A. UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945
Keterbukaan Informasi
52
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
informasi hak atas prosedurprocedural rights. Beberapa pokok pikiran yang
terkandung dalam UU KIP adalah:
• Setiap badan publik wajib menjamin keterbukaan informasi publik. UU KIP
mengatur tentang pihak-pihak yang dikenai kewajiban duty bearers untuk memenuhi
hak masyarakat atas informasi dan atas akses informasi, yaitu badan publik. UU KIP
mendeinisikan badan publik berdasarkan sumber pendanaannya, yaitu badan yang
mendapatkan sumber pendanaan dari publik masyarakat.
• Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.
Pengelolaan negara diselenggarakan oleh pemerintah, untuk kepentingan publik dan
dengan menggunakan danapublik. Oleh karena itu, maka setiap informasi yang
terkait dengan penyelenggaraan negara pada dasarnya adalah terbuka dan harus
dapat diakses oleh publik.
• Informasi publik yang dikecualikan bersifat ketat, terbatas, tidak mutlak
tidak permanen. Meskipun pada dasarnya
setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses, namun dalam praktek
tidak semua informasi dapat dibuka. Ada informasi-informasi tertentu yang apabila
dibuka justru dapat menimbulkan kerugian atau membahayakan kepentingan publik.
Oleh karena itu, UU KIP juga menjamin adanya informasi-informasi yang dapat
dirahasiakan oleh pengelola informasi. Namun, pengecualian informasi tersebut
harus dilakukan secara obyektif, teliti dan cermat, yaitu melalui uji konsekuensi
bahaya consequential harm test dan uji kepentingan publik consequential harm
test. Uji konsekuensi bahaya adalah pengujian
oleh Badan Publik dalam hal ini Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi -
PPID atas kemungkinan bahaya yang muncul sebagai konsekuensi dari dibukanya
suatu informasi publik. Sedangkan uji kepentingan publik adalah pengujian
yang dilakukan oleh Badan Publik untuk menimbang apakah kepentingan
masyarakat menghendaki suatu informasi untuk dibuka atau ditutup. Apabila
kepentingan masyarakat yang lebih luas menghendaki suatu informasi dibuka,
walaupun sebenarnya informasi tersebut termasuk kategori rahasia, maka Badan
Publik wajib membuka informasi tersebut, dan sebaliknya.
• Informasi harus dapat diakses secara cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan
cara sederhana. Jaminan bahwa hak
atas informasi adalah hak setiap orang telah banyak diatur dalam UU lain, namun
jaminan akan “hak akses informasi” tidak diatur dalam berbagai UU tersebut. UU
KIP meletakan dasar bagi jaminan hak akses informasi, yaitu setiap orang harus
dapat mengakses informasi dengan cepat,
53
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
tepat waktu, biaya ringan dan caranya sederhana. Sebagai konsekuensinya,
pengelola informasi badan publik harus dapat memenuhi hak akses tersebut dengan
menyediakan membangun sistemsistem yang dapat mendukung pelayanan informasi
yang cepat, tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.
• Informasi publik harus bersifat utuh, akurat, dan dapat dipercaya. Indikator
bahwa hak masyarakat atas informasi terpenuhi adalah apabila ia mendapatkan
informasi yang dibutuhkan secara utuh, akurat, dan dapat dipercaya tidak
mengandung unsur kesalahan yang disengaja atau dimanipulasi. Agar hak
masyarakat tersebut dapat terpenuhi, UU KIP menterjemahkannya dalam ketentuan
tentang: a kewajiban badan publik untuk membangun sistem pengelolaan informasi
dan dokumentasi, b kewajiban badan publik untuk menyusun sistem pelayanan
informasi, c kewajiban badan publik untuk membangun sistem penyelesaian sengketa,
dan d ancaman hukuman bagi pihak-pihak yang menghalangi akses informasi.
• Penyelesaian sengketa secara cepat, murah, kompeten, dan independen.
