26 2. Represif; yaitu upaya untuk mengembalikan keserasian yang pernah
mengalami gangguan. Dilaksanakan melalui pemberian sanksi terhadap warga masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari norma-norma
yang berlaku. 3. Dilaksanakan dengan menggabungkan kedua hal di atas.
Kontrol atau pengendalian sosial dapat dilaksanakan dengan berbagai cara yang pada prinsipnya berkisar pada cara-cara tanpa kekerasan atau persuasive
dan cara-cara paksaan atau coercive. Cara-cara yang dipilih akan sangat tergantung pada faktor “terhadap siapa kontrol atau pengendalian sosial tersebut
diberlakukan dan dalam situasi dan kondisi yang bagaimana”. Dalam situasi dan kondisi yang relatif tenteram cara-cara persuasive mungkin akan jauh lebih
efektif daripada penggunaan coercive. Coercive mungkin akan efektif jika diterapkan terhadap warga yang melakukan tindakan-tindakan penyimpangan.
Berdasarkan uraian tentang konsep kelembagaan di atas, penulis mengambil batasan kelembagaan dalam kajian ini adalah kelembagaan sebagai
suatu pranata sosial, yaitu suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas manusia untuk memenuhi kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Sistem tata kelakuan ini diwujudkan dalam suatu tata aturan yang mengatur hubungan antar manusia
dalam Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru”. Pelaksanaan nilai-nilai dan tata aturan yang terdapat dalam kelompok memerlukan peran
penting kontrol atau pengendalian, baik bersumber dari internal kelompok maupun eksternal kelompok. Kontrol atau pengendalian sosial ini diharapkan
mampu menopang upaya mewujudkan kawasan wisata pesisir secara berkelanjutan. Tetapi, dalam pelaksanaan aktivitasnya, kelompok ini belum
melibatkan kelembagaan-kelembagaan tersebut, baik lokal BPD, LPM, Tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pemerintah Sie. PMD Kecamatan
Pedes, UPTD PKP Kecamatan Pedes, Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang maupun swasta pengusaha.
2.3.2. Modal Sosial
Upaya pengembangan kelembagaan, dalam hal ini kelembagaan pengelola kawasan wisata pesisir harus dikembangkan berdasarkan potensi modal sosial
27 trust, norm, networking yang telah terbentuk ditingkat grasroot Dharmawan,
2004. Modal sosial terbentuk melalui pengembangan hubungan-hubungan aktif,
partisipasi, demokrasi, penguatan pemilikan komunitas dan kepercayaan. Sumber-sumber modal sosial muncul dalam bentuk tanggung jawab dan
harapan-harapan yang tergantung dari kepercayaan lingkungan sosial, aliran informasi dalam struktur sosial dan dan norma-norma yang disertai sanksi.
Colleta dan Cullen dalam Tonny, 2005 mendefinisikan modal sosial sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil organisasi sosial
ekonomi, seperti pandangan umum, kepercayaan, pertukaran timbal balik, pertukaran ekonomi dan informasi kelompok-kelompok informal dan asosiasi-
asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya fisik, manusiawi, budaya sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan. Daryanto 2004 mengungkapkan bahwa apabila pembangunan ekonomi
yang diharapkan dapat berkelanjutan, maka hubungan, sikap dan pranata sosial dalam masyarakat harus diperbaiki. Masyarakat yang memiliki modal sosial
dapat mendukung pengembangan potensi ekonomi. Revitalisasi dan pengembangan modal sosial perlu dilakukan agar masyarakat dapat
mengembangkan roda perekonomian. Dengan demikian, kajian tentang Pengembangan Kawasan Wisata Pesisir
Berbasis Komunitas Lokal melalui pendekatan strategis kelembagaan perlu dikembangkan berdasarkan potensi modal sosial yang dimiliki.
Tonny 2004 mengemukakan dimensi-dimensi yang dimiliki Modal Sosial yaitu :
1. Dimensi Integrasi integration, yaitu ikatan-ikatan yang ada didasarkan pada
hubungan kekerabatan, etnik dan agama. 2. Dimensi pertalian linkage, yaitu
ikatan dengan komunitas lain di luar
komunitas berupa jejaring networking dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan civic associations yang menembus perbedaan kekerabatan,
etnik dan agama. 3. Integritas organisasional organizational integrity, yaitu menyangkut
keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakan peraturan.
28 4. Sinergi sinergy, yaitu menyangkut relasi antara pemimpin dan institusi
pemerintahan dengan komunitas state cmmunity relations. Untuk memahami pengembangan aktivitas ini ditinjau dari Modal Sosial
dilakukan analisis berdasarkan Tipologi Modal Sosial Tonny, 2005 sebagai berikut :
2.3.3. Gerakan Sosial