Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan

134

7.3. Identifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan

Wisata Pesisir Sebelum dilaksanakan penyusunan program kegiatan untuk memecahkan permasalahan pada kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru”, maka terlebih dahulu terdapat proses perencanaan secara partisipatif yang melibatkan anggota kelompok pengelola wisata dan stakeholders, yang meliputi : para pedagang di lokasi wisata, kelembagaan lokal, yaitu BPD, LPM, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, pengusaha dan kelembagaan pemerintah, yaitu Camat dan Kasie. PMD dan Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes serta Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Budaya dan Pariwisata Kabupaten Karawang. Perencanaan tersebut dilaksanakan melalui diskusi kelompok yang terbagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu : 1. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” dengan tujuan untuk memahami permasalahan dan kebutuhan pada aras individu dan kelompok pengelola. 2. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelompok pedagang yang ada di lokasi wisata dengan tujuan untuk memahami profil kelembagaan pengelola kawasan wisata, permasalahan-permasalahan yang muncul dan sejauhmana ketaatan para pedagang terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh Kelompok Pengelola Wisata ”Samudera Baru”. 3. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelembagaan pemerintah lokal, yaitu BPD dan LPM dengan tujuan untuk memahami profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru” dan permasalahan- permasalahan yang muncul serta harapan-harapan terhadap kelompok tersebut. 4. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha dengan tujuan untuk memahami profil kelembagaan pengelola wisata dan permasalahan-permasalahan yang muncul serta harapan-harapan terhadap kelembagaan atau Kelompok Pengelola Kawasan Wisata tersebut. 5. Diskusi kelompok dilaksanakan pada tingkat kelembagaan pemerintah terkait, yaitu Camat, Kasie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang dengan tujuan untuk memahami profil kelembagaan pengelola 135 wisata, permasalahan-permasalahan yang muncul serta sejauhmana dukungan dan harapan-harapan terhadap kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata tersebut. 6. Diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan semua unsur terkait, yaitu Kelompok Pengelola Wisata ”Samudera Baru”, perwakilan para pedagang yang ada di lokasi wisata, pengurus dan dua orang anggota BPD dan pengurus dan dua orang LPM, tingkat kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha serta Camat, Kasie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang dengan tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan serta menyusun program guna memecahkan permasalahan-permasalahan tersebut. Diagram atau proses diskusi kelompok tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini : Secara sederhana, gambar di atas menunjukkan bahwa proses perencanaan program secara partisipatif pada pengembangan kawasan wisata Diskusi dengan Anggota dan Pengurus Kelembagaan BPD dan LPM Diskusi dengan Kelembagaan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Pengusaha Camat, Sie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata Kabupaten Karawang Diskusi melibatkan semua pihak terkait pada Diskusi Kelompok I II III dan IV Diskusi dengan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management dan para Pedagang di Kawasan Wisata Diskusi Kelompok II Gambar 6 Diagram Proses Perencanaan Program secara Partisipatif pada Pengembangan Kawasan Wisata Berbasis Komunitas Lokal Diskusi Kelompok I Diskusi Kelompok III Diskusi Kelompok IV Diskusi Kelompok V 136 pesisir berbasis komunitas lokal dilaksanakan melalui lima tahapan diskusi. Tahap pertama, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan anggota, pengurus dan ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” serta para pedagang yang ada di lokasi wisata. Pada tahap kedua, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan anggota dan pengurus pada tingkat kelembagaan pemerintah lokal, yaitu BPD dan LPM. Pada tahap ketiga, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha. Pada tahap keempat, diskusi kelompok dilaksanakan dengan melibatkan kelembagaan pemerintah terkait, yaitu Camat, Kasie. PMD, Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang. Pada tahap kelima, diskusi kelompok dilaksanakan dengan semua unsur terkait, melibatkan para peserta pada diskusi kelompok tahap ke satu, kedua, ketiga dan keempat atau dikenal dengan Focus Group Discussion FGD Stakeholders. Hasil diskusi kelompok dapat dilihat sebagaimana uraian berikut : Diskusi Kelompok I Peserta : Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” dan Para Pedagang di Kawasan Wisata Hasil Diskusi Kelompok dengan Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” Hasil Diskusi Kelompok dengan para Pedagang di Kawasan Wisata Masalah : Masalah : 1. Keterbatasan modal atau anggaran bagi pengembangan kawasan 1. Keterbatasan pengetahuan dalam upaya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan 2. Bangunan seringkali harus mundur karena abrasi air laut 2. Keterbatasan dalam menjalin kerjasama untuk menaggulangi abrasi air laut 3. Sungkan untuk melakukan teguran, memberikan saran apalagi marah 3. Sarana MCK dan pengelolaan sampah tidak memadai 4. Keterbatasan pengetahuan dan rendahnya kesadaran anggota kelompok dalam melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keindahan dan kelestarian kawasan. Upaya memelihara kebersihan selalu harus dimulai dari pimpinan atau ketua kelompok 4. Bangunan seringkali harus mundur karena abrasi air laut. Dalam kurun waktu satu tahun para pedagan telah memundurkan bangunan- nya kurang lebih sejauh dua meter 5. Kejelasan terhadap status tanah kawasan wisata 5 Kawasan wisata semakin menyempit 6. Lokasi kawasan semakin menyempit 137 Lanjutan Diskusi Kelompok I Hasil Diskusi Kelompokdengan Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” Hasil Diskusi Kelompok dengan para Pedagang di Kawasan Wisata KebutuhanKegiatanProgram : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Bekerjasama dengan pemilik modal 1. Bekerjasama dengan Dinas PKP dalam upaya penanggulangan abrasi air laut 2. Pelatihan Kepemimpinan 3. Pelatihan Manajemen Organisasi 4. Bekerjasama dengan Dinas PKP dan Dinas Pariwisata Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006 Berdasarkan proses diskusi tersebut, Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” menyimpulkan bahwa : 1. Permasalahan-permasalahan yang dirasakan adalah : - sulitnya upaya pengembangan kawasan karena terbatasnya anggaran dan modal bagi pengembangan kawasan sehubungan dengan rencana ketua kelompok yang akan membangun penginapan di kawasan tersebut. - keterbatasan pengetahuan dalam upaya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan, serta; - rendahnya kesadaran anggota kelompok dalam melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keindahan dan kelestarian lingkungan di kawasan wisata. Tetapi, permasalahan utama yang dirumuskan oleh Kelompok Pengelola Kawasan ini adalah menyangkut keterbatasan pengetahuan dalam upaya pengembangan kawasan wisata secara berkelanjutan sehingga menumbuhkan isu kritis terkait dengan semakin menyempitnya tanah sebagai kawasan wisata, rendahnya kesadaran anggota kelompok dalam melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keindahan dan kelestarian lingkungan di kawasan wisata serta ketidakjelasan pemanfaatan tanah di kawasan wisata. 2. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu dibutuhkannya kerja sama dengan pemilik modal, instansi UPTD PKP serta diselenggarakan pelatihan tentang organisasi dan kepemimpinan. Sedangkan para pedagang di lokasi wisata menyimpulkan bahwa : 1. Permasalahan mendesak yang dialami menyangkut keterbatasan pengetahuan dan kerjasama dalam upaya mengembangkan kawasan wisata 138 secara berkelanjutan. Hal ini menumbuhkan isu kritis tentang kerusakan keindahan dan pelestarian lingkungan di kawasan wisata, terkait dengan permasalahan MCK, sarana pengelolaan sampah yang tidak memadai serta tingginya abrasi air laut yang mengakibatkan bangunan tempat berdagang harus mundur dua meter dari posisi semula. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu diperlukannya kerjasama dengan UPTD PKP dan instansi terkait lainnya dalam upaya penanggulangan abrasi air laut Diskusi Kelompok II Peserta : Anggota dan Pengurus Kelembagaan BPD dan LPM Hasil Diskusi dengan Kelembagaan BPD Hasil Diskusi Kelompok dengan Kelembagaan LPM Masalah : Masalah : 1. Upaya peningkatan pendapatan dengan mengembangkan prostitusi telah menimbulkan kekhawatiran pada kelembagaan ini 1. Aktivitas wisata belum dapat memberdayakan warga komunitas 2. Jabatan ketua sekaligus kepala desa menjadikan kelompok memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan tanah timbul sebagai kawasan wisata, padahal tanah kawasan wisata sepenuhnya bukan milik kelompok 2. Distribusi keuntungan hanya dinikmati oleh pribadi atau kelompok, sedangkan dampak negatifnya turut dirasakan oleh komunitas luas 3. Kelompok pengelola kawasanwisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas 3. Tidak pernah melibatkan kelembagaan LPM dalam diskusi, dialog dan perumusan rencana ke depan 4. Tidak ada pertanggungjawasan yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial 4. Dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat 5. Tidak pernah melibatkan kelembagaan BPD dalam perencanaan dan kebijakan KebutuhanKegiatanProgram : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Dilibatkan diskusi, dialog dalam penyusunan rencana dan kegiatan 1. Dibentuk wadah yang dapat mensahkan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi 2. Ada keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan wisata 2. Ada kontribusimanfaat finansial bagi komunitas atau masyarakat 3. Dibentuk wadah komunikasi yang dapat menjembatani aspirasi dan kepentingan komunitas 3. Ada upaya-upaya penertiban dari instansi terkait Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006 Berdasarkan proses diskusi tersebut, anggota dan pengurus kelembagaan BPD menyimpulkan bahwa : 1. Permasalahan yang dirasakan dan dialami sehubungan dengan keberadaan kawasan wisata yaitu menyangkut : - adanya upaya kelompok untuk meningkatkan pendapatan telah menumbuhkan isu kritis terkait dengan berkembangnya prostitusi yang telah menimbulkan kekhawatiran mendalam dari kelembagaan ini. 139 - jabatan ketua kelompok sekaligus kepala desa menjadikan kelompok memiliki kekuasaan yang luas dalam memanfaatkan tanah timbul sebagai kawasan wisata. Hal ini menumbuhkan isu kritis terkait dengan ketidakjelasan status dan pemanfaatan tanah, tidak ada pertanggungjawaban yang jelas kepada desa baik dari segi administrasi maupun finansial serta tidak pernah melibatkan kelembagaan BPD dalam perencanaan dan kebijakan. