Agama dan Suku Bangsa

65 Wisata “Samudera Baru” sebanyak 10 orang, memiliki latar belakang pendidikan SLTASTM sebanyak satu orang atau 10 persen dan SD sebanyak sembilan orang atau 90 persen. Masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk Desa Sungaibuntu lebih disebabkan karena ketiadaan biaya keluarga bagi pendidikan anak-anaknya. Sementara sarana pendidikan dasar yang tersedia cukup memadai, meliputi : TK sebanyak satu unit, TPA satu unit, SD Negeri sebanyak empat unit, Madrasah sebanyak satu unit dan Pondok Pesantren satu unit. Untuk melanjutkan ke SMP atau SMA dapat dilanjutkan ke daerah lain yang yang berjarak sekitar enam kilometer dari desa tersebut. Upaya-upaya mengatasi masalah ini dilakukan dengan mengembangkn program orang tua asuh. Mereka yang menjadi orang tua asuh ini adalah penduduk etnis Cina yang ada di Desa Sungaibuntu. Tetapi, program orang tua asuh ini selanjutnya terhenti seiring dengan terjadinya krisis moneter.

4.3.3. Kesehatan

Menurut paramedis setempat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan sudah cukup tinggi, terbukti dari tingginya pemanfaatan terhadap balai-balai kesehatan yang tersedia. Sarana kelembagaan kesehatan penduduk di Desa Sungaibuntu, meliputi : Puskesmas Pembantu sebanyak satu unit , Poliklinik dua unit dan Toko obat satu unit dengan paramedis empat orang, bidan desa satu orang dan dukun terlatih tiga orang. Jenis-jenis penyakit yang dialami oleh penduduk desa ini pada tahun 2005 diantaranya penyakit muntaber, demam berdarah, stroke, lever, diabetes dan jantung. Muntaber sering dialami pada saat mulai memasuki musim kemarau.

4.3.4. Agama dan Suku Bangsa

Penduduk Desa Sungaibuntu mayoritas memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 99,63 persen atau 8.575 orang, Budha sebanyak 0,35 persen atau 30 orang dan Khatolik sebanyak 0,02 persen atau dua orang. Penduduk yang memeluk agama di luar agama Islam merupakan Warga Negara Indonesia keturunan Cina. Mereka pada umumnya adalah para pemilik tambak yang cukup luas atau para pemilik toko pupuk. Selama ini tidak pernah terjadi konflik yang dipicu karena perbedaan agama ataupun ras, mereka hidup berdampingan secara damai dengan penduduk asli bahkan tak jarang juga menikah dan beralih 66 memeluk agama Islam. Bahasa yang dipergunakan komunitas ini adalah bahasa Indonesia, Sunda dan Jawa. 4.3.5. Kesejahteraan Sosial Berdasarkan hasil wawancara dengan perangkat desa, tokoh agama dan data potensi Desa Sungaibuntu diperoleh data bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Desa Sungaibuntu masih rendah; keluarga miskin merupakan jenis masalah sosial yang tertinggi. Desa Sungaibuntu memiliki jumlah penduduk sebanyak 8.607 jiwa dengan 2.167 kepala keluarga dan 55,75 persen atau 1.208 kepala keluarga berada dalam kondisi kehidupan dan penghidupan yang tidak layak. Beberapa masalah sosial lainnya, meliputi : Tabel 10 Data Masalah Sosial Desa Sungaibuntu Tahun 2005 No. Jenis Masalah Sosial Jumlah Prosentase 1. Penyandang cacat : -Fisik -Mental idiot, gila, stres 38 Orang 14 Orang 1,28 0,47 2. Keluarga Miskin 1.208 kepala keluarga 40,70 3. Balita Gizi Buruk 160 Orang 5,39 4. Germo 14 Orang 0,47 5. PSK 34 Orang 1,15 6. Rumah tidak layak huni 1.500 Unit 50,54 Jumlah 2.968 100 Sumber : Data Potensi Desa Karangjaya, Tahun 2005 Upaya-upaya penanganan terhadap masalah balita gizi buruk diantaranya dilaksanakan oleh Pos Yandu yang dikoordinir oleh Puskesmas Pembantu, melalui pemberian makanan sehat yang dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali bekerja sama dengan RW setempat. Upaya-upaya penanganan masalah lainnya adalah untuk menangani masalah germo dan Pekerja Seks Komersial dilakukan oleh pihak Puskesmas dalam bentuk penyuntikan sebagai pencegahan penyakit menular yang dilaksanakan empat kali dalam setahun. Sedangkan untuk masalah penyandang cacat belum ada upaya-upaya nyata yang dilakukan, baik oleh masyarakat maupun Dinas Sosial. 67

4.4. Sistem Ekonomi