Komposisi Sumber Pendanaan untuk Investasi
RUPTL 2015- 2024 153
langsung secara besar-besaran, baik melalui penerbitan obligasi internasional maupun pinjaman kepada perbankan nasional dan internasional. Kondisi
dengan pinjaman besar-besaran yang dilakukan, sementara struktur pendapatannya belum dibenahi, telah berakibat pada memburuknya neraca
keuangan PLN financial leverage menjadi tinggi yang ditunjukkan dengan meningkatnya Debt to Equity Ratio DER dari 28 pada tahun 2002 menjadi
281 pada akhir tahun 2013. Sejak tahun 2005 sebagian besar dana pembangunan bersumber dari hutang.
Hutang tersebut berasal dari hutang Pemerintah maupun hutang korporasi. Kedua jenis hutang tersebut memiliki kewajiban yang harus dijaga oleh PLN
untuk menjamin kemampuan pengembalian hutangnya. Kewajiban tersebut adalah covenant pinjaman.
Covenant adalah komitmen untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan yang dituangkan dalam sebuah perjanjian hutang. Dari beberapa covenant yang ada,
umumnya covenant yang perlu dijaga oleh PLN terdiri dari 2 dua buah indikator: i Consolidated Interest Coverage Ratio CICR dan ii Debt Service
Coverage Ratio DSCR. CICR merupakan rasio antara Consolidated Cash Flow dengan Consolidated Interest Expense, yang merupakan persyaratan
bond holder dari pendanaan Global Bond dengan angka mínimum 2 kali. DSCR adalah persyaratan pinjaman dari multilateral bank 2 lender utama PLN yaitu
IBRD dan ADB dengan angka minimum sebesar 1,5 kali. Masing-masing lender memberi definisi berbeda untuk DSCR :
“The net revenues of PLN for the twelve months prior to the date of such incurrence shall be at least 1.5 times the estimated maximum debt service
requirement of PLN for any succeeding fiscal year on all debts of PLN including the debt to be incurred.” ADB.
“... the estimated net revenues of PLN for each fiscal year during the term of the debt to be incurred shall be at least 1,5 times the estimated debt services
requirements of PLN in such year” IBRD. Dalam kurun waktu tahun 2002–2012, PLN masih mampu memenuhi covenant
pinjaman DSCR dan CICR dalam posisi batas aman sebagaimana gambar 7.6.
Namun pada tahun-tahun mendatang PLN akan kesulitan untuk memenuhi covenant pinjamannya mengingat makin besarnya beban hutang. Dengan
154 RUPTL 2015- 2024
semakin besarnya beban hutang, maka diperlukan kepastian pendapatan yang semakin besar agar beban bunga dan cicilan tetap dapat dipenuhi melalui
pendapatan.
Gambar 7. 6 Posisi Indikator DSCR dan CICR Periode Tahun 2002-2013
Semakin besarnya hutang PLN terlihat pada Gambar 7.7 yang menunjukkan bahwa kecenderungan Debt to Equity Ratio DER PLN makin membesar.
Dalam gambar tersebut terlihat bahwa Modal Equity PLN relatif tidak bertambah dan berkisar pada nilai Rp 133 Trilyun. Sedangkan beban hutang
bertambah dari sekitar Rp 34 T menjadi Rp 374 T.
Gambar 7. 7 Posisi Indikator DER periode Tahun 2002-2013
Sejak tahun 2012 pelaporan sistem akuntasi PLN harus menggunakan ISAK 8 Interpretasi Standar Akuntasi Keuangan sesuai peraturan dari Bapepam yang
mensyaratkan agar seluruh perusahaan di Indonesia mengikuti PSAK 30
5,0 6,8
5,6
2,6 3,0
2,5 2,1
2,1 2,3
2,2 2,1
2,2 2,1
2,5 3,3
2,9 2,1
2,3 1,4
1,9 1,7
1,5 1,7
1,7
- 1
2 3
4 5
6 7
8
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
Ra si
o x
CICR DSCR
22 21
24 23
39 49
75 87
131 156
209 281
374
133 50
100 150
200 250
300
- 50
100 150
200 250
300 350
400
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010 2011
2012 2013
DER Trilion RP
Debt to Equity [ ] Debt Rp T
Equity Rp T