyaratkan adanya jaminan demand listrik yang cukup untuk menjustifikasi kelayakan sebuah proyek pembangkit.
RUPTL 2015- 2024 25
suatu tujuan khusus tertentu, walaupun hal ini hanya dilakukan secara sangat terbatas dan selektif. Dalam konteks ini PLN merencanakan pembangunan
PLTA Baliem berkapasitas 50 MW
21
untuk melistriki 7 kabupaten baru di dataran tinggi Pegunungan Tengah yang sama sekali belum memiliki listrik.
Proyek ini diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi di daerah tersebut untuk pengolahan sumber daya alam sejalan dengan tujuan MP3EI di koridor
Papua – Maluku. Khusus mengenai PLTS, PLN mempunyai kebijakan untuk mengembangkan
centralized PV untuk melistriki banyak komunitas terpencil yang jauh dari grid pada daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara
tetangga dan pulau-pulau terluar lainnya. Hal ini didorong oleh semangat PLN untuk memberi akses ke tenaga listrik yang lebih cepat kepada masyarakat di
daerah terpencil. Lokasi centralized PVPLTS komunal dipilih setelah mempertimbangkan faktor tekno-ekonomi seperti biaya transportasi BBM ke
lokasi dan mengoperasikan PV secara hybrid dengan PLTD yang telah ada sehinggga mengurangi pemakaian BBM. Selain itu PLN juga memperhatikan,
alternatif sumber energi primerEBT yang tersedia setempat dan tingkat pelayanan
22
yang akan disediakan pada lokasi tersebut.