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dilibatkan dalam diskusi, dialog dan penyusunan rencana kegiatan; dirumuskan atau disusun keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan serta dibentuk wadah komunikasi yang dapat menjembatani aspirasi dan kepentingan komunitas. Sedangkan anggota dan pengurus kelembagaan LPM menyimpulkan bahwa: 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut adanya jabatan rangkap ketua kelompok sekaligus kepala desa yang dianggap telah mengakibatkan tidak adanya pertanggungjawaban kegiatan secara jelas. Hal ini telah menimbulkan isu kritis terkait dengan distribusi keuntungan yang hanya dinikmati oleh pribadi atau kelompok, sedangkan dampak negatifnya turut dirasakan oleh komunitas secara luas serta tidak pernah dilibatkannya kelembagaan LPM ini dalam diskusi, dialog,. perencanaan dan kebijakan. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibentuknya suatu wadah yang dapat mensahkan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi, adanya kontribusi atau manfaat finansial bagi komunitas serta dilaksanakannya upaya-upaya penertiban dari instansi terkait Proses diskusi kelompok yang diikuti kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan pengusaha dapat dilihat sebagaimana proses Diskusi Kelompok III berikut ini : 140 Diskusi Kelompok III Peserta : Kelembagaan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Pengusaha Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006 Hasil Diskusi Kelompok dengan Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Pengusaha Masalah : Tokoh Masy KebutuhanKegiatanProgram : 1. Jabatan ketua kelompok merangkap kepala desa memberikan kekuasaan yang luas untuk mengambil keputusan atau kebijakan terkait dengan pengembangan kawasan wisata, sehingga; 1. Dibentuk wadah yang dapat mengkomunikasikan aspirasi masyarakat terhadap aktivitas kawasan 2. Ketua atau kelompok memiliki kekuasaan untuk memanfaatkan tanah timbul sebagai kawasan wisata, padahal tanah tersebut sepenuhnya bukan milik kelompok. 2. Terdapat tata pengaturan mengenai hak dan kewajiban bagi pihak yang memanfaatan tanah timbul atau tanah kawasan wisata 3. Khawatir dengan berkembangnya fenomena prostitusi 4. Kelompok pengelola kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas 5. Tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kegiatan Masalah Tokoh Agama : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Kelompok dipandang lebih mementingkan tujuan peningkatan pendapatan sehingga berkembang fenomena prostitusi 1. Distribusi keuntungan harus dinikmati dan dirasakan oleh komunitas secara luas 2. Dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat 2. Melibatkan tokoh agama dalam diskusi, dialog dan perencanaan dan perumusan kegiatan ke depan 3. Tanah kawasan wisata bukan milik kelompok 3. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan agama, norma-norma dan nilai-nilai masyarakat 4. Kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas 5. Tidak ada pertanggungjawasan yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial 6. Tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam diskusi, dialog, penentuan perencanaan dan kebijakan Masalah Tokoh Pemuda : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam perencanaan dan kebijakan 1. Dibentuk wadah yang dapat melegalkan kelembagaan lokal untuk berpartisipasi 2. Tidak ada kontribusi ataupun manfaat yang bisa dinikmati oleh komunitas secara luas 2. Ada keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan tersebut 3. Tanah di kawasan wisata merupakan tanah milik umum yang tidak bisa dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang 3. Ada upaya-upaya penertiban dari instansi terkait Masalah Pengusaha : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Sulit dilakukan investasi modal bagi pengembangan kawasan sebab luas kawasan terbatas, ditambah semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut 1. Harus dilakukan upaya-upaya untuk mempertahan- kan atau bahkan memperluas area daratan 2. Legalitas dan ketidakjelasan struktur menyulitkan upaya kerjasama 2. Memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan wisata 141 Berdasarkan proses diskusi tersebut, disimpulkan bahwa : Bagi Tokoh Masyarakat : 1. Permasalahan yang dialami menyangkut adanya jabatan ketua kelompok merangkap kepala desa yang dinilai telah memberikan kekuasaan luas untuk mengambil keputusan terkait dengan pengembangan kawasan wisata dan tidak adanya kerjasama yang melibatkan kelembagaan ini dalam diskusi, dialog, perencanaan dan kebijakan kegiatan. Kondisi ini menumbuhkan isu kritis terkait dengan tumbuhnya kekhawatiran terhadap berkembangnya fenomena prostitusi, ketidakjelasan status dan pemanfaatan tanah, Kelompok Pengelola Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas serta tidak pernah melibatkan tokoh masyarakat dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kegiatan ke depan. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibentuk suatu wadah yang dapat mengkomunikasikan aspirasi masyarakat menyangkut keberadaan kawasan wisata dan disusunnya tata pengaturan tentang hak dan kewajiban bagi pihak yang memanfaatan tanah di kawasan tersebut. Bagi Tokoh Agama : 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut upaya peningkatan pendapatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata dipandang telah mengabaikan aspek-aspek nilai, norma dan aturan agama. Hal ini menimbulkan isu kritis terkait dengan kekhawatiran terhadap berkembangnya fenomena prostitusi, kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas dan tidak adanya pertanggungjawaban yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial serta tidak pernah melibatkan kelembagaan tokoh agama dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kebijakan ke depan. 2. Kebutuhan yang dirasakan meliputi : adanya distribusi keuntungan bagi komunitas, melibatkan tokoh agama dalam diskusi, dialog, penentuan perencanaan dan kebijakan serta dilaksanakan upaya-upaya penertiban oleh instansi terkait. 142 Bagi Tokoh Pemuda : 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut tidak adanya kerjasama antara Kelompok Pengelola Kawasan Wisata dengan kelembagaan lokal yang ada sehingga tidak pernah melibatkan kelembagaan lokal dalam perencanaan dan perumusan kebijakan. Hal ini menimbulkan isu kritis terkait dengan pandangan bahwa tanah di kawasan wisata merupakan tanah timbul milik umum yang tidak bisa dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang sehingga kontribusi ataupun manfaat yang diperoleh tidak bisa dinikmati oleh sekelompok orang tertentu, melainkan harus memberikan manfaat atau kontribusi bagi komunitas secara luas. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibentuknya suatu wadah yang dapat melegalkan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi, disusun keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan kawasan tersebut serta adanya upaya-upaya penertiban dari instansi terkait Bagi Pengusaha : 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut kesulitan dilakukannya investasi modal bagi pengembangan kawasan wisata disebabkan oleh luas kawasan yang terbatas dan semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut serta ketiadaan legalitas dan ketidakjelasan struktur menyulitkan upaya kerja sama. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dilakukannya upaya-upaya untuk mempertahankan atau bahkan memperluas area daratan serta memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan wisata. Diskusi Kelompok IV Peserta : Camat Kecamatan Pedes. Sie. PMD Kantor Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata, Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya, Ka. UPTD PKP Kecamatan Pedes Hasil Diskusi dengan Camat, Kasie. PMD dan Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes Masalah bagi Camat dan Kasie. PMD Kecamatan Pedes : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Khawatir dengan marak dan berkembangnya fenomena prostitusi 1. Dilaksanakan upaya penertiban kawasan dari kemaksiatan dengan melibatkan komunitas setempat 2. Kawasan belum mampu memberikan manfaat bagi komunitas secara luas 2. Melibatkan komunitas dalam suatu wadah yang diakui oleh Kelompok Pengelola Management Kawasan Wisata Masalah bagi UPTD PKP Kecamatan Pedes : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Pengembangan kawasan wisata pesisir harus tetap menjaga keindahan dan kelestarian SDA pesisir 1. Dibangun kerjasama untuk mengatasi permasala- han-permasalahan pelestarian lingkungan pesisir 143 Lanjutan Diskusi Kelompok IV Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006 Berdasarkan proses diskusi dengan kelembagaan pemerintah, disimpulkan bahwa : Bagi Camat dan Kasie. PMD Kecamatan Pedes : 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut aktivitas pengembangan kawasan wisata yang belum mampu memberikan manfaat bagi komunitas secara luas serta kekhawatiran dengan marak dan berkembangnya fenomena prostitusi. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dilaksanakan upaya penertiban kawasan dari kemaksiatan dengan melibatkan komunitas setempat serta melibatkan komunitas dalam suatu wadah yang diakui oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata. Bagi UPTD PKP Kecamatan Pedes : 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut keterbatasan pengetahuan dan lemahnya kesadaran, baik dari Kelompok Pengelola Kawasan Wisata itu sendiri maupun dari para pedagang di kawasan wisata dalam upaya menjaga dan memelihara kelestarian Sumber Daya Alam SDA pesisir. Pengembangan kawasan wisata pesisir harus dilaksanakan dengan tetap menjaga keindahan dan kelestarian SDA pesisir. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu dibangun kerjasama dengan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata untuk mengatasi permasalahan-permasalahan keindahan dan kelestarian lingkungan pesisir Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang : 1. Permasalahan yang dirasakan menyangkut penarikan retribusi yang belum mengikuti sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perda No. 24 Tahun Hasil Diskusi dengan Kabid. Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya Kabupaten Karawang Masalah bagi Dinas Pariwisata : KebutuhanKegiatanProgram : 1. Penarikan retribusi belum mengikuti sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perda No. 24 Tahun 2004 1. Diselenggarakan musyawarahdialog untuk memperjelas dan mempertegas pelaksanaan Perda 2. Ketidakjelasan status dan struktur menghambat upaya- upaya bagi instansi terkait untuk melakukan pendampingan dan kerjasama 2. Memperjelas status dan struktur keorganisasian dalam bentuk CV, Perdes 144 2004 dan ketidakjelasan status serta struktur kelompok pengelola kawasan wisata menghambat upaya-upaya bagi instansi terkait untuk melakukan pendampingan dan kerjasama. 2. Kebutuhan yang dirasakan yaitu diselenggarakan musyawarah atau dialog guna memperjelas dan mempertegas pelaksanaan Perda No. 24 Tahun 2004 serta memperjelas status dan struktur keorganisasian. Diskusi Kelompok V Rumusan Akhir Peserta : Camat Kecamatan Pedes. Kasie. PMD Kantor Kecamatan Pedes dan Kabid. Pariwisata, Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya, Ka. UPTD PKP Kecamatan Pedes : Ketua dan Sekretaris Kelompok Pengelola Kawasan Wisata, BPD, LPM : Satu orang Pengusaha, 2 orang perwakilan dari tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Sumber : Diskusi Kelompok Tahun 2006 Data tentang kesimpulan proses perencanaan program secara partsipatif dapat dilihat sebagaimana Tabel 24. Hasil Diskusi : 1. Pada diskusi kelompok yang melibatkan semua unsur terkait masing-masing kelompok menyampaikan aspirasinya sesuai dengan hasil diskusi pada masing-masing kelompok sebelumnya. 2. Masing-masing kelompok memberikan tanggapan dan solusi untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi 3. Identifikasi permasalahan dan kebutuhanserta program untuk memecahkan permasalah tersebut dijabarkan pada uraian selanjutnya 145 Tabel 24 Data tentang Proses Perencanaan Program secara Partisipatif FGD No Peserta Permasalahan yang Dialami Dirasakan Isu Kritis Kebutuhan Kegiatan Program Kesimpulan Permasalahan Isu Kritis Kebutuhan 01 02 03 04 05 06 07 08 1. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ”Samudera Baru” ƒ Keterbatasan anggaran dalam upaya pengem- bangan kawasan ƒ Keterbatasan penge- tahuan dalam upaya pengembangan ka- wasan wisata secara berkelanjutan ƒ Rendahnya kesadaran anggota kelompok dan para pedagang di lokasi wisata dalam menjaga keindahan kawasan ƒ Modal atau anggaran bagi pengembangan kawasan ƒ Bangunan seringkali harus mundur karena abrasi air laut ƒ Sungkan untuk me- lakukan teguran, memberikan saran apalagi marah ƒ Upaya melakukan kegiatan kebersihan, pemeliharaan keinda- han dan kelestarian lingkungan selalu harus dimulai dari pimpinan atau ketua kelompok ƒ Kejelasan status pemanfaatn tanah di kawasan wisata ƒ Lokasi kawasan wisa- ta yang semakin menyempit ƒ Bekerjasama dengan pemilik modal ƒ Pelatihan Manajemen dan Organisasi ƒ Bekerjasama dengan Dinas PKP dan Dinas Pariwisata ƒ Keterbatasan penge- tahuan dalam upaya pengembangan kawa- san wisata secara berkelanjutan ƒ Semakin sempitnya ta- nah daratan karena abrasi air laut ƒ Lemahnya kesadaran anggota kelompok dan para pedagang di lokasi wisata untuk menjaga kebersihan dan keinda- han kawasan ƒ Kejelasan terhadap status tanah kawasan wisata ƒ Pelatihan Kepemimpinan ƒ Pelatihan Manajemen dan Organisasi ƒ Bekerjasama dengan Dinas PKP dan Dinas Pariwisata 2. Para Pedagang di Kawasan Wisata ƒ Keterbatasan penge- tahuan dalam upaya pengembangan kawa- san wisata secara berkelanjutan ƒ Keterbatasan dalam mengembangkan kerjasama untuk menanggulangi abrasi ƒ Bangunan seringkali harus mundur karena abrasi air laut ƒ Kawasan wisata semakin menyempit ƒ Sarana MCK dan pengelolaan sampah tidak memadai ƒ Bekerjasama dengan Dinas PKP dalam upaya penang- gulangan abrasi air laut ƒ Keterbatasan pengeta- huan dan kerja sama dalam upaya pengem- bangan kawasan wisa- ta secara berkelanjutan ƒ Abrasi air laut menga- kibatkan bangunan tempat berdagang harus mundur dari posisi semula ƒ Permasalahan MCK serta sarana pengelo- laan sampah yang tidak memadai ƒ Bekerjasama dengan UPTD PKP dan in- stansi terkait lainnya dalam upaya penang- gulangan abrasi air laut 146 Lanjutan Tabel 24 No Peserta Permasalahan yang DialamiDirasakan Isu Kritis Kebutuhan KegiatanProgram Kesimpulan Permasalahan Isu Kritis Kebutuhan 01 02 03 04 05 06 07 08 3. Kelembagaan BPD ƒ Orientasi ekonomi telah mengabaikan ketaatan terhadap norma-norma dan nilai-nilai masyarakat ƒ Jabatan rangkap sebagai kepala desa dan ketua kelompok menumbuhkan hubungan dan kedekatan dengan pejabat di daerah sehingga ketua kelompok memiliki kekuasaan luas untuk memanfaatkan tanah timbul yang ada ƒ Tidak ada pertanggungja- waban yang jelas kepada desa baik dari segi admi- nistrasi maupun finansial ƒ Tidak pernah melibatkan kelembagaan BPD dalam perencanaan dan perumu- san kebijakan ƒ Kelompok Pengelola Kawa- san Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas ƒ Kekhawatiran berkem- bangnya fenomena prostitusi ƒ Ketidakjelasan status dan pemanfaatan tanah ƒ Kelompok Pengelola Kawasan Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas ƒ Dilibatkan diskusi, dialog dalam penyu- sunan rencana dan kegiatan ƒ Ada keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawa- san tersebut ƒ Dibentuk wadah komunikasi yang dapat menjembatani kepentingan komunitas ƒ Terkait dengan orien- tasi tujuan yang cen- derung lebih pada aspek ekonomi, kepe- mimpinan yang cende- rung mendominasi, pola hubungan dan komunikasi yang lebih bersifat personal informal, pembagian tugas dan peranan yang tidak jelas sehingga tidak ada pertanggungjawaban, baik secara adminis- trasi maupun finansial, tidak adanya kerja sama dengan kelem- bagaan BPD serta adanya sikap eksklusif dari kelompok ƒ Kekhawatiran de- ngan berkembang- nya fenomena prostitusi ƒ Ketidakjelasan sta- tus dan pemanfa- atan tanah, ƒ Tidak ada keuntu- ngan ekonomi bagi desa maupun komunitas ƒ Tidak pernah meli- batkan kelembagaan BPD dalam perumu- san perencanaan dan kebijakan ƒ Dilibatkan dalam diskusi, dialog dan penyusunan rencana kegiatan ƒ Disusun keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan dan pemanfaatan kawasan ƒ Dibentuk wadah komunikasi yang dapat menjembatani kepen- tingan komunitas 4. Kelembagaan LPM ƒ Tumbuhnya perasaan sebagai pelopor, pemilik ide dan pemilik anggaran, sehingga belum bersedia berbagi keuntungan dengan pihak desa atau komunitas ƒ Jabatan ketua kelompok merangkap sebagai kepala desa mengakibatkan tidak ada pertanggungjawaban kegiatan secara jelas ƒ Distribusi keuntungan hanya dinikmati oleh pribadi atau kelompok, sedangkan dampak ne- gatifnya turut dirasakan oleh komunitas luas ƒ Dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat ƒ Dibentuk wadah yang dapat mensahkan kelembagaan ini untuk berpartisipasi ƒ Ada kontribusi atau manfaat finansial bagi komunitas ƒ ƒ Terkait dengan tujuan yang lebih berorientasi pada aspek ekonomi, kepemimpinan yang mendominasi menye- babkan tidak adanya pertanggungjawaban secara administratif maupun finansial ƒ Secara sosial ekono- mi keberadaan ka- wasan belum dapat memberdayakan warga ƒ Dibentuk wadah yang dapat mensahkan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi ƒ Ada kontribusi atau manfaat finansial bagi komunitas 147 Lanjutan Tabel 24 No Peserta Permasalahan yang DialamiDirasakan Isu Kritis Kebutuhan KegiatanProgram Kesimpulan Permasalahan Isu Kritis Kebutuhan 01 02 03 04 05 06 07 08 ƒ Tidak adanya kerja sama dengan kelembagaan LPM ƒ Tidak pernah melibat- kan kelembagaan LPM dalam diskusi, dialog perencanaan dan kebijakan ƒ Ada upaya-upaya penertiban dari instansi terkait ƒ Tidak adanya kerja sama dengan kelembagaan LPM ƒ Tidak pernah meli- batkan kelembagaan LPM dalam diskusi, dialog dan perumu-san perencanaan kegiatan ƒ Ada upaya-upaya penertiban dari instansi terkait 5. Tokoh Masyarakat ƒ Jabatan rangkap seba- gai ketua kelompok sekaligus kepala desa memberikan kekuasaan yang luas untuk me- ngambil keputusan dan kebijakan terkait de- ngan pengembangan kawasan ƒ Belum terwujudnya pola hubungan dan komuni- kasi serta kerjasama yang baik dengan kelembagaan lokal ƒ Khawatir dengan ber- kembangnya fenome- na prostitusi ƒ Kelompok pengelola kawasan wisata se- olah menjadi bagian terpisah dari komunitas ƒ Kelompok Pengelola Kawasan Wisata tidak pernah melibatkan kelembagaan ini dalam diskusi, dialog dan perumusan perencana- an ƒ Dibentuk wadah yang dapat mengkomunika- sikan aspirasi masyara- kat terhadap keberada- an kawasan wisata ƒ Terdapat tata pengatu- ran yang menentukan hak dan kewajiban bagi pihak yang memanfa- atkan tanah kawasan wisata ƒ Terkait dengan ke- pemimpinan rang- kap dinilai telah me- numbuhkan keku- asaan yang luas untuk memutuskan dan mengambil kebijakan tanpa dialog dan kerja sama dengan kelembagaan lokal yang ada ƒ Kekhawatiran dengan berkembangnya feno- mena prostitusi ƒ Ketidakjelasan status dan pemanfaatan tanah ƒ Kelompok Pengelola Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas ƒ Dibentuk wadah yang dapat mengkomunika- sikan aspirasi masyara- kat terhadap kebradaan kawasan wisata ƒ Disusun tata pengatu- ran tentang hak dan kewajiban bagi pihak yang memanfaatan tanah kawasan wisata 6. Tokoh Agama ƒ Tujuan ekonomi menjadi lebih penting dibanding- kan dengan aspek- aspek lain ƒ Tidak pernah ada dis- kusi, dialog dengan tokoh agama ƒ Keluhan terkait dengan dampak negatif pe- ngembangan kawasan pernah diutarakan ke- pada ketua kelompok, tetapi belum atau tidak ada upaya-upaya menuju perubahan ƒ Khawatir dengan ber- kembangnya fenome- na prostitusi ƒ Kawasan wisata se- olah menjadi bagian terpisah dari komunitas ƒ Tidak pernah melibat- kan tokoh agama dalam perencanaan dan kebijakan ƒ Melibatkan tokoh agama dalam diskusi, dialog dan perencana- an serta kebijakan kegiatan ƒ Kelompok Pengelola Kawasan Wisata harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan agama, norma-norma dan nilai-nilai masyara- kat ƒ Terkait dengan tuju- an kelompok, ke- pemimpinan yang kurang responsif tehadap keluhan tokoh agama serta tidak adanya dialog dan kerjasama dengan tokoh agama ƒ Kekhawatiran terhadap berkembangnya feno- mena prostitusi ƒ Kawasan wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas ƒ Tidak ada pertang- gungjawaban yang jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun finansial ƒ Tidak pernah melibat- kan tokoh agama dalam diskusi, dialog, perumusan rencana dan kegiatan ƒ Melibatkan tokoh agama dalam diskusi, dialog, penentuan perencanaan dan kebijakan ƒ Kelompok Pengelola Kawasan Wisata harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan agama, norma-norma dan nilai-nilai masya- rakat serta; ƒ Dilaksanakan upaya- upaya penertiban oleh instansi terkait. 