Kebijakan dan Perencanaan Sosial serta Permasalahan

92

5.6. Kebijakan dan Perencanaan Sosial serta Permasalahan

Suharto 2005 mengemukakan kebijakan sosial sebagai seperangkat tindakan course of action, kerangka kerja framework, petunjuk guideline, rencana plan, peta map atau strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politis Pemerintah atau Lembaga Pemerintah ke dalam program dan tindakan untuk tujuan tertentu di bidang kesejahteraan sosial. Karena urusan kesejahteraan sosial senantiasa menyangkut orang banyak, maka kebijakan sosial seringkali diidentikan dengan kebijakan publik. Istilah publik umumnya dikaitkan dengan urusan pemerintah. Namun, belakangan ini makna publik merujuk pada ‘urusan orang banyak‘ dalam konteks ‘kepemerintahan’ atau ‘tatakelola’ governance. Dengan demikian, kebijakan sosial merupakan kebijakan publik yang tidak lagi merupakan domain pemerintah, melainkan pula badan-badan swasta, sejauh berurusan dengan kepentingan orang banyak. Kebijakan sosial berorientasi pada pencapaian tujuan sosial. Tujuan sosial mengandung dua pengertian yang saling terkait, yaitu memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial. Tujuan pemecahan masalah sosial mengandung arti mengusahakan atau mengadakan perbaikan karena ada suatu keadaan yang tidak diharapkan, misalnya kemiskinan atau kejadian yang bersifat destruktif atau patologis yang mengganggu dan merusak tatanan masyarakat. Tujuan pemenuhan kebutuhan sosial mengandung arti menyediakan pelayanan-pelayanan sosial yang diperlukan, baik dikarenakan adanya masalah maupun tidak ada masalah, dalam arti bersifat pencegahan, misalnya mencegah terjadinya masalah, mencegah tidak terulang atau timbulnya kembali masalah atau mencegah meluasnya masalah atau bersifat pengembangan, misalnya meningkatkan kualitas atau suatu kondisi agar lebih baik dari keadaan sebelumnya. Perencanaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan tertentu. Secara singkat perencanaan adalah proses membuat rencana. Dengan demikian perencanaan sosial adalah proses membuat ‘rencana sosial’. Sebagaimana tercermin dalam pernyataan Conyers 1984 bahwa perencanaan sebaiknya tidak dipandang sebagai aktivitas yang terpisah dari kebijakan, tetapi sesuatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang amat kompleks yang 93 dimulai dari perumusan tujuan kebijakan serta sasaran yang lebih luas kemudian dikembangkan melalui tahapan-tahapan dimana tujuan kebijakan ini diterjemahkan ke dalam bentuk rencana yang lebih rinci bagi program dan proyek khusus yang selanjutnya dilaksanakan secara nyata. Bila ditelaah, pengembangan kawasan wisata yang dilaksanakan oleh warga komunitas pesisir Sungaibuntu merupakan suatu proses dari kebijakan dan perencanaan sosial, yaitu kebijakan dan perencanaan sosial yang lahir dari komunitas lokal. Proses kebijakan dan perencanaan pengembangan kawasan wisata pesisir lahir dari gagasan awal tokoh sentral, yaitu kepala desa. Gagasan ini muncul sebagai upaya untuk memenuhi tujuan pemecahan sosial dan tujuan pemenuhan kebutuhan sosial ; 1. Tujuan pemecahan masalah sosial yaitu berupaya memperbaiki kondisi kemiskinan yang dialami oleh komunitas setempat yang menghambat individu, keluarga maupun kelompok untuk berpartisipasi dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan peranan-peranan sosial yang disandangnya atau dengan kata lain tidak dapat melaksanakan keberfungsian sosial mereka sebagaimana yang diharapkan. 2. Tujuan pemenuhan kebutuhan sosial ini diperuntukkan tidak hanya bagi mereka yang terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan kepariwisataan, melainkan juga bagi masyarakat secara luas, yaitu berupaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sarana hiburan dan refreshing yang dapat terjangkau oleh semua kalangan. Bagi pencetus gagasan, pengembangan kawasan wisata pesisir dinilai merupakan suatu alternatif terbaik yang dapat direalisasikan, karena adanya dukungan sumberdaya alam dalam hal ini keindahan pantai, tenaga kerja dan dana, meskipun dana ini berawal dari sumber pembiayaan pribadi kepala desa. Dengan demikian, kebijakan dan perencanaan sosial terkait dengan kegiatan pengembangan kawasan wisata pesisir merupakan kebijakan atau perencanaan yang muncul dari inisiatif lokal, dalam hal ini kepala desa. Kepala desa lebih memainkan peranan dan tanggungjawabnya, meskipun komunikasi dan dialog- dialog anggota kelompok tetap dilakukan, misalnya rapat atau pertemuan dengan para pedagang dilaksanakan rutin setiap dua minggu sekali. Tetapi, dalam 94 proses perumusan kebijakan dan perencanaan, Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” ini : 1. Belum melibatkan dan mempertimbangkan saran, pendapat serta aspirasi dari pihak-pihak terkait, seperti : - Tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat; aparat pemerintah Desa Sungaibuntu, termasuk BPD Badan PerwakilanPermusyawaratan Desa, LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, - Aparat Pemerintah Kecamatan Pedes, meliputi Camat, Kasi. Pemberdayaan Masyarakat Desa PMD, Ke pala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan UPTD PKP - Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang sebagai basis pengembangan masyarakat. dan kontrol sosial yang dapat menopang keberlanjutan kawasan wisata tersebut. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” seakan-akan terpisah dari kehidupan komunitas lokal. 2. Belum mampu menciptakan interaksi dan relasi yang baik bagi pembentukan jejaring networking secara kolaboratif, baik yang sifatnya horizontal maupun vertikal bagi pengembangan dan keberlanjutan kawasan wisata tersebut.

5.7. Evaluasi Umum