36
2.6. Analisis Relevansi Pekerjaan Sosial, Kelembagaan dan Pembangunan Berkelanjutan
Pekerjaan Sosial menurut Charles Zastrow 1982 merupakan aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam
meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka serta menciptakan kondisi- kondisi masyarakat yang kondusif bagi keberfungsian sosial mereka,
sebagaimana diungkapkan bahwa : “Social work is the professional activity of helping individuals, groups or communities to enhance or restore their capacity
for social functoning and to create societal conditions favorable to their goals”. Pernyataan serupa diungkapkan oleh Skidmore dan Tackeray 1982 yang
menyatakan bahwa Pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian individu, baik secara individual maupun kelompok yang
kegiatannya difokuskan pada relasi sosial mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya : “Social work seeks to enhance the social
functioning of individuals, singly and in groups, by activities focused upon their social relationship which constitute the interaction between man and his
environtment”. Dubois dan Miley 2005 menyatakan bahwa tujuan dan sasaran Pekerjaan
Sosial mengarahkan Pekerja Sosial untuk memperkuat kompetensi kelayan, mengkaitkan mereka dengan sumber-sumber, menolong perkembangan
perubahan bagi organisasi maupun kelembagaan sosial agar lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sebagaimana diungkapkan yaitu : “The goals
and objectives lead social workers to enhance clients’ sense of competence, link them with resources and foster changes that make organization and social
institutions more responsive to citizens’ need”. Secara rinci, maksud dari Pekerjaan Sosial yaitu :
1. Memperkuat keberfungsian sosial bagi individu, keluarga, kelompok,
organisasi maupun komunitas 2. Mengkaitkan sistem kelayan dengan sumber-sumber yang dibutuhkan
3. Memperbaiki pelaksanaan jaringan pemberian pelayanan sosial 4. Meningkatkan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan sosial
Hal ini sebagaimana diungkapkan Dubois dan Miley 2005 :
37
ϕ
Enhance social functioning of individuals, families, group,
organizations and communities
ϕ
Link client systems with needed resources
ϕ
Improve the operation of the social service delivery network
ϕ
Promote social justice through development of social policy
Dengan demikian, pengertian Pekerjaan Sosial mengandung dua unsur pokok, yaitu :
1. Pekerjaan Sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial orang, baik sebagai individu, kelompok mupun masyarakat.
2. Fokus utamanya adalah pada hubungan sosial, khususnya tentang interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya.
Guzman 1983 menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan dengan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya. Keberfungsian sosial
mengarah pada cara yang dipergunakan orang dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memecahkan permasalahan maupun memenuhi kebutuhannya. Orang
yang bermasalah adalah orang yang kurang mampu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara memadai. Konsepsi pertolongan Pekerjaan Sosial
ditujukan agar orang mampu menolong dirinya sendiri dan lingkungannya. Upaya untuk meningkatkan keberfungsian sosial dalam Pekerjaan Sosial
dilaksanakan melalui suatu metode praktek Pekerjaan Sosial sebagaimana diungkapakan oleh Dubois dan Miley 2005, yaitu :
1. Casework, yaitu metode praktek Pekerjaan Sosial dengan individu. Metode ini tidak hanya memberikan pertolongan melalui pendekatan langsung pada
individu yang bersangkutan, melainkan juga terhadap sistem keluarga sebagai suatu upaya untuk membangun interaksi yang dinamis antara orang
dengan lingkungannya. 2. Group Work, yaitu suatu metode prakek dalam Pekerjaan Sosial dengan
memanfaatkan kelompok sebagai suatu proses pertolongan untuk mendukung perkembangan dan perubahan yang diharapkan. Group work
merupakan suatu strategi pemberdayaan untuk mengadakan perubahan terhadap individu, yang pada penerapannya dilaksanakan melalui kolaborasi
dengan organisasi maupun kelompok-kelompok dalam suatu komunitas. Purpose of Social W ork
38 3. Community Organization, yaitu metode praktek dalam Pekerjaan Sosial yang
bersifat makro, meliputi kegiatan pengorganisasian masyarakat, pengembangan organisasi dan pembaharuan sosial. Gagasan pemecahan
masalah dalam metode ini membutuhkan keterlibatan para pemimpin atau tokoh masyarakat, termasuk pihak pemerintah, para pengusaha baik dari
perusahaan negara maupun swasta, organisasi-organisasi kedaerahan dan keagamaan, para profesional, para pengguna jasa kepentingan atau
pelayanan umum serta badan-badan pendanaan lainnya. Orang-orang
berpartsipasi dalam
masyarakat, mengadakan perubahan “dari masyarakat dan untuk masyarakat”, mereka meyakini bahwa masalah utama
terletak pada aksi atau aktivitas yang diselenggarakan oleh masyarakat itu sendiri.
