81
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi dalam suatu pemerintah daerah, terlebih lagi keterbukaan informasi mencakup
semua bagian atau unit dalam suatu pemerintah daerah. Keberadaan regulasi juga dapat menjamin
keberlanjutan pelaksanaan keterbukaan informasi publik agar tidak selalu tergantung dengan mood
atasan atau pimpinan. Regulasi ini setidaknya mengatur tentang: a Struktur pelaksana
keterbukaan informasi beserta tugas, fungsi, dan tanggungjawabnya; b Mekanisme kerja antar
unit atau bagian dalam pelaksanaan keterbukaan informasi; c sistem pengelolaan dan pelayanan
informasi; d penyelesaian sengketa; dan e pembiayaan.
3. Struktur kelembagaan yang memiliki kejelasan kewenangannya. Struktur kelembagaan diperlukan
untuk menjalankan regulasi yang telah dibuat. Struktur kelembagaan ini mencerminkan tugas dan
tanggungjawab setiap unsur dalam suatu badan publik. Struktur kelembagaan terdiri dari Atasan
PPID, PPID, petugas yang mendukung kerja PPID dalam pengelolaan dan pelayanan informasi
petugas layanan, teknologi informasi, kearsipan, dan pejabat fungsional lainnya serta bagaimana
hubungan antara unsur-unsur dimaksud dalam pelaksanaan keterbukaan informasi.
4. Sumber Daya Manusia yang kompeten.
Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas merupakan
salah satu prasyarat penting agar pengelolaan dan pelayanan informasi dapat dilakukan dengan baik.
Beberapa sumber daya yang diperlukan dalam hal ini antara lain: PPID dan PPID Pembantu,
Petugas Informasi di masing-masing unit atau SKPD, Petugas Meja Informasi yang akan melayani
permohonan informasi maupun penyelesaian sengketa informasi, dan juga pejabat fungsional
seperti arsiparis, petugas website dan IT, dan sebagainya.
5. Anggaran yang memadai. Agar dapat
menjalankan perannya ketersediaan anggaran merupakan faktor pendukung yang harus
dipertimbangkan keberadaannya. Tersedianya regulasi yang memadai, sumberdaya manusia yang
kompeten tidak cukup menjamin bahwa keterbukaan informasi publik dapat berjalan. Faktor pembiayaan
merupakan hal penting yang menjadi faktor pendukung agar pelaksanaan keterbukaan informasi
dapat berjalan. Anggaran yang perlu disediakan oleh Badan Publik paling tidak untuk melakukan
sosialisasi kepada publik tentang keberadaan PPID serta operasionalisasi PPID termasuk didalamnya
sarana dan prasarana serta operasionalisasi harian. Anggaran merupakan salah satu aspek
penting agar pelaksanaan keterbukaan informasi dapat ditopang dengan baik. Oleh karena itu, dalam
mempersiapkan sistem keterbukaan informasi perlu dipikirkan penganggaran yang memadai sesuai
dengan kebutuhan. Penganggaran merupakan salah satu bentuk konsekuensi dari kewajiban badan
publik dalam menjalankan keterbukaan informasi. Seringkali badan publik memiliki kendala atas
keterbatasan pembiayaan. Oleh karena itu suatu perencanaan yang tepat sangat diperlukan dalam
mempersiapkan dan melaksanakan keterbukaan informasi. Strategi lainnya yang dapat dilakukan
selain melakukan penganggaran pada setiap SKPD adalah dengan mengembangkan pola-
pola kemitraan dengan lembaga-lembaga di luar
Publik
82
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
badan publik yang memiliki kepedulian terhadap keterbukaan informasi untuk membantu pembiayaan
kegiatan atau sarana prasarana melalui dana hibah. Beberapa persoalan yang mengemuka
yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah, karena merasa dana yang dimiliki terbatas, maka konsep
pengembangan desain untuk implementasi keterbukaan informasi publik dibuat sangat
minimalis. Misalnya pertimbangan menentukan letak meja informasi sebagai tempat layanan
informasi hanya pada PPID utama saja, karena jika harus membuka meja informasi di semua SKPD
dikuatirkan dana membengkak. Padahal penentuan meja informasi harusnya mempertimbangkan variasi
dan keragaman informasi di Pemerintah sendiri, jarak antar kantorSKPD, percepatan layanan
pemberian informasi dan bukan disebabkan oleh dana yang terbatas.
6. Sistem reward and punishment. Pelaksanaan
keterbukaan informasi perlu diperkuat dengan sistem reward and punishment yang memadai.
Seringkali posisi-posisi layanan publik dianggap sebagai posisi yang tidak menarik bagi pegawai atau
petugas badan publik. Oleh karena itu pegawai atau petugas layanan publik termasuk layanan informasi
perlu mendapatkan reward dan punishment yang seimbang terkait dengan tugas-tugas yang
diembannya. Pada sistem penilaian kinerja perlu dikembangkan khusus mekanisme ini. Sistem ini
tidak selalu harus berbentuk misalnya keuntungan inansial melainkan juga bisa berbentuk lain seperti
pengembangan kapasitas melalui pendidikan atau pelatihan-pelatihan maupun kredit kerja.
7. Dukungan publik. Keterbukaan informasi perlu
mendapatkan dukungan publik yang kuat. Oleh karena itu upaya penyadaran publik terhadap
pentingnya informasi perlu terus dikembangkan agar masyarakat dapat memanfaatkan keterbukaan
informasi dengan baik. Tidak jarang badan publik yang telah membentuk sistem dengan baik namun
permintaan informasi dari masyarakat masih rendah. Hal ini mengakibatkan sistem yang telah dibentuk
dengan susah payah tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat padahal tujuan pengembangan layanan
ini adalah untuk pemenuhan hak masyarakat atas informasi. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan yang
bertujuan bagi penyadaran masyarakat perlu terus dilakukan seiring dengan pengembangan sistem
layanan informasi. Oleh karena prasyarat pelaksanaan keterbukaan
informasi sebagaimana di atas cukup luas, badan publik perlu memprioritaskan beberapa hal, antara
lain: a Regulasi di Daerah; b Struktur PPID; c Standar opersional prosedur; dan d Sarana dan
Prasarana.