Pola Hubungan Kerjasama Sumberdaya Lokal 1. Potensi Lahan

76 penyewaaan ban untuk berenang, 30 orang para pedagang makanan dan minuman menetap menghuni rumah atau bangunan yang berada di lokasi wisata dan sekitar 40 orang pedagang kaki lima. Pada tahun 2002, dari penarikan retribusi pengunjung sebesar Rp. 2.500,00 per orang mampu memberikan kontribusi bagi anggaran pembangunan desa sebesar Rp. 2.500.000,00.

4.7.2. Pola Hubungan Kerjasama

Pola hubungan kerjasama sebagai wujud pengembangan sumberdaya lokal dilakukan dalam bentuk kerjasama ekonomi, yaitu terbentuknya wadah koperasi, kelompok-kelompok pembuatan ikan asin, terasi dan industri pengolahan ikan remang. KUD Nelayan saat ini beranggotakan 976 orang, dengan tiga unit usaha, yaitu TPI Tempat Pelelangan Ikan, TPHT Tempat Pengolahan Hasil Tambak dan Tempat Pembayaran Rekening Listrik. Dari data tahun 2005 di ketahui bahwa total produksi dari Unit TPI sebanyak 961.831 kilogram ikan atau Rp. 3.035.059.000,00. Total produksi dari Unit TPHT sebanyak 1.083.000 ekor ikan atau Rp 148.098.000,00. Unit Pembayaran Rekening Listrik mampu melayani 39.306 rekening atau Rp 1.562.485.702,00. Total produksi dari pembuatan terasi senilai Rp. 30.000.000,00 dan total produksi pembuatan ikan asin senilai Rp. 3,5 milyar. Untuk memenuhi target produksi ikan asin, kekurangan bahan baku dipenuhi dengan mendatangkan dari Blanakan, Indramayu, Cilacap. Wujud pengembangan pola hubungan kerjasama lainnya dilakukan dengan memanfaatkan serta mengembangkan keindahan alam pesisir melalui pengembangan kawasan wisata.

V. EVALUASI KEGIATAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA PESISIR “SAMUDERA BARU”

Evaluasi terhadap program atau kegiatan pengembangan kawasan wisata pesisir “Samudera Baru” penting dilakukan untuk memperbaiki atau memberi masukan dan saran bagi tindakan selanjutnya agar kegiatan yang dilaksanakan lebih berdaya guna, lebih memberikan manfaat bagi anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata maupun komunitas, sehingga dapat melaksanakan tugas, peran dan fungsinya dalam upaya meningkatkan kondisi kehdupan dan penghidupan yang layak. Evaluasi terhadap kegiatan dilaksanakan dengan mempertimbangkan apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah memenuhi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat seperti azas kemandirian, kejujuran, kesetaraan dan berkelanjutan; penilaian terhadap pengaruh atau efek suatu kegiatan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap individu, kelompok sasaran, kelembagaan, kebijakan serta konsekuensinya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Evaluasi kegiatan pengembangan kawasan wisata pesisir diperlukan untuk : 1. Memahami perubahan ataupun manfaat yang dicapai oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru”, pihak-pihak terkait serta komunitas Desa Sungaibuntu. 2. Meningkatkan pemahaman mengenai faktor-faktor pendukung dan faktor- faktor penghambat, yang memberikan kontribusi bagi keberlanjutan pengembangan kawasan wisata “Samudera Baru”. 3. Memahami upaya-upaya yang dilaksanakan oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” serta pihak-pihak terkait dalam mengatasi kendala-kendala atau hambatan tersebut. 4. Memberikan kontribusi bagi pengambilan keputusan dalam penyusunan program atau kegiatan yang tepat sebagai alternatif solusi dari permasalahan atau kendala yang dihadapi, baik oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” itu sendiri, para pedagang di lokasi wisata maupun pihak-pihak terkait, dalam hal ini meliputi t okoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan aparat