Pelaksanaan metode praktek Community Organization semakin diperlukan seiring dengan terjadinya pergeseran paradigma dalam Pekerjaan Sosial
sebagaimana diungkapkan Muhidin dalan Huraerah 2003 bahwa : “Krisis moneter sejak tahun 1998 telah menyebabkan terjadi perubahan
paradigma dalam Pekerjaan Sosial, yaitu bahwa pendekatan-pendekatan klinis yang sifatnya berskala kecil tidak mampu menyelesaikan masalah-
masalah sosial yang sifatnya luas. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan lebih menekankan pada peningkatan potensi-potensi dan
partisipasi masyarakat secara luas”.
Untuk itu, upaya dalam membantu orang, baik secara inidividu maupun kolektif agar mampu menolong dirinya sendiri dan lingkungannya dilaksanakan
melalui strategi pengembangan masyarakat. Kegiatan pengembangan masyarakat diartikan sebagai suatu gerakan yang
dirancang untuk mewujudkan kondisi kehidupan yang lebih baik bagi keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif
masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah.
Pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui gerakan koperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat. Pernyataan ini sesuai
dengan ungkapan Brokensha dan Hodge 1969 sebagaimana dikutip Adi 2003 : “Community development is a movement designed to promote better
living for the whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community... it includes the whole
range of the development activities in the district whether these are
39 undertaken by government or unofficial bodies...[Community
development] must make use of the cooperative movement and must be put into effect in the closest association with local government
bodies”.
Aktivitas pengembangan masyarakat pada intinya ditujukan agar pembangunan yang dilaksanakan didasarkan pada manusia sebagai subjek
pembangunan dengan memperhatikan aspek-aspek lokalitas. Dengan demikian, pembangunan memiliki basis atau akar yang kuat pada komunitas lokal sehingga
mendukung terwujudnya aktivitas pembangunan secara berkelanjutan. Upaya kegiatan pengembangan masyarakat yang dapat mendukung
terwujudnya aktivitas pembangunan secara berkelanjutan diantaranya dilaksanakan melalui suatu pendekatan strategis, yaitu penguatan kelembagaan.
Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” sebagai upaya bagi pengembangan kawasan wisata ini mencakup adanya sejumlah
peranan-peranan sosial dan tata aturan serta nilai-nilai dalam pelaksanaan aktivitas wisata sehingga mendorong terwujudnya kawasan wisata secara
berkelanjutan. Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata Wisata “Samudera
Baru” merupakan salah satu upaya pemberdayaan komunitas lokal. Dharmawan 2002 mendefinisikan makna pemberdayaan sebagai proses untuk memperoleh
energi yang cukup, yang memungkinkan orang untuk mengembangkan kemampuannya dan memperoleh posisi tawar yang kuat dalam mengambil
keputusan serta kemudahan untuk memperoleh akses bagi kehidupan yang lebih baik, sebagaimana kutipan berikut ini : ”a process of having enough energy
enabling people to expand their capabilities, to have greater burgaining power, to make their own decisions and to more easily access to a source of better living”.
Merriam Webster sebagaimana dikutip Negarayati 2004 mengungkapkan bahwa pemberdayaan mengandung dua pengertian, yaitu :
1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan program-program pembangunan agar kondisi
kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan, dan 2. Memberi kewenangan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas
kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya
secara mandiri.
40 Menurut Ife dalam Suharto 2005, pemberdayaan bertujuan untuk
meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung. Dengan demikian, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yaitu kekuasaan dan
kelompok lemah. Kekuasaan diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan orang atau
komunitas dalam menentukan: 1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup; kemampuan
dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.
2. Pendefinisian kebutuhan; kemampuan menentukan kebutuhan selaras
dengan aspirasi dan keinginannya. 3. Ide atau gagasan; kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan
gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. 4.
