68 RUPTL 2015- 2024
BAB VI RENCANA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TAHUN 2015 – 2024
6.1. KRITERIA PERENCANAAN
6.1.1. Perencanaan Pembangkit
Sistem Interkoneksi Perencanaan sistem pembangkit bertujuan untuk mendapatkan konfigurasi
pengembangan pembangkit yang memberikan nilai NPV total biaya penyediaan listrik termurah least cost dalam suatu kurun waktu periode perencanaan, dan
memenuhi kriteria keandalan tertentu. Konfigurasi termurah diperoleh melalui proses optimasi suatu objective function yang mencakup NPV dari biaya
kapital, biaya bahan bakar, biaya operasi dan pemeliharaan dan biaya energy not served. Selain itu diperhitungkan juga nilai sisa salvage value dari
pembangkit yang terpilih pada tahun akhir periode studi. Simulasi dan optimisasi dilakukan dengan menggunakan model yang disebut WASP Wien
Automatic System Planning. Kriteria keandalan yang dipergunakan adalah Loss of Load Probability LOLP
lebih kecil dari 0.274
42
. Hal ini berarti kemungkinanprobabilitas terjadinya beban puncak melampaui kapasitas pembangkit yang tersedia adalah lebih
kecil dari 0.274. Perhitungan kapasitas pembangkit dengan kriteria LOLP menghasilkan reserve
margin tertentu yang nilainya tergantung pada ukuran unit pembangkit unit size, tingkat ketersediaan availability setiap unit pembangkit, jumlah unit, dan
jenis unit
43
. Pada sistem Jawa Bali, kriteria LOLP 0.274 adalah setara dengan reserve
margin 25-30 dengan basis daya mampu netto
44
. Apabila dinyatakan
42
LOLP 0,274 adalah ekivalen dengan probabilitas 1 hari dalam setahun beban puncak tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas sistem pembangkit yang ada.
43
Unit tenaga air yang outputnya sangat dipengaruhi oleh variasi musim akan mempunyai nilai EAF equivalent availability factor yang berdampak besar pada LOLP dan ketercukupan energi.
44
Reserve margin RM didefinisikan sebagai kapasitas pembangkit G dibagi beban puncak D sesuai persamaan RM = GD -1 x 100.
RUPTL 2015- 2024 69
dengan daya terpasang, maka reserve margin yang dibutuhkan adalah sekitar 35
45
. Sedangkan untuk sistem-sistem di Wilayah Sumatera dan Indonesia Timur,
reserve margin ditetapkan sekitar 40 dengan mengingat jumlah unit pembangkit yang lebih sedikit, unit size yang relatif besar dibandingkan beban
puncak, derating yang prosentasenya lebih besar, dan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding Jawa Bali.
Pembangkit energi terbarukan, khususnya panas bumi dan tenaga air, dalam proses optimisasi diperlakukan sebagai fixed system ditetapkan masuk sistem
pada tahun-tahun yang sesuai dengan kesiapan proyek tersebut. Rencana pengembangan kapasitas pembangkitan dibuat dengan
memperhitungkan proyek-proyek yang sedang berjalan dan yang telah committed
46
, baik proyek PLN maupun IPP, dan tidak memperhitungkan semua pembangkit sewa serta excess power. Selain itu beberapa pembangkit
berbahan bakar minyak yang sudah tua, tidak efisien dan dapat digantikan perannya dengan PLTU batubara, diasumsikan akan dihapuskan retired atau
dijadikan sebagai pembangkit stand-by yang tidak dioperasikan tetapi tetap dipelihara mothballed.
Selanjutnya penambahan kapasitas pembangkit pemikul beban dasar diutamakan berupa pembangkit berbahan bakar batubara, dan pembangkit
sumber energi terbarukan panas bumi dan tenaga air tertentu. Untuk kepentingan perhitungan proyeksi bauran energi jangka panjang,
simulasi produksi dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan dan kepastian masuknya proyek-proyek pembangkit.
Sistem Kecil Tidak Interkoneksi Isolated Perencanaan pembangkitan pada sistem-sistem yang masih kecil dan belum
interkoneksi isolated tidak menggunakan metoda probabilistik maupun optimisasi keekonomian, namun menggunakan metoda determinisitik. Pada
metoda ini, perencanaan dibuat dengan kriteria N-2, yaitu cadangan minimum harus lebih besar dari 1 unit terbesar pertama dan 1 unit terbesar kedua.
45
Dengan asumsi derating pembangkit sekitar 5.
46
Yang dimaksud dengan proyek committed adalah proyek PLN yang telah jelas alokasi
pendanaannya, dan proyek IPP yang telah mempunyai Power Purchase Agreement PPA atau paling tidak telah ada Head of Agreement HOA.
70 RUPTL 2015- 2024
Definisi cadangan disini adalah selisih antara daya mampu total pembangkit yang ada dan beban puncak.
Life Extension dan Rehabilitasi Pembangkit Existing Suatu pembangkit tenaga listrik didesain untuk beroperasi secara ekonomis
selama umur tekno-ekonomisnya economic life. Sebuah unit pembangkit dapat menjalani mid-life refurbishment untuk mempertahankan kapasitas,
efisiensi, menjaga kesiapan dan keandalan mesin yang sesuai sifatnya harus dipelihara dan dilakukan penggantian parts yang aus. Kemudian, pada akhir
umurnya sebuah pembangkit masih dapat diperpanjang umurnya life extension dengan melakukan rehabilitasirefurbishment pada komponen-
komponen tertentu. Keputusan melakukan life-extension atau menutupmenghentikan suatu
pembangkit memerlukan kajian untuk mencari solusi optimal antara opsi life extension dan membangun pembangkit baru.
6.1.2. Perencanaan Transmisi
Perencanaan transmisi dibuat dengan menggunakan kriteria keandalan N-1, baik statis maupun dinamis. Kriteria N-1 statis mensyaratkan apabila suatu sirkit
transmisi padam, baik karena mengalami gangguan maupun dalam pemeliharaan, maka sirkit-sirkit transmisi yang tersisa harus mampu
menyalurkan keseluruhan arus beban, sehingga kontinuitas penyaluran tenaga listrik terjaga. Kriteria N-1 dinamis mensyaratkan apabila terjadi gangguan
hubung singkat 3 fasa yang diikuti oleh hilangnya satu sirkit transmisi, maka tidak boleh menyebabkan kehilangan ikatan sinkron antara suatu kelompok
generator dan kelompok generator lainnya. Penambahan kapasitas transmisi direncanakan untuk memperoleh
keseimbangan antara kapasitas pembangkitan dan kebutuhan beban, disamping untuk mengatasi bottleneck, meningkatkan keandalan sistem, dan
memenuhi kriteria mutu tegangan tertentu. Selain penambahan kapasitas transmisi, penguatan transmisi dilakukan di JawaSumateraKalimantan untuk
evakuasi pembangkit. Kriteria yang pada umumnya diterapkan dalam RUPTL ini adalah kebutuhan
penambahan kapasitas trafo di suatu GI ditentukan pada saat pembebanan trafo mencapai 70-80.