148 Lanjutan Tabel 24 No Peserta Permasalahan yang DialamiDirasakan Isu Kritis KebutuhanKegiatan Program Kesimpulan Permasalahan Isu Kritis Kebutuhan 01 02 03 04 05 06 07 08 7. Tokoh Pemuda ƒ Tidak ada kerjasama dengan kelembagaan- kelembagaan lokal, baik menyangkut pemanfa- atan tanah, kontribusi ekonomi bagi komunitas maupun perumusan perencanaan ke depan ƒ Tidak pernah melibat- kan kelembagaan ini dalam perencanaan dan kebijakan ƒ Tidak ada kontribusi ataupun manfaat yang bisa dinikmati oleh komunitas secara luas ƒ Tanah di kawasan wisata merupakan tanah milik umum yang tidak bisa dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang ƒ Dibentuk wadah yang dapat melegalkan kelem- bagaan lokal untuk terlibat atau berpartisipasi ƒ Ada keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan kawasan tersebut ƒ Terkait dengan tidak adanya kerjasama kelompok dengan kelembagaan lokal yang ada di desa. ƒ Tidak pernah melibat- kan kelembagaan ini dalam perencanaan dan kebijakan ƒ Tidak ada kontribusi ataupun manfaat yang bisa dinikmati oleh komunitas secara luas ƒ Dibentuk suatu wadah yang dapat melegal- kan kelembagaan ini untuk terlibat atau berpartisipasi ƒ Disusun keputusan atau tata peraturan yang jelas terhadap sistem pengelolaan kawasan 8. Pengusaha ƒ Kerjasaa dengan pihak swasta pengusaha sulit dilakukan karena keter- batasan luas kawasan dan ketidak-adaan legalitas serta ketidak- jelasan struktur ƒ Sulit dilakukannya investasi modal bagi pengembangan akti- vitas wisata sebab luas kawasan terba- tas, ditambah sema- kin menyempit kare- na ancaman abrasi air laut ƒ Tidak adanya legali- tas dan ketidakjela- san struktur menyu- litkan upaya kerja sama ƒ Dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan atau bahkan memperluas area daratan ƒ Memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan ƒ Terkait dengan per- lunya kerja sama de- ngan pihak-pihak yang mendukung upaya-upaya untuk mempertahankan luas kawasan dan kejelasan status ser- ta struktur organisasi pengelola kawasan wisata ƒ Sulit dilakukan inves- tasi modal bagi pe- ngembangan aktivitas wisata sebab luas kawasan terbatas, ditambah semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut ƒ Legalitas dan ketidak- jelasan struktur menyulitkan upaya kerjasama ƒ Dilakukan upaya- upaya untuk memper- tahankan atau bah- kan memperluas area daratan ƒ Memperjelas status dan struktur organisasi pengelola kawasan wisata ”Samudera Baru” 149 Lanjutan Tabel 24 No Peserta Permasalahan yang DialamiDirasakan Isu Kritis Kebutuhan Kegiatan Program Kesimpulan Permasalahan Isu Kritis Kebutuhan 01 02 03 04 05 06 07 08 9. Camat, Kasie. PMD Kecamatan Pedes ƒ Melibatkan komunitas dalam suatu wadah yang diakui oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ƒ Pengembangan ka wasan belum mampu memberikan manfaat bagi komunitas seca- ra luas ƒ Khawatir terhadap marak dan berkem- bangnya fenomena prostitusi ƒ Dilaksanakan upaya penertiban kawasan dari kemaksiatan dengan melibatkan komunitas setempat ƒ Terkait dengan belum terjalinnya kerja sama dengan kelembagaan peme- rintah yang ada ƒ Pengembangan kawa- san belum mampu memberikan manfaat bagi komunitas secara luas ƒ Khawatir terhadap ma- rak dan berkembang- nya fenomena prosti- tusi ƒ Membentuk wadah yang dapat mengen- dalikan semua aktivitas di kawasan wisata dengan melibatkan komunitas dalam suatu wadah yang diakui oleh Kelompok Pengelola Wisata Management 10. Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes ƒ Diperlukan upaya-upaya konsisten untuk me- nyampaikan pemahaman akan pentingnya menja- ga keindahan dan keles- tarian Sumber Daya Alam SDA pesisir me- lalui kerjasama dengan pihak-pihak terkait ƒ Upaya-upaya untuk menjaga keindahan dan kelestarian lingku- ngan atau kawasan wisata pesisir belum dilksanakan secara optimal dan konsisten oleh Kelompok Pe- ngelola Kawasan Wi- sata ƒ Dibangun kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mengatasi permasalahan keindahan dan kelestarian lingku- ngan pesisir ƒ Terkait dengan pe- ngetahuan dan kon- sistensi kerja sama dengan kelembaga- an pemerintah ter- kait dalam upaya menjaga keindahan dan kelestarian ling- kungan di kawasan wisata pesisir ƒ Kelompok Pengelola Kawasan Wisata belum melaksanakan upaya- upaya menjaga keles- tarian dan keindahan lingkungan di kawasan wisata secara optimal dan konsisten ƒ Dibangun wadah kerja sama dengan pihak- pihak terkait untuk mengatasi permasa- lahan keindahan dan kelestarian lingkungan di kawasan wisata pesisir 11. Kabid. Pariwisata ƒ Menyangkut pemaha- man Kelompok Penge- lola Kawasan Wisata dan kesediaan untuk menjalin kerja sama dengan kelembagaan pemerintah mengenai penarikan retribusi agar mengikuti sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Perda No. 24 Tahun 2004, serta ketidakjelasan struktur menghambat upaya- upaya bagi instansi terkait untuk melakukan pendampingan dan kerja sama ƒ Penarikan retribusi belum mengikuti se- bagaimana yang telah ditetapkan dalam Perda No. 24 Tahun 2004 ƒ Ketidakjelasan struktur menghambat upaya-upaya bagi instansi terkait untuk melakukan pendampingan dan kerjasama ƒ Diselenggarakan musya- warah, dialog untuk memperjelas dan mem- pertegas pelaksanaan Perda No. 24 Tahun 2004 ƒ Memperjelas status dan struktur keorganisasian apakah ditetapkan dalam bentuk CV, Peraturan desa atau dalam bentuk lainnya ƒ Terkait dengan pengetahuan dan belum terjalinnya kerja sama dengan kelembagaan pemerintah dalam penyelenggaraan retribusi serta upaya memperjelas status Kelompok Penge- lola Kawasan ƒ Penarikan retribusi belum mengikuti seba- gaimana yang telah di- tetapkan dalam Perda No. 24 Tahun 2004 ƒ Ketidakjelasan struktur menghambat upaya- upaya bagi instansi terkait untuk melaku- kan pendampingan dan kerjasama ƒ Diselenggarakan musyawarah, dialog untuk memperjelas dan mempertegas pelaksa- naan Perda No. 24 Tahun 2004 ƒ Memperjelas status dan struktur keorganisasian dalam bentuk CV, Peraturan desa atau dalam bentuk lainnya 150 Analisis potensi dan identifikasi secara partisipatif dilakukan terhadap profil Kelompok Pengelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru” yang meliputi aspek-aspek tujuan, kepemimpinan, pembagian tugas dan peranan, pola hubungan dan komunikasi, kerjasama dan pengetahuan. Aspek-aspek tersebut dianalisis dan identifikasi mempengaruhi timbulnya permasalahan-permasalahan terkait dengan keberadaan kawasan, baik yang terjadi dalam Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management, para pedagang di lokasi wisata dan stakeholders. Permasalahan-permasalahan yang terjadi dikategorisasikan menyangkut aspek ekonomi, sosial, ekologi dan keagrariaan. Berdasarkan analisis dan identifikasi terhadap profil kelompok, permasalahan atau isu kritis yang muncul meliputi adanya potensi konflik pertanahan potential conlictlatent conflic, kurangresponsifnya non- responsiveness pihak Management terhadap komunitas, ketidaktransparanan intransparency pihak Management, terjadinya kerusakan lingkungan dan berkembangnya fenomena prostitusi. Berdasarkan isu kritis tersebut, secara partisipatif disusun alternatif solusi atau pemecahan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 25. 151 Tabel 25 Identifikasi Permasalahan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” dan Alternatif SolusiPemecahan No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Indikasi Kelembagaan Norma yg Mengatur Pihak yang terlibat dalam Pengaturan Mekanisme Efektivitas Alternatif Solusi 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 1. Tujuan : ƒ Terfokus pada upaya untuk meningkatkan pendapatan Berkembangnya fenomena prostitusi ƒ Mengabaikan ke- taatan terhadap norma-norma dan nilai-nilai masya- rakat ƒ Muncul tersamar- kan dalam pertun- jukan karaoke, organ tunggal, dangdutan, jaipongan ƒ Secara formal dila- rang oleh Perda Ka- bupaten Karawang No. 26 dan 27 Ta- hun 2001 tentang Pemberantasan Kemaksiatan ƒ Secara Formal : -Sie. PMD Kecama- tan Pedes -Polsek Kecamatan Pedes -Dinsos dan PMD Kabupaten Kara- wang -Depag Kabupaten Karawang -Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang -UPTD Kesehatan Kecamatan Pedes ƒ Secara Informal : Kelembagaan-ke- lembagaan lokal di tingkat komunitas ƒ Secara Formal : Belum ada upaya- upaya penegak-kan Perda Kabu-paten Karawang No. 26 dan 27 Tahun 2001 oleh instansi terkait. ƒ Secara Informal : -Upaya pernyataan kekhawatiran su- dah diungkapkan oleh tokoh masya- rakat dan tokoh agama -Muncul toleransi dari tokoh pemuda bahwa pertunju-kan boleh digelar mulai dari pukul 21.00 s.d. 01.00 WIB ƒ Secara formal, melalui Perda dan instansi terkait maupun secara informal, melalui tokoh masyarakat, to- koh agama serta tokoh pemuda belum sepakat dan efektif da- lam menanggapi dan mengatasi munculnya feno- mena prostitusi di kawasan wisata tersebut ƒ Disusun Wadah Forum Komuni- kasi Peduli Wi- sata “Samudera Baru” ƒ Program Pendampingan Sosial Kerusakan pelestarian dan keindahan lingkungan di kawasan wisata ƒ Pengembangan kawasan wisata lebih berorientasi pada manfaat ekonomi ƒ Adanya keku- rangtanggapan pihak Manage- ment dan para pedagang di lokasi wisata ter- hadap upaya- upaya menjaga keindahan dan kelestarian ling- kungan di kawa- san wisata ƒ Rusaknya pohon- pohon mangrove sebagai upaya un- tuk memperindah sekaligus memeli- hara kelestarian lingkungan di ka- wasan wisata dari abrasi air laut ƒ Pengelolaan sam- pah yang tidak tertata ƒ Penataan area parkir yang tidak tertib ƒ Sarana MCK yang tidak memadai ƒ Luas kawasan yang semakin menyempit ƒ UU No. 22 Tahun 1999 tentang otono- mi luas kepada dae- rah termasuk pem- bangunan wilayah pesisir secara terpa- du dan berkelanjutan Psl 10 Ayat 1 ƒ Perda No. 4 Tahun 2000 tentang Peng- gunaan Sumber Da- ya Alam SDA seca- ra Berkelanjutan ƒ UPTD PKP Keca- matan Pedes ƒ Dinas PKP Kabu- paten Karawang ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Upaya pelestarian kawasan pesisir, baik secara alami- ah, yaitu melalui penanaman pohon mangrove maupun secara cepat, yaitu melalui penuraban telah dilaksanakan oleh UPTD PKP Kecamatan Pedes dengan sumber pembiayaan dari Pemerintah Pusat dan Propinsi ƒ Upaya-upaya alamiah menga- lami hambatan berupa “konsis- tensi pemeliha- raan”, baik dari instansi PKP itu sendiri maupun dari pihak Management ƒ Kelompok Pe- ngelola Kawasan Wisata tidak mengetahui dan tidak memahami Perda No. 4 Ta- hun 2000 tersebut ƒ Program Pelatihan Pengembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan ƒ Pertemuan Rutin Gerakan Pelestarian Lingkungan di Kawasan Wisata 152 Lanjutan Tabel 25 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Indikasi Kelembagaan Norma yg Mengatur Pihak yang terlibat dalam Pengaturan Mekanisme Efektivitas Alternatif Solusi 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 2 Kepemimpinan : ƒ Ditetapkan atas dasar pertimba- ngan bahwa : ketua kelompok