Pengecualian informasi dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan; rincian

Keterbukaan Informasi 50 www.kinerja.or.id BUKU PEGANGAN Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik iii. Penolakan didasarkan pada uji kepentingan, yaitu bahaya yang timbul akibat dibukanya informasi tersebut lebih besar daripada kepentingan untuk mendapatkan informasi balancing publik interest test

5. Akses yang mudah

Badan publik wajib untuk membangun sistem pengelolaan dan pelayanan informasi yang mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, badan publik juga harus membangun sistem penyelesaian sengketa informasi yang juga mudah diakses dan prosedur yang digunakan cukup sederhana.

6. Biaya yang terjangkau

Biaya untuk mendapatkan informasi harus ditetapkan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Jangan sampai biaya yang dibebankan terlalu mahal sehingga membuat masyarakat enggan untuk meminta informasi. Dalam jangka panjang, keuntungan yang diperoleh dengan memberikan informasi lebih banyak daripada menutup informasi. Dengan terbukanya akses informasi, masyarakat dapat turut serta melakukan pengawasan sehingga kebocoran anggaran di badan- badan publik dapat dihindari. Pemerintah perlu mempertimbangkan penerapan sistem tarif berjenjang, misalnya tarif informasi untuk kepentingan pribadi atau komersial lebih mahal dibandingkan dengan informasi yang akan digunakan untuk publik.

7. Pertemuan terbuka

Keterbukaan informasi tidak hanya berkaitan dengan hak untuk mengakses dokumen-dokumen, namun juga menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan pemerintah dalam mengambil keputusan yang bersifat publik, misalnya pertemuan yang diselenggarakan oleh DPR yang akan membahas anggaran. Untuk itu, badan publik juga harus mendeinisikan pertemuan terbuka dan tertutup dan membuat “aturan main” kapan suatu pertemuan terbuka dan kapan dapat tertutup, dengan kriteria obyektif yang jelas dan dituangkan dalam bentuk peraturan resmi.

8. Mengedepankan keterbukaan

Undang- undang yang mengatur tentang keterbukaan informasi sebaiknya dijadikan acuan untuk mengatur segala hal terkait informasi dan akses informasi.Oleh karena itu, peraturan perundang-undangan lain seharusnya diselaraskan dengan prinsip-prinsip keterbukaan informasi. Selain itu, pejabat yang memiliki itikad baik untuk membuka informasi dilindungi dari sanksi, apabila informasi yang dibuka tidak tergolong sebagai informasi yang dikecualikan. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk diberlakukan 51 www.kinerja.or.id BUKU PEGANGAN Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik agar dapat mendobrak “budaya” ketertutupan yang masih mengakar pada birokrasi.

9. Perlindungan bagi “peniup peluit” whistle blower

Setiap orang yang beritikad baik mengungkapkan terjadinya pelanggaran hukum harus dilindungi dari sanksi hukum maupun administratif, meskipun informasi yang diungkapkan tersebut masuk di dalam kategori informasi yang dirahasiakan. Oleh karena itu, peraturan tentang keterbukaan informasi harus dilaksanakan sejalan dengan peraturan tentang perlindungan bagi si “peniup peluit”.

I.4. JAMINAN HUKUM KETERBUKAAN

INFORMASI

1. JAMINAN HUKUM UMUM

Jaminan hukum keterbukaan informasi di Indonesia sangat kuat. UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan informasi. Hal ini berarti negara wajib memenuhi hak tersebut. Jaminan tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan di bawahnya, mulai dari Undang-undang, Peraturan Komisi Informasi, Peraturan Menteri, hingga Peraturan Daerah dan regulasi lain pada tingkat daerah.

1. A. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

Akses informasi merupakan bagian dari hak asasi manusia HAM yang dijamin dan dilindungi oleh konstitusi UUD 1945. Perubahan Kedua UU 1945 Pasal 28F menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.” Jaminan konstitusional ini harus dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan perundang- undangan yang sifatnya operasional agar tidak sekedar menjadi moral rights, tetapi juga menjadi positive rights dan exercise of rights Muhamad Yasin, 2007. Oleh karena itu, pemerintah menjabarkan jaminan hak tersebut dalam UU HAM UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 14 dan UU KIP UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. 1.B. UNDANG – UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UU KIP UU KIP tidak hanya menjamin hak atas informasi hak atas substansisubstantive rights tetapi juga menjamin hak akses