Mengedepankan keterbukaan FASILITASI WARGA MENGAKSES INFORMASI

51 www.kinerja.or.id BUKU PEGANGAN Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik agar dapat mendobrak “budaya” ketertutupan yang masih mengakar pada birokrasi.

9. Perlindungan bagi “peniup peluit” whistle blower

Setiap orang yang beritikad baik mengungkapkan terjadinya pelanggaran hukum harus dilindungi dari sanksi hukum maupun administratif, meskipun informasi yang diungkapkan tersebut masuk di dalam kategori informasi yang dirahasiakan. Oleh karena itu, peraturan tentang keterbukaan informasi harus dilaksanakan sejalan dengan peraturan tentang perlindungan bagi si “peniup peluit”.

I.4. JAMINAN HUKUM KETERBUKAAN

INFORMASI

1. JAMINAN HUKUM UMUM

Jaminan hukum keterbukaan informasi di Indonesia sangat kuat. UUD 1945 sebagai dasar hukum tertinggi menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan informasi. Hal ini berarti negara wajib memenuhi hak tersebut. Jaminan tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan perundang-undangan di bawahnya, mulai dari Undang-undang, Peraturan Komisi Informasi, Peraturan Menteri, hingga Peraturan Daerah dan regulasi lain pada tingkat daerah.

1. A. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

Akses informasi merupakan bagian dari hak asasi manusia HAM yang dijamin dan dilindungi oleh konstitusi UUD 1945. Perubahan Kedua UU 1945 Pasal 28F menyatakan bahwa: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.” Jaminan konstitusional ini harus dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan perundang- undangan yang sifatnya operasional agar tidak sekedar menjadi moral rights, tetapi juga menjadi positive rights dan exercise of rights Muhamad Yasin, 2007. Oleh karena itu, pemerintah menjabarkan jaminan hak tersebut dalam UU HAM UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 14 dan UU KIP UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. 1.B. UNDANG – UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UU KIP UU KIP tidak hanya menjamin hak atas informasi hak atas substansisubstantive rights tetapi juga menjamin hak akses Keterbukaan Informasi 52 www.kinerja.or.id BUKU PEGANGAN Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik informasi hak atas prosedurprocedural rights. Beberapa pokok pikiran yang terkandung dalam UU KIP adalah: • Setiap badan publik wajib menjamin keterbukaan informasi publik. UU KIP mengatur tentang pihak-pihak yang dikenai kewajiban duty bearers untuk memenuhi hak masyarakat atas informasi dan atas akses informasi, yaitu badan publik. UU KIP mendeinisikan badan publik berdasarkan sumber pendanaannya, yaitu badan yang mendapatkan sumber pendanaan dari publik masyarakat. • Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik. Pengelolaan negara diselenggarakan oleh pemerintah, untuk kepentingan publik dan dengan menggunakan danapublik. Oleh karena itu, maka setiap informasi yang terkait dengan penyelenggaraan negara pada dasarnya adalah terbuka dan harus dapat diakses oleh publik. • Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, tidak mutlak tidak permanen. Meskipun pada dasarnya setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses, namun dalam praktek tidak semua informasi dapat dibuka. Ada informasi-informasi tertentu yang apabila dibuka justru dapat menimbulkan kerugian atau membahayakan kepentingan publik. Oleh karena itu, UU KIP juga menjamin adanya informasi-informasi yang dapat dirahasiakan oleh pengelola informasi. Namun, pengecualian informasi tersebut harus dilakukan secara obyektif, teliti dan cermat, yaitu melalui uji konsekuensi bahaya consequential harm test dan uji kepentingan publik consequential harm test. Uji konsekuensi bahaya adalah pengujian oleh Badan Publik dalam hal ini Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi - PPID atas kemungkinan bahaya yang muncul sebagai konsekuensi dari dibukanya suatu informasi publik. Sedangkan uji kepentingan publik adalah pengujian yang dilakukan oleh Badan Publik untuk menimbang apakah kepentingan masyarakat menghendaki suatu informasi untuk dibuka atau ditutup. Apabila kepentingan masyarakat yang lebih luas menghendaki suatu informasi dibuka, walaupun sebenarnya informasi tersebut termasuk kategori rahasia, maka Badan Publik wajib membuka informasi tersebut, dan sebaliknya. • Informasi harus dapat diakses secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana. Jaminan bahwa hak atas informasi adalah hak setiap orang telah banyak diatur dalam UU lain, namun jaminan akan “hak akses informasi” tidak diatur dalam berbagai UU tersebut. UU KIP meletakan dasar bagi jaminan hak akses informasi, yaitu setiap orang harus dapat mengakses informasi dengan cepat,