adalah pemilik ide utama, se- bagai penyan- dang dana seka- ligus menjabat kepala desa dan masih aktif Non-Responsive- ness pihak Management terhadap komunitas ƒ Munculnya sense sebagai pelopor dalam pengembangan kawasan wisata sehingga kelom- pok dipandang sebagai milik pri- badi, manfaat atau keuntungan finansial hanya dinikmati secara pribadi atau kelompok ƒ Tidak ada ketentu- an atau kebijakan yang mengatur be- rapa persen keun- tungan bagi kas desa ƒ Keputusan yang dilaksanakan oleh Management tidak melibatkan : ang- gota kelompok dan kelembagaan lokal yang ada ƒ Kelembagaan Musyawarah Desa, berupa rapat atau minggon desa yang diselenggarakan pada setiap hari Rabu ƒ Pihak Management Wisata ƒ Kelembagaan Lokal ƒ Sie. PMD Kecama- tan Pedes ƒ UPTD PKP Keca- matan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Kelembagaan lokal dan musya- warah desa se- mestinya berfung- si dalam memper- juangkan kepenti- ngan warga ƒ Kelembagaan lokal dan musya- warah desa be- lum atau tidak dapat berfungsi sebagai wahana dalam memperju- angkan kepenti- ngan masyarakat ƒ Membentuk WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ RapatMusya- warah Kerja WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” Intransparency pihak Management ƒ Ketua Kelompok merangkap jaba- tan sebagai Kepala Desa ƒ Tidak ada laporan atau pertanggung- jawaban kegiatan, baik terhadap kelompok maupun terhadap desa ƒ Kelembagaan Musyawarah Desa berupa rapat atau minggon desa yang diselenggarakan pada setiap hari Rabu ƒ Anggota Manage- ment Wisata ƒ Kelembagaan Lokal ƒ Sie. PMD Kecama- tan Pedes ƒ UPTD PKP Kecama- tan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Pihak-pihak yang terlibat dalam pe- ngaturan dapat melakukan dialog guna meminta pertanggungjawa- ban Ketua Mana- gement wisata ƒ Pihak-pihak yang terlibat dalam pe- ngaturan belum atau tidak dapat menyelenggara- kan dialog untuk meminta laporan, pertanggungja- waban Ketua Management ƒ Program Pelatihan Kepemimpinan Organisasi Wisata Intransparency pihak Management ƒ Menumbuhkan ketergantungan anggota terha- dap pemimpin atau ketua kelompok ƒ Semua kegiatan terkait dengan kawasan wisata tergantung dari keputusan dan instruksi ketua, baik menyangkut keuangan, upaya- upaya menjaga ke- indahan dan keles- tarian kawasan ƒ Kelembagaan Musyawarah Desa berupa rapat atau minggon desa yang diselenggarakan pada setiap hari Rabu ƒ Anggota Manage- ment Wisata ƒ Kelembagaan Lokal ƒ Sie. PMD Kecama- tan Pedes ƒ UPTD PKP Kecama- tan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Pihak-pihak yang terlibat dalam pe- ngaturan dapat melakukan dialog bagi pelaksanaan partisipasi dan pe- ran serta anggota kelompok dalam aktivitas wisata ƒ Pihak-pihak yang terlibat dalam pe- ngaturan belum atau tidak dapat menyelenggara- kan fungsi atau mekanisme tersebut ƒ Program Pelatihan Kepengurusan Organisasi Wisata 153 Lanjutan Tabel 25 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Indikasi Kelembagaan Norma yg Mengatur Pihak yang terlibat dalam Pengaturan Mekanisme Efektivitas Alternatif Solusi 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 3. Pembagian Tugas dan Peranan : ƒ Bersifat impli- sit, didasar- kan pada ke- putusan atau instruksi ketua kelompok Intransparency pihak Management ƒ Ketidakjelasan struktur dan meka- nisme Kelompok Pengelola Kawa- san Wisata ƒ Pembagian tugas hanya berdasarkan pada instruksi lisan ketua kelompok sehingga sulit di- laksanakan kegia- tan pencatatan dan pelaporan serta pertanggung- jawaban adminis- tratif maupun fi- nansial ƒ Tidak ada acuan bagi anggota atau pengurus kelom- pok untuk menja- lankan tugas dan tanggungjawabnya ƒ Sulit untuk meng- evaluasi kegiatan termasuk menge- tahui berapa jum- lah pengunjung dan jumlah retribusi atau uang yang masuk ƒ Kepmen Budaya dan Pariwisata Nomor : KEP-012 MKPIV 2001 tentang Pedo- man Umum Perizinan Usaha Pariwisata ƒ Perda Kabupaten Karawang No. 24 Tahun 2004 tentang Retribusi Izin Usaha Kepariwisataan, Tem- pat Rekreasi dan Olah Raga ƒ Kelembagaan Musya- warah Desa, berupa rapat atau minggon desa yang diseleng- garakan pada setiap hari Rabu ƒ Pihak Management Wisata ƒ Kelembagaan Lo- kal ƒ Sie. PMD Kecama- tan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Pihak-pihak yang terlibat da- lam pengaturan belum berfungsi sebagai meka- nisme kontrol dalam upaya meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas pengembangan kawasan wisata ƒ Pihak-pihak yang terlibat dalam pe- ngaturan belum berfungsi sebagai mekanisme kon- trol dalam upaya meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas pe- ngembangan ka- wasan wisata ƒ Program Pelatihan Kepengurusan Organisasi Wisata ƒ Program Pen- dampingan Sosial pentingnya kegiatan pen- catatan dan pelaporan 4. Pola Hubungan dan Komunika- si : ƒ Bersifat infor- mal, mengata- si persoalan- persoalan diutamakan secara kekelu- argaan Potensi Konflik Pertanahan PotentialLatent Conflict ƒ Mengabaikan pola- pola hubungan dan komunikasi yang sifatnya formal sehingga tidak ada legalitas kewena- ngan tentang pe- manfaatan tanah di kawasan wisata ƒ Kawasan wisata dibangun di atas tanah timbul yang secara hukum tidak atau belum jelas status pemanfa- atannya ƒ Pemanfaatan lahan didasarkan pada Izin lisan dari Kepala UPTD PKP Kecamatan Pedes ƒ UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang Penentuan Hubungan Hukum antara orang dengan bumi, air dan ruang angkasa ƒ Musyawarah Desa, berupa rapat atau minggon desa yang diselenggarakan pa- da setiap hari Rabu ƒ Kelembagaan Lokal Desa, BPD, LPM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, To- koh Pemuda ƒ Kasie. PMD Keca- matan Pedes ƒ UPTD PKP Keca- matan Pedes ƒ Penetapan pe- manfaatan tanah timbul dapat ditentukan dalam dialog atau mu- syawarah desa ƒ Kelembagaan lo- kal yang ada be- lum mengupaya- kan dialog khu- sus untuk mem- bahas tentang solusi dari masa- lah ini ƒ Menyusun MOU yang dituangkan secara tertulis dalam Surat Ke- putusan dan Peraturan Desa 154 Lanjutan Tabel 25 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Indikasi Kelembagaan Norma yg Mengatur Pihak yang terlibat dalam Pengaturan Mekanisme Efektivitas Alternatif Solusi 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 5. Kerjasama : ƒ Dasar pertimba- ngan hubungan kerjasama cen- derung dilaku- kan dengan pi- hak-pihak yang sekiranya mem- bawa manfaat ekonomi atau karena hal-hal yang sifatnya mendesak Non-Responsive- ness pihak Mana- gement terhadap komunitas ƒ Mengabaikan kerja sama dengan ke- lembagaan lokal ƒ Tidak pernah me- minta saran, penda- pat dalam upaya pengembangan ka- wasan wisata ƒ Upaya kerjasama yang sifatnya men- desak dibangun de- ngan pihak UPTD PKP dalam upaya menanggulangi ab- rasi air laut melalui pembibitan dan pe- nanaman mangrove ƒ Kelembagaan Musya- warah Desa, berupa rapat atau minggon desa yang diseleng- garakan pada setiap hari Rabu ƒ Kelembagaan Lokal Desa, BPD, LPM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, To- koh Pemuda ƒ Pihak Management Wisata ƒ Kelembagaan lokal dan pihak management wisata dapat bermusyawarah untuk membahas ttg pengemba- ngan kawasan wisata ke depan agar mampu menampung aspirasi dan harapn komunitas ƒ Kelembagaan lokal dan pihak Management wisata dapat ber- musyawarah un- tuk menampung aspirasi dan harapan komuni- tas terkait de- ngan pengemba- ngan kawasan wisata ke depan ƒ Membentuk WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” 6. Pengetahuan : ƒ Wawasan, pe- mahaman ten- tang pengelola- an dan pe- ngembanga ka- wasan wisata diperoleh atas dasar pemiki- ran-pemikiran sendiri Kerusakan pelesta- rian dan keindahan lingkungan di kawa- san wisata ƒ Pemikiran, gaga- san memelihara kelestarian dan ke- indahan kawasan wisata belum dilak- sanakan secara optimal ƒ Rusaknya pohon- pohon mangrove sebagai upaya memperindah sekaligus memeli- hara kelestarian lingkungan di kawa- san wisata dari ab- rasi air laut ƒ Pengelolaan sam- pah yang tidak ter- tata ƒ Penataan area par- kir yang tidak tertib ƒ Sarana MCK yang tidak memadai ƒ Luas kawasan se- makin menyempit ƒ UU No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi luas kepada daerah terma suk pembangu- nan wilayah pesisir secara terpadu dan berkelanjutan. Psl 10 Ayat 1 ƒ Perda No. 4 Tahun 2000 tentang Peng- gunaan Sumber Daya Alam SDA secara Berkelanjutan ƒ UPTD PKP Keca- matan Pedes ƒ Dinas PKP Kabupa- ten Karawang ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Upaya pelesta- rian kawasan pe- sisir, baik seca- ra alamiah pe- nanaman pohon mangrove mau- pun secara ce- pat penuraban telah dilaksana- kan oleh UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Di- nas PKP Kabu- paten Karawang ƒ UPTD PKP Ke- camatan Pedes dapat menye- lenggarakan upaya-upaya peningkatan pe- ngetahuan dan pemahaman kelompok me- ngenai kegiatan menjaga keinda- han dan pelesta- rian lingkungan di kawasan pesisir ƒ Program Pelatihan Pe- ngembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan ƒ Pertemuan Rutin Gerakan Pelestarian Lingkungan di Kawasan Wisata 155 7.4. Asumsi-asumsi yang Mendasari Pelaksanaan Program Kerja pada Aras Anggota, Aras Kelompok Pengelola Kawasan Wisata serta Melalui Penguatan Jejaring Alterntif pemecahan masalah yang dirumuskan secara partisipatif dengan melibatkan unsur-unsur terkait atau stakeholders dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan dengan dasar-dasar asumsi bahwa : 1. Pengembangan masyarakat merupakan upaya pengembangan gerakan koperatif atau partisipatif dari keseluruhan unsur-unsur terkait atau stakeholders untuk mereduksi atau meminimalisir masalah-masalah sosial yang ada, serta bagi tertciptanya suasana kehidupan sosial kemasyarakatan yang lebih baik. 2. Pengembangan masyarakat merupakan strategi pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan melalui pendekatan penguatan kelembagaan merupakan wahana bagi peningkatan keberfungsian kelompok dalam meminimalisir atau mengurangi permasalahan sosial di lokasi penelitian. 3. Masyarakat dan unsur-unsur terkait atau stakeholders pada lokasi penelitian menghormati dan mentaati nilai, norma, hukum dan tata peraturan yang berlaku. 7.5. Penyusunan Program Kerja pada Aras Anggota, Aras Kelompok Pengelola Kawasan Wisata serta Melalui Penguatan Jejaring Berdasarkah hasil diskusi kelompok dengan semua unsur yang terlibat dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan dan rencana program kegiatan pada aras anggota kelompok dan aras Kelompok Pengelola Kawasan Wisata serta upaya penguatan jejaring melalui manajemen kolaborasi atau ”co- management”. Rencana program kegiatan ini dirumuskan berdasarkan akar permasalahan yang dialami mulai dari periode Oktober 2006, meliputi :

