49
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
1. Informasi harus dibuka seluas-luasnya
Informasi yang dikelola oleh badan publik harus dibuka seluas-luasnya dan hanya dapat
dikecualikan dalam situas-situasi tertentu dan bersifat terbatas. Sebagai konsekuensi, setiap
orang berhak untuk mendapatkan informasi- informasi tersebut. Setiap permintaan informasi
seharusnya tidak perlu disertai dengan alasan permintaan. Sebaliknya, badan publik yang
menyelenggarakan pengelolaan informasi harus dapat menunjukan bahwa mereka telah
menggunakan kriteria obyektif ketika menolak permintaan informasi.
2. Informasi wajib disebarluaskan
Keterbukaan informasi tidak hanya berarti bahwa badan publik wajib memenuhi
permintaan informasi. Namun, ia juga wajib menyebarluaskan informasi secara proaktif,
meskipun tidak didahului dengan permintaan sekalipun. Untuk itu badan publik wajib untuk
mengidentiikasi dan mengklasiikasi informasi apa saja yang masuk kategori informasi proaktif.
3. Menegakkan pemerintahan terbuka
Menegakkan pemerintahan terbuka tidak cukup dengan membuat Undang-undang
tentang Keterbukaan Informasi Publik dan peraturan-peraturan tertulis lainnya.Pemerintah
harus memastikan bahwa aturan tersebut dijalankan. Konsekuensinya, pemerintah harus
menyediakan dana yang cukup, membangun sistemsistem pengelolaan dan pelayanan
informasi serta mengembangkan kapasitasnya untukmelayani permintaan informasi. Di sisi
lain, pemerintah juga harus meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak mereka untuk
mendapatkan informasi. Caranya, antara lain dengan mendayagunakan berbagai media
komunikasi yang ada, seperti surat kabar, radio, televisi, dll.
4. Lingkup pengecualian yang terbatas
Setiap informasi adalah bersifat terbuka dan dapat diakses, kecuali informasi yang
dikategorikan sebagai informasi rahasia. Oleh karena itu, badan publik pengelola informasi
yang akan menolak permintaan informasi harus melakukan uji tiga tahap:
i. Pengecualian informasi dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan; rincian
tentang informasi yang dapat dibuka atau ditutup harus tercantum dalam peraturan
perundang-undangan. Pengecualian sebaiknya didasarkan pada isinya substansi
informasi, bukan jenis dokumennya. Pengecualian juga harus dibatasi dengan
waktu yang memadai tidak permanen. Misalnya, informasi yang apabila dibuka
pada satu ketika membahayakan pertahanan nasional, tidak akan berbahaya
apabila dibuka 20 tahun kemudian.
ii. Penolakan informasi telah melalui uji konsekuensi bahaya, yaitu apabila dibuka
justru membahayakan kepentingan publik consequenstial harm test
Keterbukaan Informasi
50
www.kinerja.or.id
BUKU PEGANGAN
Implementasi Undang-Undang Keterbukaan Informasi untuk Mendorong Peningkatan Pelayanan Publik
iii. Penolakan didasarkan pada uji kepentingan, yaitu bahaya yang timbul
akibat dibukanya informasi tersebut lebih besar daripada kepentingan untuk
mendapatkan informasi balancing publik interest test
5. Akses yang mudah
Badan publik wajib untuk membangun sistem pengelolaan dan pelayanan informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat. Selain itu, badan publik juga harus membangun sistem
penyelesaian sengketa informasi yang juga mudah diakses dan prosedur yang digunakan
cukup sederhana.
6. Biaya yang terjangkau
Biaya untuk mendapatkan informasi harus ditetapkan sesuai dengan kemampuan
masyarakat. Jangan sampai biaya yang dibebankan terlalu mahal sehingga membuat
masyarakat enggan untuk meminta informasi. Dalam jangka panjang, keuntungan yang
diperoleh dengan memberikan informasi lebih banyak daripada menutup informasi. Dengan
terbukanya akses informasi, masyarakat dapat turut serta melakukan pengawasan
sehingga kebocoran anggaran di badan- badan publik dapat dihindari. Pemerintah
perlu mempertimbangkan penerapan sistem tarif berjenjang, misalnya tarif informasi untuk
kepentingan pribadi atau komersial lebih mahal dibandingkan dengan informasi yang akan
digunakan untuk publik.
7. Pertemuan terbuka
Keterbukaan informasi tidak hanya berkaitan dengan hak untuk mengakses
dokumen-dokumen, namun juga menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
pemerintah dalam mengambil keputusan yang bersifat publik, misalnya pertemuan
yang diselenggarakan oleh DPR yang akan membahas anggaran. Untuk itu, badan publik
juga harus mendeinisikan pertemuan terbuka dan tertutup dan membuat “aturan main” kapan
suatu pertemuan terbuka dan kapan dapat tertutup, dengan kriteria obyektif yang jelas dan
dituangkan dalam bentuk peraturan resmi.
8. Mengedepankan keterbukaan
Undang- undang yang mengatur tentang keterbukaan informasi sebaiknya dijadikan
acuan untuk mengatur segala hal terkait informasi dan akses informasi.Oleh karena itu,
peraturan perundang-undangan lain seharusnya diselaraskan dengan prinsip-prinsip keterbukaan
informasi. Selain itu, pejabat yang memiliki itikad baik untuk membuka informasi dilindungi
dari sanksi, apabila informasi yang dibuka tidak tergolong sebagai informasi yang dikecualikan.
Hal ini perlu dipertimbangkan untuk diberlakukan