28 4. Sinergi sinergy, yaitu menyangkut relasi antara pemimpin dan institusi
pemerintahan dengan komunitas state cmmunity relations. Untuk memahami pengembangan aktivitas ini ditinjau dari Modal Sosial
dilakukan analisis berdasarkan Tipologi Modal Sosial Tonny, 2005 sebagai berikut :
2.3.3. Gerakan Sosial
Baldridge 1986 sebagaimana ditulis oleh Tonny 2005 merumuskan Gerakan Sosial atau Sosial Movement sebagai “suatu bentuk perilaku atau
tindakan kolektif yang melibatkan sekelompok orang yang membaktikan diri untuk mendorong atau sebaliknya menolak suatu perubahan sosial”. Perilaku
kolektif diartikan sebagai suatu bentuk perilaku yang dilakukan bersama sejumlah orang, tidak bersifat rutin dan merupakan tanggapan terhadap
rangsangan tertentu. Arti lain Gerakan Sosial, sebagaimana ditulis Sztompka 2004 dalam, yaitu :
1. Kolektifitas orang yang bertindak bersama. 2. Tujuan bersama tindakannya adalah perubahan tertentu dalam masyarakat
mereka, yang ditetapkan partisipan menurut cara yang sama. 3. Kolektifitas relatif tersebar, namun lebih rendah derajatnya daripada
organisasi formal.
I
Socio Economic Well Being
II
Latent Conflict
III
Conflic
IV
Coping
Functioning Government Tinggi
Functioning Government Rendah
Cross Cutting Ties of
Social Group Tinggi
Cross Cutting Ties of
Social Group Rendah
Gambar 1 Tipologi Modal Sosial
29 4. Tindakannya mempunyai derajat spontanitas relatif tinggi, namun tidak
terlembaga dan bentuknya tidak konvensional. Dengan demikian, Gerakan Sosial merupakan tindakan kolektif yang
diorganisir secara longgar, tanpa cara terlembaga untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat mereka.
Penekanan serupa ditemukan dalam berbagai definisi pakar dari berbagai literatur, yaitu :
1. Upaya kolektif untuk membangun tatanan kehidupannya yang baru Blumer, 1951 : 199
2. Upaya kolektif untuk mengubah tatanan sosial Lang Lang, 1961 : 507 3. Upaya kolektif untuk mengubah norma dan nilai Smelser, 1962 : 3
4. Tindakan kolektif berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam masyarakat atau dalam kelompok yang menjadi bagian
masyarakat itu Turner Killian, 1972 : 246 5. Upaya kolektif untuk mengendalikan perubahan atau untuk mengubah arah
perubahan Lauer, 1976 : XIV Jika dicermati dari perspektif Gerakan Sosial, aktivitas wisata pesisir di
Desa Sungaibuntu dapat dipahami sebagai suatu bentuk perilaku yang dapat dikategorikan sebagai suatu Gerakan Sosial, sebab :
1. Bentuk-bentuk perilaku di atas sifatnya tidak rutin atau tidak biasa dilakukan. 2. Tindakan atau kegiatan di atas, tidak dilakukan secara individual, melainkan
dilakukan secara kolektif, yaitu oleh sejumlah penduduk yang bergabung untuk berpartisipasi mendukung dan merealisasikan gagasan kepala desa.
3. Aksi-aksi di atas memiliki tujuan dan cara-cara yang disepakati bersama. 4. Aksi-aksi atau kegiatan kolektif pengelolaan wisata ini dilakukan untuk
membangun tatanan kehidupan yang baru, mengubah tatanan sosial serta mengubah norma dan nilai, yaitu untuk mengubah dan memperbaiki tatanan
kondisi kehidupan masa lalu yang dianggap belum mendayagunakan dan memberdayakan secara efektif sumberdaya alam yang dimiliki dan
sumberdaya manusia atau tenaga kerja yang ada.
Ciri dasar Gerakan Sosial menurut Smelser 1971 sebagaimana ditulis oleh Tonny 2005 terdapat empat ciri dasar dari perilaku kolektif, yaitu :
30 1. Nilai, merupakan tujuan umum yang menjadi penuntun bagi terjadinya social
movement, menyangkut hal-hal baik atau buruk, negatif atau positif. 2. Norma, merupakan aturan yang menuntun keseluruhan upaya pencapaian
sasaran social movement, menyangkut aspek-aspek tertulis atau tidak tertulis. 3. Proses, yang mendasari terjadinya aksi-aksi kolektif
4. Momentum, merupakan situasi sosial yang sangat mendukung terjadinya suatu tindakan sosial.
2.4. Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi
Faktor kelembagaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang memungkinkan adanya pembagian kerja secara seimbang, peningkatan
pendapatan, perluasan upaya kegiatan serta kebebasan untuk memperoleh peluang usaha. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai strategi utama bagi
pembangunan sosial. Midgley alih bahasa oleh Setiawan dan Abbas 2005 mengungkapkan
bahwa pembangunan sosial merupakan proses perubahan sosial yang terencana yang didisain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh
dengan menggabungkannya dengan pembangunan ekonomi yang dinamis. Soemarjan dalam Soekanto 2002 mengungkapkan rumusan perubahan sosial
sebagai segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku
diantara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat. Gillin dan Gillin dalam Soekanto 2002 mengemukakan perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara
hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya
difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Dengan demikian, dibutuhkan ‘keseimbangan’ dan ‘kesatuan’ pembangunan sosio-ekonomi sebagai
gabungan komponen pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi. Saptana et al., 2003 mengungkapkan bahwa terdapat tiga pilar utama
kelembagaan sebagai pendukung ekonomi, yaitu: 1.
Kelembagaan komunitas lokal tradisional voluntary sector perlu ditransformasikan ke arah kelembagaan komunitas lokal yang maju dan
responsif terhadap perubahan.