1. Menyusun MOU yang dituangkan secara tertulis dalam Surat Keputusan dan Peraturan Desa

Pelaksanaan kegiatan ini ditujukan untuk mempertegas dan mengatur status pemanfaatan tanah lokasi wisata oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata. Ketegasan dan jaminan kepastian pemanfaatan tanah ini diharapkan dapat menjamin keberlanjutan kawasan dan aktivitas wisata oleh Kelompok 156 Pengelola Wisata “Samudera Baru”. Penyusunan MOU dilaksanakan dalam suatu musyawarah desa yang melibatkan kelembagaan lokal, yaitu BPD, LPM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda serta instansi pendukung, yaitu Sie PMD, UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Dinas Pariwisata. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Oktober 2006, bertempat di Aula Kantor Desa Sungaibuntu. Dana atau anggaran bersumber dari Kelompok Pengelola Management Kawasan Wisata dan kelembagaan lokal, yaitu anggaran desa.

2. Membentuk WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru”

Forum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” merupakan suatu sadah yang beranggotakan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru”, pihak-pihak yang mewakili dari kelembagaan tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda dan kelembagaan pemerintah lokal, yaitu BPD dan LPM. Pembentukan wadah ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan keterlibatan dan peran serta kelembagaan lokal dalam pengembangan kawasan wisata. 2. Meningkatkan keterlibatan kelembagaan lokal dalam menumbuhkan kepedulian pihak Management 3. Meningkatkan kontrol sosial komunitas untuk meminimalisir maraknya fenomena prostitusi. Mekanisme kegiatan yaitu melaksanakan suatu musyawarah desa antara elembagaan BPD, LPM, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management dengan intansi pendukung yaitu Sie PMD, UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Desember 2006, bertempat di Aula Kantor Desa Sungaibuntu. Dana atau anggaran bersumber dari Kelompok Pengelola Management Kawasan Wisata dan kelembagaan lokal, yaitu anggaran desa.

3. Program Pelatihan Kepengurusan Organisasi Wisata

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya peran serta dan keterlibatan anggota maupun pengurus dalam aktivitas Kelompok Pengelola Kawasan Wisata. 157 2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tugas-tugas pengurus Kelompok PengelolaKawasan Wisata. Kegiatan ini diikuti oleh Ketua dan dua orang pengurus Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management. Pengiriman peserta pelatihan ini tidak lepas dari dukungan instansi terkait, yaitu Sie PMD Kecamatan Pedes, Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang dan Badiklat Pariwisata Jakarta. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Maret 2007 selama tujuh hari, dengan lokasi serta dana atau anggaran bersumber dari Badiklat Pariwisata, Jakarta.

4. Program Pelatihan Kepemimpinan Organisasi Wisata

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tugas-tugas pemimpin dalam suatu organisasi kepariwisataan. Kegiatan ini diikuti oleh Ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management. Pengiriman peserta pelatihan ini tidak lepas dari dukungan instansi terkait, yaitu Sie PMD Kecamatan Pedes, Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang dan Badiklat Pariwisata Jakarta. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 selama tiga hari, dengan lokasi serta dana atau anggaran bersumber dari Badiklat Pariwisata, Jakarta.

