RUPTL 2015- 2024 157
BAB VIII ANALISIS RISIKO JANGKA PANJANG
Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam RUPTL 2015-2024 adalah tersedianya pasokan tenaga listrik yang cukup, andal dan efisien, guna
mengantisipasi pertumbuhan konsumsi tenaga listrik dan mendukung terciptanya ketahanan energi.
Dalam pencapaian sasaran strategis tersebut PLN telah berkomitmen menerapkan paradigma risk management melalui implementasi ERM
Enterprise Risk Management. Hal tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan value bagi perusahaan, sekaligus juga sebagai salah satu unsur
GCG Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-
01MBU2011 tentang Penerapan GCG pada BUMN. Peletakan dasar-dasar fundamental untuk implementasi Manajemen Risiko di lingkungan PT PLN
Persero telah dimulai pada tahun 2010 dengan ditetapkannya kebijakan implementasi Manajemen Risiko sesuai KEPDIR No. 537.KDIR2010 beserta
pedoman pelaksanaannya sesuai Edaran Direksi No. 028.EDIR2010.
Bab ini menggambarkan Profil Risiko Jangka Panjang PLN yang dinilai dominan berpotensi mempengaruhi pencapaian sasaran tersebut di atas dalam
kurun waktu tahun 2015-2024, dimana telah teridentifikasi terdapat pada aspek regulasi Pemerintah, aspek financing pendanaan, security of supply dan
aspek operasional. Hal tersebut sejalan dengan isu-isu utama RUPTL, yaitu proyeksi kebutuhan permintaan tenaga listrik, pengembangan pembangkit,
transmisi dan distribusi, serta proyeksi pasokan energi primer dan kebutuhan investasi, baik oleh PLN maupun oleh swasta.
8.1. PROFIL RISIKO JANGKA PANJANG 2015-2024
Penggambaran Profil Risiko Jangka Panjang tahun 2015-2024 dilakukan sesuai dengan aspek-aspek yang ditinjau sebagai berikut :
158 RUPTL 2015- 2024
1.
Aspek Regulasi Pemerintah
Pada aspek ini risiko yang paling dominan akan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran RUPTL adalah risiko adanya perubahan tatanan
kebijakan pada sektor ketenagalistrikan dan risiko tarif tenaga listrik TTL.
a.
Risiko perubahan tatanan kebijakan pada sektor ketenagalistrikan diantaranya disebabkan oleh perubahan arah prioritas nasional,
perubahan kebijakan pengembangan panas bumi, pengaruh regulasi daerah, dan sebagainya, yang akan berdampak langsung pada
pencapaian sasaran RUPTL.
b.
Risiko tidak terlaksananya rasionalisasi TTL yang disebabkan karena pertimbangan politis Pemerintah, akan berdampak langsung
pada besaran subsidi listrik, dan pada akhirnya mempengaruhi kemampuan pendanaan internal PLN.
2.
Aspek Pendanaan Financing a. Risiko keterbatasan kemampuan pendanaan, baik yang dialami oleh
PLN maupun swasta IPP adalah risiko yang dominan akan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran RUPTL mengingat
kebutuhan pendanaan investasi PLN rata-rata sekitar US 6,9 miliar USD atau sekitar Rp 83 triliun per tahun, jauh di atas kapasitas
pendanaan internal PLN maupun Pemerintah. Beberapa penyebab yang mungkin diantaranya adalah keterbatasan kapasitas fiskal Pemerintah
dalam hal subsidi listrik, potensi penurunan reputasi PLNPemerintah karena terjadinya hambatan pada proyek-proyek PLN dan IPP,
meningkatnya biaya pinjaman, peningkatan nilai tukar valas terhadap IDR, dan sebagainya.
Adapun dampak yang ditimbulkannya adalah terhambatnya pembangunan proyek-proyek infrastruktur ketenagalistrikan, hingga
defisit daya pembangkit pemadaman bergilir karena kapasitas kelistrikan PLN tidak dapat mengikuti kenaikan pertumbuhan pemakaian
listrik, yang pada ujungnya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.