Perencanaan Distribusi KRITERIA PERENCANAAN

RUPTL 2015- 2024 73 Dengan didorongnya pengembangan energi terbarukan oleh Pemerintah seperti dimaksud dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 31 tahun 2009, maka pembangkit energi terbarukan sampai dengan 10 MW dapat tersambung langsung ke jaringan distribusi. Penyambungan pembangkit tersebut harus memenuhi ketentuan Aturan Distribusi Distribution Code.

6.2. ASUMSI DALAM PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK

Merujuk pada Pasal 28 dan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, PLN selaku Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum wajib menyediakan tenaga listrik secara terus-menerus, dalam jumlah yang cukup dan dengan mutu dan keandalan yang baik. Dengan demikian PLN harus mampu melayani kebutuhan tenaga listrik saat ini maupun di masa yang akan datang agar PLN dapat memenuhi kewajiban yang diminta oleh Undang-Undang tersebut. Sebagai langkah awal PLN harus dapat memperkirakan kebutuhan tenaga listrik paling tidak hingga 10 tahun ke depan. Kebutuhan tenaga listrik pada suatu daerah didorong oleh tiga faktor utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, program elektrifikasi dan pengalihan captive power ke jaringan PLN. Pertumbuhan ekonomi dalam pengertian yang sederhana adalah proses meningkatkan output barang dan jasa. Proses tersebut memerlukan tenaga listrik sebagai salah satu input untuk menunjangnya, disamping input-input barang dan jasa lainnya. Disamping itu hasil dari pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong peningkatan permintaan barang-barang peralatan listrik seperti televisi, pendingin ruangan, lemari es dan lainnya. Akibatnya permintaan tenaga listrik akan meningkat. Faktor kedua adalah program elektrifikasi. Sebagai upaya PLN untuk mendukung program Pemerintah dalam meningkatkan rasio elektrifikasi maka PLN perlu melistriki semua masyarakat yang ada dalam wilayah usahanya. Hal ini secara langsung akan menjaga eksistensi wilayah usaha PLN dan sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi di Indonesia, khususnya pada daerah-daerah yang telah menjadi wilayah usaha PLN. PLN dalam RUPTL ini berencana untuk menambah pelanggan baru yang besar, yaitu rata-rata 2,1 juta per tahun, sehingga rasio elektrifikasi akan 74 RUPTL 2015- 2024 mencapai 99,4 pada tahun 2024 . Penambahan pelanggan baru tersebut tidak hanya mencakup mereka yang berada di wilayah usaha PLN saat ini tetapi juga mencakup mereka yang berada di luar wilayah usaha. Faktor ketiga yang menjadi pendorong pertumbuhan permintaan tenaga listrik PLN adalah pengalihan dari captive power penggunaan pembangkit sendiri berbahan bakar minyak menjadi pelanggan PLN. Captive power ini timbul sebagai akibat dari ketidakmampuan PLN memenuhi permintaan pelanggan di suatu daerah, terutama pelanggan industri dan bisnis. Bilamana kemampuan PLN untuk melayani di daerah tersebut telah meningkat, maka captive power ini dengan berbagai pertimbangannya akan beralih menjadi pelanggan PLN. Pengalihan captive power ke PLN juga didorong oleh tingginya harga BBM untuk membangkitkan tenaga listrik milik konsumen industri bisnis, sementara harga jual listrik PLN relatif lebih murah. Faktor ketiga ini sangat bergantung kepada kemampuan pasokan PLN di suatu daerahsistem kelistrikan dan skema bisnis jual beli listrik PLN dengan captive power, jadi tidak berlaku umum. Penyusunan prakiraan kebutuhan listrik dibuat dengan menggunakan sebuah aplikasi prakiraan beban yang disebut “Simple-E”. Aplikasi ini menggunakan model regresi yang menggunakan data historis dari penjualan energi listrik, daya tersambung, jumlah pelanggan, pertumbuhan ekonomi, dan populasi untuk membentuk persamaan yang fit. Kemudian untuk memproyeksikan kebutuhan listrik ke depan dipilih variabel bebas yang mempunyai pengaruh besar korelasi yang kuat terhadap permintaan listrik, yaitu pertumbuhan ekonomi dan populasi. Dalam hal terdapat daftar tunggu yang cukup besar, maka digunakan juga daya tersambung sebagai variabel. Aplikasi ini dilengkapi juga dengan fasilitas melihat tingkat ketelitian dari model yang dibentuk seperti parameter tingkat korelasi, dan uji statistik.

6.2.1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan perekonomian Indonesia selama 10 tahun terakhir yang dinyatakan dalam produk domestik bruto PDB dengan harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan rata-rata 5,8 per tahun. Pertumbuhan 4 tahun terakhir mencapai nilai tertinggi 6,5 seperti diperlihatkan pada Tabel 6.1. RUPTL 2015- 2024 75 Tabel 6. 1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sumber: Statistik Indonesia, BPS Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang relatif rendah 4,6 sebagaimana terlihat pada Tabel 6.1 disebabkan oleh imbas krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008 dan berlanjut ke 2009. Perekonomian Indonesia kembali pulih pada tahun 2010 dengan pertumbuhan 6,2 dan menguat pada tahun 2011 sebesar 6,5 yang kemudian menurun kembali di tahun 2012 dan 2013 dengan pertumbuhan ekonomi berturut-turutr 6,3 dan 5,8. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 semakin menurun diperkirakan hanya sebesar 5,5 yang dituangkan pada RAPBN-P tahun 2014, hal tersebut diakibatkan masih belum membaiknya perekonomian global sehingga mempengaruhi permintaan akan produk ekpor indonesia. Untuk periode tahun 2015-2019, RUPTL ini mengadopsi angka pertumbuhan ekonomi pada draft RPJMN tahun 2015-2019 yang dikeluarkan oleh Bappenas tumbuh antara 6,1-7,1, dan untuk periode tahun 2020-2024 mengacu pada draft RUKN 2015-2034, yaitu rata-rata 7,0 per tahun. Proyeksi demand listrik dalam RUPTL sedikit lebih rendah dari pada proyeksi demand dalam draft RUKN 2015-2034, khususnya diatas tahun 2019. Hal ini dikarenakan penyediaan tenaga listrik di Indonesia selain dipenuhi oleh PLN juga akan dipenuhi oleh entitas lain 47 dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian asumsi pertumbuhan ekonomi yang digunakan dalam RUPTL ini diperlihatkan pada Tabel 6.2. Tabel 6. 2 Asumsi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 47 Entitas lain tersebut misalnya sektor industri yang mempunyai pembangkit sendiri, atau sebuah pembangkit swasta yang memasok suatu kawasan industri eksklusif. PDB 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 PDB 103 Triliun Rp Harga konstan 1,66 1,75 1,85 1,96 2,08 2,17 2,22 2,46 2,62 2,77 Growth PDB 5,05 5,67 5,5 6,32 6,06 4,63 6,22 6,49 6,26 5,78 Wilayah 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Indonesia 6,1 6,4 6,8 7,0 7,1 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 Jawa Bali 6,2 6,5 6,9 7,1 7,3 7,1 7,1 7,1 7,1 7,1 Sumatera dan Indonesia Timur 5,9 6,2 6,6 6,8 6,9 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8