5. Rapat atau Musyawarah Kerja “WadahForum Komunikasi Peduli Wisata Samudera Baru”

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan pihak Management yang telah dilaksanakan mulai periode tahun 2007. Kegiatan ini diikuti oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management dan WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” serta instansi pendukung, yaitu Sie PMD, UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari 2008 pada saat menjelang tahun anggaran baru, bertempat di Aula Kantor Desa Sungaibuntu dengan dana atau anggaran bersumber dari “WadahForum Komunikasi Peduli Wisata Samudera Baru”.

6. Program Pendampingan Sosial tentang pentingnya kegiatan pencatatan dan pelaporan

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya penulisan atau pencatatan perkembangan aktivitas 158 kelompok, meliputi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, jumlah pengunjung dan retribusi yang diterima serta pengeluaran yang dilakukan oleh Management. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus dan anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management. Program pendampingan sosial dilaksanakan atas dukungan dari instansi terkait, yaitu Sie PMD Kecamatan Pedes, Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang dan kelembagaan lokal yang terikat dalam WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru”. Kegiatan dilaksanakan setiap dua bulan, bertempat di lokasi wisata “Samudera Baru”, dengan dana atau anggaran bersumber dari WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang.

7. Program Pelatihan Pengembangan Kawasan Wisata Berkelanjutan

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menyelaraskan dan menjaga keseimbangan antara tujuan ekonomi dengan aspek sosial dan ekologis 2. Meningkatkan wawasan, pemahaman tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan keterampilan teknis menata keindahan, kebersihan serta daya tarik wisata sesuai dengan konteks lokal. Kegiatan ini diikuti oleh Ketua dan dua orang anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management. Pengiriman peserta pelatihan ini terlaksana atas dukungan dari instansi terkait, yaitu Sie PMD Kecamatan Pedes, Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang dan Badiklat Pariwisata Jakarta. Kegiatan dilaksanakan pada bulan September 2007 selama lima hari, dengan lokasi serta dana atau anggaran bersumber dari Badiklat Pariwisata, Jakarta.

8. Pertemuan Rutin Gerakan Pelestarian Lingkungan di Kawasan Wisata

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Meningkatkan pemahaman, kepedulian dalam menjaga dan memelihara keindahan, kebersihan serta kelestarian lingkungan di kawasan wisata 2. Meningkatkan keterampilan dalam menata keindahan, kebersihan, penanaman dan pemeliharaan pohon bagi kelestarian lingkungan di kawasan wisata Kegiatan diikuti oleh Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management dan para pedagang di lokasi wisata serta instansi pendukung, 159 yaitu Sie PMD, UPTD PKP Kecamatan Pedes dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang. Kegiatan dilaksanakan setiap bulan, bertempat di lokasi wisata “Samudera Baru”. Dana atau anggaran yang dibutuhkan bagi pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari kolaborasi antara WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru”, Sie. PMD dan UPTD PKP Kecamatan Pedes serta Dinas Pariwisata Kabupaten karawang. Pelaksanaan kegiatan ini diisi dengan penyampaian informasi, diskusi dan melaksanakan aksi langsung upaya-upaya menata keindahan, kebersihan, penanaman dan pemeliharaan pohon bagi pelestarian kawasan pesisir.