Dalam sebuah hubungan kontraktual penyelenggaraan negara, dalam hal ini
antara peminta dan pemberi informasi publik, melekat potensi terjadinya sengketa
apabila salah satu pihak menciderai hubungan tersebut ataupun memiliki
perbedaan tafsir atas keberadaan informasi dimaksud. UU KIP mengantisipasi kondisi
ini dengan menyediakan jaminan hukum tentang penyelesaian sengketa informasi
yang harus dilakukan secara cepat dan murah dan dilakukan oleh pihak yang
kompeten dan independen, yaitu internal badan publik sebagai penyelesai sengketa
tahap pertama dan Komisi Informasi serta pengadilan sebagai forum penyelesaian
sengketa tingkat banding.
• Ancaman pidana bagi penghambat akses informasi. Ancaman pidana merupakan
perangkat yang ditujukan untuk memberikan efek jera bagi penghambat akses informasi.
UU KIP mendeinisikan penghambat informasi sebagai: a orang yang sengaja
menghancurkan informasi, b orang yang dengan sengaja membuat informasi
tidak benar, c pejabat publik yang tidak menjalankan kewajibannya dalam rangka
keterbukaan informasi, d orang yang menyalahgunakan informasi, dan e orang
yang membocorkan informasi rahasia.
1.C. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN
INFORMASI PUBLIK
Peraturan Pemerintah PP ini merupakan penjabaran lebih lanjut Pasal 20 UU KIP tentang
jangka waktu pengecualian informasi masa
Keterbukaan Informasi
54
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
retensi dan Pasal 58 UU KIP tentang tata cara pembayaran ganti rugi oleh Badan Publik
Negara dan pembebanan pidana denda. Pasal 20 di dalam UU KIP menyatakan bahwa
pengecualian informasi yang diatur dalam Pasal 17 UU KIP tidak bersifat permanen.
Artinya, setelah jangka waktu tertentu suatu informasi rahasia harus dapat dibuka kepada
publik. PP No. 612010 ini memberikan pedoman jangka waktu yang diperbolehkan
untuk memperlakukan suatu informasi sebagai informasi rahasia Lihat Bab IX untuk penjelasan
lebih lanjut. PP No. 612010 juga memberikan pedoman
tentang tata cara pembayaran ganti rugi bagi Badan Publik Negara yang perbuatannya
telah menimbulkan kerugian secara materiil
kepada Pemohon Informasi catatan: Pemohon
Informasi yang tidak puas dengan keputusan Badan Publik Negara dapat menggungat
ke pengadilan setelah melalui prosedur penyelesaian sengketa internal dan Komisi
Informasi. Lihat Bab V untuk penjelasan lebih lanjut. Jumlah ganti rugi maksimal yang dapat
diberikan adalah Rp. 5.000.000,00 lima juta rupiah dan dibebankan kepada keuangan
Badan Publik Negara yang bersangkutan. Ganti rugi tersebut harus ditetapkan berdasarkan
Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara PTUN dan dibayarkan dengan tata cara yang biasa
digunakan dalam pembayaran ganti rugi pada PTUN.
Selain pedoman tentang ganti rugi, PP No. 612010 juga memberikan pedoman tentang
pembebanan pidana denda Lihat Pasal 51-55 UU KIP. Menurut PP ini, apabila Badan Publik
melanggar ketentuan dalam Pasal 51-55 UU KIP, maka Badan Publik yang bersangkutan
dapat dikenai sanksi pidana berbentuk pembayaran denda. Beban pembayaran
denda tersebut ada pada Badan Publik atau Pejabat Publik apabila dapat dibuktikan bahwa
Pejabat Publik yang bersangkutan terbukti telah melakukan tindakan di luar tugas pokok dan
fungsinya serta melampau kewenangan yang diberikan kepadanya.
1.D. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
LAYANAN INFORMASI PUBLIK PERKI SLIP
UU KIP telah mengatur tentang hal-hal prinsip berkaitan dengan hak dan kewajiban serta tata
cara untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban atas informasi publik. Hal-hal prinsip
tersebut masih memerlukan penjabaran lebih lanjut agar pelaksanaan UU KIP optimal.
