RUPTL 2015- 2024 27
BAB III KONDISI KELISTRIKAN HINGGA AKHIR TAHUN 2014
3.1 PENJUALAN
TENAGA LISTRIK
Penjualan tenaga listrik pada lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 7,8 per tahun sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Penjualan Tenaga Listrik PLN TWh
Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata penjualan listrik di Jawa Bali adalah sebesar 7,1 per tahun. Pertumbuhan ini relatif lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata di regional Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku-Papua-Nusa Tenggara.
Rendahnya pertumbuhan penjualan di Jawa Bali pada tahun 2009 disebabkan oleh terjadinya krisis finansial global. Penjualan tenaga listrik pada tahun
tersebut hanya tumbuh 3,3. Pertumbuhan di Jawa pulih kembali dari dampak krisis keuangan global mulai tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2012,
penjualan tumbuh cukup tinggi akibat program penyambungan pelanggan yang mencapai 3,5 juta pelanggan “go grass” . Selain itu juga karena penyelesaian
daftar tunggu yang masih ada di tahun 2011 yang berdampak pada tahun 2012 Penjualan tenaga listrik di Sumatera tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu rata-rata
9,4 per tahun. Pertumbuhan ini tidak seimbang dengan penambahan kapasitas pembangkit yang hanya tumbuh rata-rata 5,2 per tahun. Hal ini
menyebabkan terjadinya krisis daya yang kronis di banyak daerah. Pada tahun 2010, krisis daya ini diatasi dengan sewa pembangkit.
2009 2010
2011 2012
2013 2014
Rata-Rata 2009-2013
133,1 145,7
156,3 172,2
185,7 197,3
Pertumbuhan 4,3
9,4 7,3
10,2 7,8
6,3 7,8
104,1 113,4
120,8 132,1
142,1 149,9
Pertumbuhan 3,3
8,9 6,5
9,3 7,6
5,5 7,1
17,6 19,7
21,5 24,2
25,8 27,9
Pertumbuhan 7,2
11,6 9,3
12,6 6,4
8,2 9,4
4,7 5,1
5,7 6,4
7,0 7,8
Pertumbuhan 9,7
10,3 10,1
12,9 9,6
11,8 10,5
4,6 5,1
5,6 6,4
7,3 7,8
Pertumbuhan 8,8
10,7 11,0
13,7 13,3
7,7 11,5
2,2 2,4
2,7 3,1
3,6 4,0
Pertumbuhan 9,7
10,7 13,0
16,1 13,8
11,4 12,7
Estimasi Realisasi 2014 Maluku, Papua Nusa Tenggara
Wilayah
Indonesia Jawa - Bali
Sumatera Kalimantan
Sulawesi
28 RUPTL 2015- 2024
Penjualan tenaga listrik di Kalimantan tumbuh rata-rata 10,5 per tahun, sedangkan penambahan kapasitas pembangkit rata-rata hanya 1 per tahun.
Hal ini menyebabkan pembatasan penjualan listrik dan krisis daya di banyak daerah di Kalimantan.
Penjualan tenaga listrik di Sulawesi tumbuh rata-rata 11,5 per tahun, sementara penambahan kapasitas pembangkit rata-rata hanya 2,7 per tahun.
Hal ini mengakibatkan krisis penyediaan tenaga listrik yang cukup parah hingga tahun 2009 khususnya untuk daerah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010,
krisis daya ini diatasi dengan sewa pembangkit. Mulai akhir tahun 2012, di Sulawesi Selatan sudah tersedia daya dalam jumlah besar setelah beberapa
proyek pembangkit mulai beroperasi. Proyek-proyek tersebut antara lain PLTU IPP Bosowa di Jeneponto, PLTGU IPP Sengkang dan IPP PLTA Poso.
Hal yang sama juga terjadi di daerah Indonesia Timur lainnya, yaitu Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Pada umumnya upaya penyelesaian krisis daya
jangka pendek adalah dengan memasukkan sewa pembangkit. Pertumbuhan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur
diperkirakan masih berpotensi untuk meningkat karena daftar tunggu yang tinggi akibat keterbatasan pasokan dan rasio elektrifikasi yang akan terus
ditingkatkan.
3.1.1 Jumlah Pelanggan
Realisasi jumlah pelanggan selama tahun 2009–2013 mengalami peningkatan dari 39,9 juta menjadi 53,7 juta atau bertambah rata-rata 3 juta tiap tahunnya.
Penambahan pelanggan terbesar masih terjadi pada sektor rumah tangga, yaitu rata-rata 2,8 juta per tahun, diikuti sektor bisnis dengan rata-rata 134 ribu
pelanggan per tahun, sektor publik rata-rata 70 ribu pelanggan per tahun, dan terakhir sektor industri rata-rata 1800 pelanggan per tahun. Tabel 3.2
menunjukkan perkembangan jumlah pelanggan PLN menurut sektor pelanggan dalam 5 tahun terakhir.
Tabel 3. 2 Perkembangan Jumlah Pelanggan [ribu pelanggan]
Jenis Pelanggan 2009
2010 2011
2012 2013
2014
Rumah Tangga 36.897
39.109 42.348
45.991 49.887
52.905 Komersial
1.770 1.878
2.019 2.175
2.359 2.536
Publik 1.165
1.148 1.214
1.300 1.402
1.485 Industri
48 48
50 52
55 58
Total 39.880
42.182 45.631
49.519 53.703
56.985 Estimasi Realisasi 2014
RUPTL 2015- 2024 29
3.1.2 Rasio Elektrifikasi
Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Perkembangan rasio
elektrifikasi secara nasional
24
dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, yaitu dari 65.0 pada tahun 2009 menjadi 80.4 pada tahun 2013.
Pada periode tersebut kenaikan rasio elektrifikasi pada wilayah-wilayah Jawa- Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya diperlihatkan pada
Tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Perkembangan Rasio Elektrifikasi
Pada Tabel tersebut terlihat bahwa terjadi pertumbuhan rasio elektrifikasi yang tidak merata pada masing-masing daerah, dengan rincian sebagai berikut:
x Sumatera: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 4,2 per tahun. x Sulawesi: pertumbuhan rasio elektrifikasinya sekitar 4,1 per tahun. Rasio
elektrifikasi naik cukup tajam pada tahun 2010 karena adanya pembangkit sewa.
x Jawa Bali: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 3,0 per tahun. x Kalimantan: rasio elektrifikasi mengalami kenaikan cukup signifikan sekitar
4,5 per tahun mulai tahun 2010 karena teratasinya masalah pembangkitan dengan adanya beberapa pembangkit sewa.
x Indonesia bagian timur: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan 5,9 per tahun. Kesulitan utama adalah keterbatasan kemampuan pembangkit dan
situasi geografis yang tersebar.
24
Tidak termasuk PLN Batam dan PLN Tarakan
Wilayah 2009
2010 2011
2012 2013
2014
RE Sumatera 62,7
65,0 71,4
76,2 81,0
84,5 RE Jawa-Bali
67,6 70,5
73,6 78,2
83,2 87,0
RE Indonesi Timur 50,6
52,6 59,0
64,6 70,5
73,9 RE Indonesia
63,5 66,2
70,5 75,3
80,4 84,0
Tidak termasuk PLN Batam dan PLN Tarakan Estimasi Realisasi 2014