9. Program Pendampingan Sosial

Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menyelaraskan dengan nilai-nilai dan norma masyarakat serta pentingnya menjaga keseimbangan antara tujuan ekonomi yang ingin dicapai dengan tujuan sosial dan kelestarian ekologis. Kegiatan ini diikuti oleh pengurus dan anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata serta para pedagang di lokasi wisata. Program pendampingan sosial dilaksanakan atas dukungan dari instansi terkait, yaitu Sie. PMD, UPTD PKP Kecamatan Pedes, Dinas Sosial, Departemen Agama dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni 2007 setiap enam bulan sekali dalam suatu pertemuan, dialog yang bertempat di Aula Kantor Desa Sungaibuntu. Dana atau anggaran bersumber dari WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru”. Rincian tentang rencana program kegiatan di atas dapat dilihat sebagaimana Tabel 26 berikut ini. 160 Tabel 26 Rencana Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” No Aspek dan Profil Kelompok Masalah Isu Kritis Critical Issue Akar Masalah Program Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Kelembagaan Pendukung Waktu, Tempat Mekanisme Metode Anggaran 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 1. Tujuan : ƒ Terfokus pada upaya-upaya untuk meningkat- kan pendapatan Berkembangnya fenomena prostitusi ƒ Mengabaikan ketaatan terha- dap norma-nor- ma dan nilai-nilai masyarakat ƒ Membentuk wadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ Meningkatkan kontrol sosial komunitas untuk meminimalisir maraknya fenomena prostitusi ƒ Kelembagaan lokal desa, yai- tu : tokoh ma- syarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, BPD dan LPM ƒ Pihak Manage- ment wisata ƒ Sie. PMD Keca- matan Pedes ƒ Polsek Kecama- tan Pedes ƒ Dinsos dan PMD Kabupaten Kara- wang ƒ Depag Kabupa- ten Karawang ƒ Dinas Pariwsata Kabupaten Kara- wang ƒ UPTD Keseha- tan Kecamatan Pedes ƒ Kelompok Pe- ngajian Musli- mah Majelis Ta’lim ƒ Pondok Pesan- tren ƒ Karang Taruna ƒ Ikatan Remaja Mesjid ƒ Cabang Organi- sasi Nahdlatul Ulama NU ƒ Desember 2006, di Aula Kantor Desa Sungaibuntu ƒ Menyelenggarakan pertemuan, diskusi, dialog, menyam- paikan saran, ide, pendapat, harapan tehadap keberadaan kawasan wisata “Samudera Baru” ƒ WadahForum Komunikasi Peduli Wisata beranggotaka ƒ Kelembagaan Lokal desa ƒ Pihak Management wisata ƒ Program Pendampingan Sosial ƒ Meningkatkan pemahaman tentang penting- nya menyelaras- kan dengan nilai-nilai dan norma masyarakat ƒ WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ Para pedagang di kawasan wisata ƒ Sie. PMD Keca- matan Pedes ƒ Dinsos dan PMD Kabupaten Kara- wang ƒ Depag Kabupa- ten Karawang ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Juni 2007, 6 bulan sekali di Aula Balai Desa Sungaibuntu ƒ Mengadakan perte- muan, dialog, eva- luasi terhadap kegi- atan yang telah dilaksanakan dalam upaya menjaga keharmonisan de- ngan aspirasi dan harapan komunitas ƒ Kolaborasi antara : Wadah Forum Komuni- kasi Peduli Wisa- ta “Samudera Baru” dan Sie. PMD Kecamatan Pedes, Dinsos dan Dinas Pariwisata 161 Lanjutan Tabel 26 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Program Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Kelembagaan Pendukung Waktu, Tempat Mekanisme Metode Anggaran 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 Kerusakan pelesta- rian dan keindahan lingkungan di ka- wasan wisata ƒ Pengembangan kawasan wisata lebih berorientasi pada manfaat ekonomi ƒ Program Pela- tihan Pengem- bangan Kawa- san Wisata Berkelanjutan ƒ Meningkatkan pemahaman ten- tang pentingnya menyelaraskan dan menjaga ke- seimbangan an- tara tujuan eko- nomi dengan aspek sosial dan ekologis ƒ Ketua dan 2 orang anggota Management ƒ Sie. PMD Ke- camatan Pe- des ƒ Dinas Pariwi- sata Kabupa- ten Karawang ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta ƒ September 2007, ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta selama 5 hari ƒ Melakukan pe- nyampaian infor- masi, diskusi ten- tang pentingnya menyelaraskan dan menjaga ke- seimbangan an- tara tujuan eko- nomi dengan as- pek sosial dan ekologis bagi pengembangan kawasan wisata secara berkelan- jutan ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta ƒ Adanya kekurang- tanggapan pihak Management dan para pedagang di lokasi wisata ter- hadap upaya- upaya menjaga keindahan dan kelestarian lingku- ngan di kawasan wisata ƒ Pertemuan Rutin Gerakan Pelestarian Lingkungan di Kawasan Wisata ƒ Meningkatkan pemahaman dan kepedulian dalam menjaga dan me- melihara keinda- han, kebersihan serta kelestarian lingkungan di ka- wasan wisata ƒ Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ƒ Para pedagang di lokasi wisata ƒ Sie. PMD Ke- camatan Pedes ƒ UPTD PKP Ke- camatan Pedes ƒ Dinas Pariwisa- ta Kabupaten Karawang ƒ Setiap bulan, di Lokasi Wisata “Samudera Baru” ƒ Melakukan pe- nyampaian infor- masi, diskusi dan melaksanakan aksi langsung upaya-upaya me- nata keindahan, kebersihan, pena- naman dan pera- watan pohon bagi pelestarian ling- kungan di kawa- san wisata ƒ Kolaborasi antara Wadah Forum Komu- nikasi Peduli Wisata “Sa- mudera Baru” drngan Sie. PMD, UPTD PKP Kecama- tan Pedes dan Dinas Pariwisata 162 Lanjutan Tabel 26 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Program Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Kelembagaan Pendukung Waktu, Tempat Mekanisme Metode Anggaran 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 2. Kepemimpinan ƒ Ditetapkan atas dasar pertim- bangan bahwa : ketua kelompok adalah pemilik ide utama, se- bagai penyan- dang dana se- kaligus menja- bat kepala desa dan masih aktif Non-Responsive- ness pihak Mana- gementt terhadap komunitas ƒ Munculnya sense sebagai pelopor dalam pengemba- ngan kawasan wi- sata sehingga ke- lompok dipan- dang sebagai mi- lik pribadi, manfa- at atau keuntu- ngan finansial ha- nya dinikmati secara pribadi atau kelompok ƒ Membentuk wadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ Meningkatkan keterlibatan kelembagaan lokal dalam menumbuhkan kepedulian pihak Management ƒ Kelembagaan lo- kal desa, yaitu : tokoh masyara- kat, tokoh aga- ma, tokoh pemu- da, BPD dan LPM ƒ Kelompok Pe- ngelola Kawasan Wisata Manage- ment dalam suatu; ƒ Musyawarah Desa ƒ UPTD PKP Kecamatan Pedes ƒ Dinas Pariwi- sata Kabupa- ten Karawang ƒ Sie PMD Ke- camatan Pedes ƒ Desember 2006, di Aula Kantor Desa Sungaibuntu ƒ Menyelenggara- kan pertemuan, diskusi, dialog, menyampaikan saran, pendapat, harapan tehadap keberadaan kawa- san wisata “Sa- mudera Baru” ƒ Kelembagaan lokal, yaitu da- ri anggaran desa ƒ Pihak Manage- ment wisata Intransparency pihak Manage- ment dalam pe- ngelolaan kawa-- san wisata ƒ Ketua Kelompok merangkap jaba- tan sebagai Kepala Desa ƒ Program Pela- tihan Kepe- mimpinan Organisasi Wisata ƒ Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang tugas- tugas pemimpin dalam organisasi wisata ƒ Ketua Manage- ment Wisata ƒ Sie. PMD Ke- camatan Pe- des ƒ Dinas Pariwi- sata Kabupa- ten Karawang ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta ƒ Juni 2007, Badiklat Pariwisata, Jakarta selama 3 hari ƒ Melakukan penyampaian materi, diskusi, studi kasus ttng tgs pemimpin dalam organisasi wisata ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta ƒ Intransparency pihak Manage- ment dalam pe- ngelolaan kawa-- san wisata ƒ Menumbuhkan ketergantungan anggota terhadap pemimpin ketua ƒ Program Pelatihan Kepengurusan Organisasi Wisata ƒ Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ten- tang pentingnya peran serta dan keterlibatan ang- gota maupun pe- ngurus dalam ak- tivitas kelompok pengelola wisata ƒ Ketua dan 2 orang pengurus Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ƒ Sie. PMD Kec. Pedes ƒ Dinas Pariwi- sata Kabupa- ten Karawang ƒ Badiklat Pariwisata, Jakarta ƒ Maret 2007, Badiklat Pariwisata, Jakarta selama 7 hari ƒ Melakukan peyampaian materi, dis-kusi, studi kasus ttng tugas-tugas kepengurusan kelompok pe- ngelola wisata ƒ Badiklat Pariwisata, Jakarta 163 Lanjutan Tabel 26 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Program Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Kelembagaan Pendukung Waktu, Tempat Mekanisme Metode Anggaran 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 3. Pembagian tu- gas dan Peran- an : ƒ Bersifat impli- sit, didasarkan pada keputu- san atau in- struksi lisan ketua kelom- pok Intransparency pihak Manage- ment dalam pe- ngelolaan kawa- san wisata ƒ Ketidakjelasan struktur dan me- kanisme Kelom- pok Pengelola Kawasan Wisata ƒ Program Pelatihan Kepengurusan Organisasi Wisata ƒ Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ten- tang tugas-tugas pengurus kelom- pok pengelola wisata ƒ Ketua dan 2 orang pengurus Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ƒ Sie. PMD Keca- matan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang ƒ Badiklat Pariwisata, Jakarta ƒ Maret 2007, Badiklat Pariwisata, Jakarta selama 7 hari ƒ Melakukan pe- yampaian mate- ri, diskusi, studi kasus tentang tugas-tugas kepengurusan kelompok pe- ngelola wisata ƒ Badiklat Pariwisata, Jakarta Intransparency pihak Manage- ment dalam per- tanggungjawaban administrasi ƒ Pembagian tugas hanya berdasar- kan pada instruk- si lisan ketua ke- lompok sehingga sulit dilaksanakan kegiatan penca- tatan dan pelapo- ran serta pertang- gungjawaban ad- ministratif mau- pun finansial ƒ Program Pen- dampingan Sosial pentingnya ke- giatan pencata- tan dan pela- poran ƒ Meningkatkan pe- mahaman penting- nya penulisan, pen- catatan perkemba- ngan aktivitas ke- lompok, meliputi peristiwa-peristiwa penting yang terjadi, jumlah pengunjung dan retribusi yang diterima serta pe- ngeluaran yang dilakukan ƒ Pengurus dan anggota Kelompok Pengelola Kawasan Wisata Management ƒ WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ Sie.PMD Keca- matan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Karawang ƒ Setiap dua bulan, di Lo- kasi Wisata “Samudera Baru” ƒ Melakukan pe- meriksaan pembukuan mengenai pe- masukan dan pengeluaran retribusi serta peristiwa-peris- tiwa penting yang terjadi ƒ WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ Dinas Pariwisata 4. Pola hubungan dan komunikasi : ƒ Bersifat infor- mal, mengatasi persoalan- persoalan diutamakan secara kekeluargaan Potensi Konflik Pertanahan Potential Latent Conflict ƒ Mengabaikan pola-pola hubu- ngan dan komu- nikasi yang sifat- nya formal se- hingga tidak ada legalitas kewena- ngan tentang pe- manfaatan tanah di kawasan wisata ƒ Menyusun MOU yang dituangkan secara tertulis dalam Surat Keputusan dan Peraturan Desa ƒ Mempertegas dan mengatur status pemanfaatan tanah lokasi wisata oleh Kelompok Pengelo- la Kawasan Wisata ƒ Kelembagaan lokal, yaitu tokoh masyarakat, to- koh agama, to- koh pemuda, BPD dan LPM, dan; ƒ Kelompok Pe- ngelola Kawasan Wisata dalam Musyawarah Desa ƒ UPTD PKP Keca- matan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Sie. PMD Keca- matan Pedes ƒ Oktober 2006, di Aula Kantor Desa Sungaibuntu ƒ Melenggara- kan musya- warah desa untuk menyu- sun Surat Ke- putusan dan Peraturan Desa ƒ Kelembagaan Lokal angga- ran desa ƒ Pihak Management wisata 164 Lanjutan Tabel 26 No Aspek dan Profil Kelompok MasalahIsu Kritis Critical Issue Akar Masalah Program Kegiatan Tujuan Pelaksana Instansi Kelembagaan Pendukung Waktu, Tempat Mekanisme Metode Anggaran 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 5. Kerjasama : ƒ Dasar pertimba- ngan hubungan kerjasama cende- rung dilakukan dengan pihak- pihak yang seki- ranya membawa manfaat ekonomi atau karena hal- hal yang sifatnya mendesak Non-Respon- siveness pihak Management ƒ Mengabaikan kerjasama de- ngan kelemba- gaan lokal ƒ Membentuk WadahForum Komunikasi Peduli Wisata “Samudera Baru” ƒ Meningkatkan ke- terlibatan dan peran serta kelembagaan lokal dalam pe- ngembangan kawa- san wisata ƒ Kelembagaan lokal, yaitu to- koh masyara- kat, tokoh aga- ma, tokoh pe- muda, BPD, LPM dan; ƒ Kelompok Pe- ngelola Kawa- san Wisata dalam suatu; ƒ Musyawarah Desa ƒ UPTD PKP Ke- camatan Pedes ƒ Dinas Pariwisata Kabupaten Kara- wang ƒ Sie PMD Keca- matan Pedes ƒ Desember 2006, di Aula Kan- tor Desa Sungaibun- tu ƒ Menyelenggarakan per- temuan, diskusi, dialog, menyampaikan saran, pendapat, harapan ter- hadap keberadaan ka- wasan wisata “Samudera Baru” ƒ Kelembagaan lokal, dalam hal ini yaitu anggaran desa ƒ Pihak Manage- ment wisata 6. Pengetahuan : ƒ Wawasan, pe- mahaman ten- tang pengelolaan dan pengemba- ngan kawasan wisata diperoleh atas dasar pe- mikiran-pemiki- ran sendirii Kerusakan upaya-upaya pelestarian dan keindahan ling- kungan di ka- wasan wisata ƒ Pemikiran, ga- gasan, memeli- hara kelestarian dan keindahan kawasan belum dilaksanakan secara optimal ƒ Pertemuan Rutin Gera- kan Pelestari- an Lingku- ngan di Ka- wasan Wisata ƒ Meningkatkan kete- rampilan dalam me- nata keindahan, ke- bersihan, penana- man dan pemeliha- raan pohon bagi ke- lestarian lingkungan di kawasan wisata ƒ Kelompok Pe- ngelola Kawa- san Wisata Management ƒ Para peda- gang di lokasi wisata ƒ Sie PMD Keca- matan Pedes ƒ UPTD PKP Ke- camatan Pedes ƒ Dinas Pariwisa- ta Kabupaten Karawang ƒ Setiap bu- lan, di Lo- kasi Wisa- ta “Samu- dera Baru” ƒ Melakukan penyampaian informasi, diskusi dan melaksanakan aksi lang- sung upaya-upaya mena- ta keindahan, kebersi- han, penanaman, pera- watan pohon bagi peles- tarian lingkungan di ka- wasan wisata ƒ Kolaborasi an- tara Wadah Forum Komu- nikasi Peduli Wisata “Sa- mudera Baru” dengan Sie. PMD, UPTD PKP Kecama- tan Pedes dan Dinas Pariwi- sata Kabupa- ten karawang ƒ Program Pelatihan Pengemba- ngan Kawa- san Wisata Berkelanjutan ƒ Meningkatkan pe- mahaman tentang pentingnya menye- laraskan dan men- jaga keseimbangan antara tujuan eko- nomi dengan aspek sosial dan ekologis ƒ Ketua dan 2 orang anggota Kelompok Pe- ngelola Kawa- san Wisata Management ƒ Sie. PMD Ke- camatan Pedes ƒ Dinas Pariwisa- ta Kabupaten Karawang ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta ƒ Septem- ber 2007, ƒ Badiklat Pariwisa- ta Jakarta selama 5 hari ƒ Melakukan penyampaian informasi, diskusi tentang pentingnya menyelaras- kan dan menjaga kese- imbangan antara aspek ekonomi, sosial dan eko- logis bagi pengemba- ngan kawasan wisata pe- sisir secara berkelanju- tan ƒ Badiklat Pariwisata Jakarta 165

7.6. Ikhtisar