Lembaga-lembaga; kemampuan menjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan
sosial, pendidikan, kesehatan. 5. Sumber-sumber; kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal
dan kemasyarakatan. 6. Aktivitas ekonomi; kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme
produksi, distribusi dan pertukaran barang dan jasa. Pemberdayaan merupakan sebuah proses sekaligus tujuan. Sebagai suatu
proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat. Sebagai suatu
tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh suatu perubahan soial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial, seperti kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai matapencaharian, berpartisipasi dalam kegitan sosial serta mandiri dalam melaksanakan tugas-
tugas kehidupannya. Dengan demikian, konsep pemberdayaan merupakan suatu bentuk upaya
dalam meningkatkan keberfungsian sosial. Keberfungsian sosial yang diharapkan dalam kajian ini, yaitu :
1. Bagi anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru “, yaitu mampu berperan dan melaksanakan tugas-tugasnya agar :
41 a. Tujuan pengembangan kawasan wisata tidak hanya berorientasi pada
faktor ekonomi sehingga mengabaikan ketaatan terhadap norma-norma dan nilai-nilai masyarakat serta menimbulkan adanya kekurangtanggapan
terhadap keindahan dan kelestraian lingkungan atau kawasan wisata. Dengan kata lain, mengabaikan faktor-faktor sosial ekologis sebagai
penopang keberlanjutan kawasan tersebut. b. Pemimpin atau ketua kelompok pengembangan kawasan wisata memiliki
pemahaman bahwa kelompok tidak dipandang sebagai milik pribadi, manfaat atau keuntungan ekonomi hanya tidak dinikmati secara pribadi
atau oleh kelompok semata-mata. c. Dilaksanakan pembagian tugas dan peranan dalam kelompok secara jelas
dan tegas serta anggota kelompok dapat berfungsi sebagaimana mestinya, dilaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan sehingga
ketidaktransparanan intransparency manajemen kelompok dapat dihindari.
d. Pola hubungan dan komunilkasi dalam kelompok yang sifatnya informal dan formal terjadi secara seimbang dan proporsional. Pola hubungan dan
komunilkasi dalam kelompok tidak hanya didasarkan pada pola hubungan kekerabatan dan pertemanan sehingga sulit menerapkan sistem sanksi
secara jelas. e. Dasar pertimbangan hubungan kerjasama, baik dalam bentuk diskusi,
maupun konsultasi tidak hanya dilakukan dengan pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat ekonomi atau disebabkan oleh hal-hal yang
sifatnya mendesak serta tidak mengabaikan kerjasama dengan kelembagaan lokal yang ada.
f. Memiliki pengetahuan dan pemahaman secara benar dalam tata cara menjaga dan memelihara keindahan serta kelestarian lingkungan di
kawasan wisata sebagai penopang keberlanjutan kawasan. 2. Bagi stakeholders, dalam hal ini meliputi Kepala Unit Pelaksana Teknis
Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan UPTD PKP Kecamatan Pedes; tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah Desa
Sungaibuntu, termasuk BPD Badan PerwakilanPermusyawaratan Desa, LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat; Aparat Pemerintah Kecamatan
Pedes, meliputi Camat, Kasi. Pemberdayaan Masyarakat Desa PMD;
42 Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Karawang : Mampu meningkatkan pola hubungan dan gerakan koperatif dengan
Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” sehingga dapat berperan dan berfungsi sebagai kontrol sosial dalam upaya meminimalisir
dampak-dampak negatif yang ditimbulkan, seperti adanya fenomena prostitusi terselubung, munculnya potensi konflik keagrariaan,
ketidaktransparanan dan kekurangtanggapan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata terhadap aspirasi dan harapan komunitas.
Analisis relevansi Pekerjaan Sosial, Kelembagaan dan Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dari gambar di bawah ini :
Gambar 2 Relevansi Pekerjaan Sosial, Kelembagaan dan Pembangunan Berkelanjutan
Secara sederhana gambar di atas menunjukkan bahwa Pekerjaan Sosial bertujuan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial orang, baik sebagai individu,
kelompok maupun masyarakat. Meningkatnya kemampuan keberfungsian sosial orang, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat diharapkan akan
mampu mendukung kegiatan pembangunan secara berkelanjutan. Pekerjaan Sosial memiliki salah satu metode praktek yang dinamakan
Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat atau dikenal dengan Community Organization and Community Development. Strategi pengembangan
masyarakat dalam hal ini dilaksanakan melalui pendekatan penguatan kelembagaan.
Pekerjaan Sosial
Keberfungsian Sosial
Penguatan Kelembagaan
Sebagai Upaya Pemberdayaan Pengembangan
Masyarakat Pembangunan
Berkelanjutan
43 Melalui pendekatan penguatan kelembagaan diharapkan orang yang
terikat dalam suatu wadah kelembagaan dapat meningkatkan keberfungsian sosialnya sehingga mampu mendukung kegiatan pembangunan secara
berkelanjutan.
2.7. Penguatan Kapasitas Kelompok