43 Melalui pendekatan penguatan kelembagaan diharapkan orang yang
terikat dalam suatu wadah kelembagaan dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya sehingga mampu mendukung kegiatan pembangunan secara
berkelanjutan.
2.7. Penguatan Kapasitas Kelompok
Strategi penguatan kelembagaan dapat ditempuh melalui penguatan kapasiatas kelompok. Johnson Johnson 1987 dalam Sarwono 1997
mengidentifikasi sedikitnya terdapat tujuh jenis definisi kelompok yang penekanannya berbeda-beda, yaitu :
1. Kumpulan individu yang saling berinteraksi Bonner, 1959 ; Stogdill, 1959. 2. Satuan unit sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melihat diri
mereka sendiri sebagai bagian dari diri kelompok itu Bales, 1950 ; Smith, 1945.
3. Sekumpulan individu yang saling tergantung Cartwright dan Zander, 1968; Friedler, 1967 ; Lewin, 1951.
4. Kumpulan individu yang sama-sama bergabung untuk mencapai satu tujuan Deutsch, 1959 ; Mills, 1967.
5. Kumpulan individu yang mencoba untuk memenuhi beberapa kebutuhan melalui penggabungan diri mereka joint association Bass, 1960 ; Cattell,
1951. 6. Kumpulan individu yang interaksinya diatur distrukturkan oleh atau dengan
seperangkat peran dan norma McDavid dan Harari, 1968 ; Sherif, 1956. 7. Kumpulan individu yang saling mempengaruhi Shaw, 1979.
Berdasarkan kumpulan berbagai definisi tersebut di atas, Johnson Johnson 1987 dalam Sarwono 1997 merumuskan definisi kelompok sebagai
berikut : Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap
muka, yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota
kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.
44 Soekanto 2002, membagi kelompok menjadi kelompok formal dan
kelompok informal. Kelompok formal adalah kelompok yang keanggotaannya terbentuk menurut struktur resmi dan aturan yang dibuat dengan sengaja oleh
anggotanya. Sebaliknya kelompok informal merupakan kelompok yang tidak memiliki struktur tertentu dan aturan dibuat secara tidak tegas.
Dalam interaksi diantara anggota kelompok terdapat kekuatan atau pengaruh Nitimihardjo dan Iskandar, 1993. Anggota kelompok saling
berinteraksi secara tetap, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota kelompok lainnya. Keberadaan kekuatan saling mempengaruhi menyebabkan
anggota kelompok dapat mengajak orang lain untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan kelompok dapat dilakukan dengan baik melalui koordinasi.
Kepemimpinan didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuan dan memelihara kelompok. Minat-minat yang bertentangan dan konflik
tidak mungkin dapat diatur tanpa menggunakan kekuatan kontrol. Tidak ada komunikasi tanpa pengaruh, yang berarti tidak ada komunikasi tanpa kekuatan.
Dengan demikian kekuatan merupakan esensi bagi semua keberfungsian kelompok.
Pendekatan kelompok sebagai upaya pemberdayaan menurut Vitalaya 1986 memiliki kelebihan antara lain dapat mempercepat proses adopsi karena
terdapat interaksi antara sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, Gaetano Mosca dalam Olson 1957
menyatakan bahwa manusia mempunyai naluri untuk berkumpul dan berjuang dengan kumpulan manusia lainnya, sehingga individu ‘senasib’ saling berkumpul
dalam suatu kelompok. Kurt Lewin dalam Soekanto 2002 mengungkapkan bahwa lebih mudah untuk mengubah pola tingkah laku individu-individu yang
terikat dalam suatu kelompok daripada secara individual. Lebih lanjut Achlis 1983 menulis bahwa penggunaan kelompok merupakan mekanisme yang lebih
daripada mekanisme-mekanisme lainnya dan bahwa kelompok memiliki kekuatan-kekuatan tertentu yang apabila digali dan dikembangkan atas nama
dan kerja sama kelompok dapat merupakan sumber-sumber untuk penyembuhan dan pengembangan bagi para angotanya.
Penguatan kapasitas merupakan suatu istilah yang makna dan metodenya bervariasi dan mencakup secara luas diantara orang dan organisasi. Sumpeno
2002 mengungkapkan bahwa penguatan kapasitas berarti terjadi perubahan perilaku untuk :
45 1. Meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan dan
sikap 2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen,
keuangan dan budaya 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan
dan mengantisipasi perubahan. Selanjutnya hasil yang diharapkan adalah ; 4. Penguatan individu, organisasi dan masyarakat
5. Terbentuknya model pengembangan kapasitas dan program, serta 6. Terbangunnya sinergitas pelaku dan kelembagaan
2.8. Kerangka Analisis