47
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi yang cukup tentang hal-hal tersebut maka otomatis masyarakat dapat mengakses
fasilitas kesehatan, air bersih dan pangan, serta pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Di
sisi lain, pemerintah dapat meminta masukan dari masyarakat yang menggunakan fasilitas tersebut
untuk memperbaiki mutu pelayanannya. Di banyak negara, akses informasi publik memang digunakan
sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan hak-hak dasar dan kebutuhan masyarakat.
Keterbukaan informasi publik juga merupakan sarana yang penting untuk membangun
kepercayaan antara pemerintah dengan masyarakat. Ketersediaan informasi publik dan
akses terhadap informasi publik akan meningkatkan komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.
Kepercayaan yang tinggi dari masyarakat tentunya akan menciptakan suasana aman dan damai yang
menjadi modal penting bagi pemerintah melakukan tugas-tugasnya dengan efektif dan eisien. Situasi di
atas merupakan modal penting dalam melaksanakan pembangunan.
Lebih jauh lagi, keterbukaan informasi publik merupakan prasyarat utama dalam upaya
pemberantasan korupsi. Korupsi dapat tumbuh menjamur dalam pemerintahan yang tertutup.
Keterbukaan informasi ibarat disinfektan yang dapat membunuh jamur yang sedang tumbuh
tersebut. Dengan keterbukaan informasi publik, masyarakat dapat mengawasi jalannya
pemerintahan sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaannya; mengetahui berapa besar alokasi
dana yang direncanakan dan yang dibelanjakan, membandingkan apakah pelaksanaan telah
sesuai dengan perencanaan, apakah dana yang dibelanjakan sesuai dengan yang direncanakan, dan
seterusnya.
I.2. SEJARAH KETERBUKAAN
INFORMASI DI INDONESIA
Wacana tentang keterbukaan informasi telah muncul sejak lama di Indonesia sebagai bagian dari
perjuangan menegakkan Hak Asasi Manusia HAM. Adalah sekelompok masyarakat sipil yang memiliki
kepedulian dalam isu penegakan HAM, perlindungan lingkungan, penegakan hukum, dan pemberantasan
korupsi yang memulai memunculkan wacana tersebut. Banyaknya kasus-kasus pelanggaran
HAM, pencemaran lingkungan, pelanggaran hukum dan korupsilah yang membuat mereka pada
akhirnya sadar bahwa hanya dengan keterbukaan informasilah berbagai pelanggaran tersebut dapat
ditelusuri, dimintai pertanggungjawaban, dihentikan ataupun dicegah.
Pada akhir tahun 90-an, sekelompok masyarakat sipil tersebut mulai membangun koalisi untuk
mendorong isu keterbukaan informasi menjadi agenda bersama antara masyarakat sipil dan
pemerintah.Koalisi yang kemudian dinamakan Koalisi Kebebasan Informasi KKI mengawali
upayanya dengan menyusun Rancangan Undang- undang tentang Kebebasan Memperoleh Informasi
Keterbukaan Informasi
48
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
– RUU KMI nama ini diterjemahkan dari Freedom of Information Act – FOIA, nama yang biasa
digunakan oleh negara lain yang sudah memiliki Undang-undang tentang keterbukaan informasi.
Dalam perjalanannya, nama RUU berubah menjadi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik
– RUU KMIP. Koalisi kemudian menyampaikan Rancangan Undang-undang tersebut kepada DPR
RI pada tahun 2001, dengan harapan DPR RI dapat mengadopsinya sebagai RUU Usul Inisiatif
DPR.Beberapa anggota DPR RI pada waktu itu menyambut baik usulan Koalisi dan bersama-sama
dengan Koalisi menggalang dukungan di dalam DPR.
Setelah melalui upaya advokasi yang cukup intensif, DPR RI akhirnya mengadopsi Rancangan Undang-
undang dari Koalisi menjadi RUU Usul Inisiatif DPR pada tahun 2003.Sejak saat itu, RUU KMI
dibahas oleh DPR RI. Pembahasan RUU cukup alot mengingat substansi yang diatur akan mengubah
secara radikal paradigma tata kelola pemerintahan, dari tertutup menjadi terbuka. Hingga akhir masa
jabatan DPR RI periode 1999-2004 pembahasan tentang RUU ini belum selesai.Pembahasan
kemudian dilanjutkan oleh DPR RI periode selanjutnya.Hingga pada akhirnya, pada bulan
April 2008 DPR mengesahkan RUU yang awalnya disusun oleh masyarakat sipil menjadi Undang-
undang Keterbukaan Informasi Publik UU KIP. Sejarah membuktikan bahwa sikap progresif dan
reformis tidak hanya berasal dari masyarakat. Pemerintah Daerah pun juga memiliki semangat
yang sama. Jauh sebelum UU KIP diundangkan, beberapa Pemerintah Daerah telah memiliki
Peraturan Daerah Perda tentang Transparansi yang memiliki semangat dan mengatur susbtansi
yang sama dengan UU KIP. Sebagai contoh, Tahun 2002 Kota Gorontalo mengeluarkan Perda tentang
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Kota Gorontalo. Inisiatif ini diikuti oleh beberapa Pemda
lain seperti Kabupaten Kebumen, Kabupaten Lebak, dll. Dengan berlakunya UU KIP dan beberapa
peraturan pelaksananya, inisiatif Pemda ini tentunya harus diselaraskan dengan peraturan di tingkat
nasional.Sedangkan Pemda yang belum memiliki Peraturan Daerah dapat mengikuti Peraturan
yang berlaku di tingkat nasional. Namun apabila membutuhkan peraturan teknis dalam lingkup
Pemda, maka Pemda dapat menyusun peraturan tersebut.
I.3. PRINSIP-PRINSIP UMUM KETERBUKAAN
INFORMASI
Keterbukaan informasi merupakan isu global yang terus-menerus didorong untuk mewujudkan
pemerintahan yang demokratis. Secara umum ada beberapa prinsip agar tujuan tersebut dapat
tercapai, meskipun implementasinya sangat bergantung pada konteks masing-masing negara.
Article 19, sebuah organisasi non-pemerintah yang aktif bergerak di bidang kebebasan informasi dan
berbasis di London, Inggris, mencatat beberapa prinsip dasar keterbukaan informasi publik sebagai
berikut: