99 Profil dan potensi Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera
Baru” dapat dilihat dari aspek-aspek :
6.1.1. Tujuan
Tujuan merupakan harapan dan keinginan yang ingin dicapai dalam kelompok. Tujuan memberikan arahan dan acuan perilaku bagi para anggotanya.
Tapi, karena Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru” merupakan kelompok yang sifatnya informal, maka tujuan yang ingin dicapai tidak
dituangkan secara tertulis atau implisit. Secara implisit tujuan ditetapkan oleh pencetus gagasan, dalam hal ini yaitu kepala desa sebagai ketua kelompok.
Pengembangan kawasan wisata pesisir ditujukan sebagai : 1 alternatif lahan pekerjaan tambahan agar masyarakat memiliki kesempatan
untuk menambah penghasilan guna mewujudkan kondisi kehidupan dan penghidupan yang relatif layak.
2 upaya memanfaatkan sumber daya lahan timbul 3 sarana rekreasi yang dapat terjangkau oleh semua kalangan
Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Tata Husein selaku ketua pengelola kawasan sekaligus sebagai Kepala desa :
“Daripada mubazir tanah ini Saya kembangkan sebagai kawasan wisata untuk membuka alternatif lahan pekerjaan agar menambah pendapatan
penduduk sekaligus sebagai sarana rekreasi yang murah dan terjangkau oleh masyarakat, karena saya menyadari sulit untuk mencari fasilitas
hiburan di wilayah Kecamatan Pedes.................”
Upaya kelompok untuk mencapai tujuan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik, tetapi untuk tujuan pemeliharaan kawasan wisata, baik secara
sosial, ekologis maupun keagrariaan sebagai penopang keberlanjutan kawasan belum dilaksanakan secara optimal, sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Tata
Husein selaku ketua pengelola kawasan : “Saya sudah berusaha untuk menggerakkan anak buah saya dan para
pedagang di sini untuk tetap menjaga kebersihan, memelihara pohon- pohon mangrove yang sudah di tanam, tapi ya itu.........susah, harus saya
marah-marah dulu baru sadar, belum lagi kalau sudah ramai pengunjung........”
100
6.1.2. Kepemimpinan
Siagian, P. Sondang 1979 mengemukakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang agar bekerja
sama menuju pada suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan. Hakekat kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain.
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-orang atau pihak lain melalui komunikasi, baik langsung
maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan pihak lain agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti
kehendak pemimpin. Penetapan pimpinan atau ketua didalam Kelompok Pengelola Kawasan
Wisata tidak dilakukan melalui suatu proses pemilihan tertentu, melainkan berlangsung secara alamiah. Proses penetapan pimpinan atau ketua lebih
didasarkan pada pertimbangan : 1 ketua kelompok merupakan penggagas utama sekaligus penyandang dana
atau sumber pembiayaan. 2 ketua kelompok adalah sebagai kepala desa yang masih aktif.
Gaya kepemimpinan yang dilaksanakan oleh ketua kelompok terhadap anggota maupun para pedagang di kawasan wisata cenderung masih bersifat
mendominasi, walaupun pendekatan-pendekatan atau komunikasi yang dilaksanakan lebih didasarkan pada hubungan informal kekerabatan dan
pertemanan. Upaya-upaya pemeliharaan keindahan dan kebersihan kawasan wisata, penyelesaian permasalahan-permasalahan sosial dan keagrariaan
sangat tergantung pada keputusan, instruksi dan gerakan dari ketua kelompok. Bagi anggota kelompok maupun para pedagang di lokasi wisata tidak merasakan
adanya masalah-masalah yang berarti terkait dengan pelaksanaan kepemimpinan atau ketua kelompok pengelola kawasan wisata, sebagaimana
diungkapkan oleh Pak Waryono selaku humas Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru” :
“Pak lurah orang yang baik, kita bisa leluasa untuk ngobrol tentang apa saja. Tapi untuk hal-hal yang terkait dengan Samudera Baru semua
tergantung pada keputusan Pak Lurah, saya tidak berani melanggar.............”
101
6.1.3. Pembagian Tugas dan Peranan