Oleh karena itu, Komisi Informasi Pusat sebagai lembaga yang diberi mandat untuk
melaksanakan UU KIP menyusun Peraturan Komisi Informasi No. 1 tentang Standar
Layanan Informasi Publik PERKI SLIP yang disahkan pada tahun 2010.
55
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
PERKISLIP secara rinci menjabarkan lebih lanjut tentang:
• daftar informasi yang wajib disediakan dan diumumkan, informasi yang wajib diumumkan
secara serta-merta, dan informasi yang wajib tersedia setiap saat;
• tata cara pengecualian informasi publik; • standar pelayanan informasi publik, yang
meliputi: i standar informasi publik melalui pengumuman, ii standar informasi publik
melalui permohonan, iii kewajiban untun membuat maklumat pelayanan informasi bagi
badan publik, dan iv kewajiban penyusunan standar prosedur operasional layanan informasi
publik; • tata cara pengelolaan keberatan;
• laporan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan informasi publik.
1.E. PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR
PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK PERKI PPSIP
PERKI PPSIP mengatur lebih lanjut tata cara penyelesaian sengketa informasi yang telah
diatur dalam UU KIP, khususnya penyelesaian sengketa informasi di Komisi Informasi Pusat,
Provinsi ataupun KabupatenKota. Beberapa hal yang diatur dalam PERKI ini antara lain:
• Kewenangan Komisi Informasi dalam penyelesaian sengketa informasi publik melalui
mediasi dan ajudikasi • Tata cara permohonan penyelesaian sengketa
informasi publik • Tata cara penyelesaian sengketa informasi
publik melalui mediasi dan ajudikasi Adapun tata cara penyelesaian sengketa internal
Badan Publik menjadi kewenangan masing-masing Badan Publik untuk menyusun prosedurnya.
Sementara tata cara penyelesaian sengketa informasi di pengadilan diatur dalam peraturan
perundang-undangan lain berupa Peraturan Mahkamah Agung Lihat Bagan Alur Penyelesaian
Sengketa di Pengadilan pada Bab V.
1.F. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG
PEDOMAN PENGELOLAAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH
Permendagri No. 352010 menekankan dan menjabarkan lebih lanjut tentang pengelolaan
dan pelayanan informasi di Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah yang
dideinisikan sebagai Pemerintah Daerah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah beserta Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Ulasan singkat ini hanya akan fokus pada pengelolaan
dan pelayanan informasi di Pemerintah Daerah.
Keterbukaan Informasi
56
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
Menurut Permendagri No. 352010, Pemerintah Daerah merupakan Badan
Publik yang wajib menyediakan, memberikan danatau menerbitkan Informasi Publik
yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain
informasi yang dikecualikan sesuai peraturan perundang-undangan Pasal 6 Ayat 1.
Untuk melaksanakan kewajiban tersebut, Pemerintahan Daerah wajib membangun
dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi pengelolaan Informasi Publik yang
dapat diakses dengan mudah Pasal 6 Ayat 2. Pedoman lain yang disampaikan di dalam
Permendagri ini mengenai keberadaan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi PPID.
PPID melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsi pelayanan
informasi. Pada lingkup Pemerintah Provinsi, PPID ditetapkan oleh Gubernur,sedangkan pada
lingkup Pemerintah KabupatenKota ditetapkan oleh BupatiWalikota. Para PPID ini bertanggung
jawab kepada Gubernur atau BupatiWalikota melalui Sekretaris Daerah pada lingkup tugas
masing-masing. Untuk membantu tugas PPID, Pemerintah Provinsi dan KabupatenKota dapat
menetapkan PPID PembantuPelaksana yang berasal dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
danatau Pejabat Fungsional di masing-masing lingkup tugasnya Lihat Bagian Struktur Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi PPID pada Bab II.
Disamping itu, Permendagri ini juga memandatkan agar segala biaya yang
diperlukan untuk pengelolaan pelayanan informasi dan dokumentasi di lingkungan
Pemerintahan Provinsi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Provinsi sedangkan di lingkungan Pemerintahan KabupatenKota dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kota.