Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi

30 1. Nilai, merupakan tujuan umum yang menjadi penuntun bagi terjadinya social movement, menyangkut hal-hal baik atau buruk, negatif atau positif. 2. Norma, merupakan aturan yang menuntun keseluruhan upaya pencapaian sasaran social movement, menyangkut aspek-aspek tertulis atau tidak tertulis. 3. Proses, yang mendasari terjadinya aksi-aksi kolektif 4. Momentum, merupakan situasi sosial yang sangat mendukung terjadinya suatu tindakan sosial.

2.4. Kelembagaan dan Pembangunan Ekonomi

Faktor kelembagaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang memungkinkan adanya pembagian kerja secara seimbang, peningkatan pendapatan, perluasan upaya kegiatan serta kebebasan untuk memperoleh peluang usaha. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai strategi utama bagi pembangunan sosial. Midgley alih bahasa oleh Setiawan dan Abbas 2005 mengungkapkan bahwa pembangunan sosial merupakan proses perubahan sosial yang terencana yang didisain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk secara menyeluruh dengan menggabungkannya dengan pembangunan ekonomi yang dinamis. Soemarjan dalam Soekanto 2002 mengungkapkan rumusan perubahan sosial sebagai segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat. Gillin dan Gillin dalam Soekanto 2002 mengemukakan perubahan sosial sebagai variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Dengan demikian, dibutuhkan ‘keseimbangan’ dan ‘kesatuan’ pembangunan sosio-ekonomi sebagai gabungan komponen pembangunan sosial dan pembangunan ekonomi. Saptana et al., 2003 mengungkapkan bahwa terdapat tiga pilar utama kelembagaan sebagai pendukung ekonomi, yaitu: 1. Kelembagaan komunitas lokal tradisional voluntary sector perlu ditransformasikan ke arah kelembagaan komunitas lokal yang maju dan responsif terhadap perubahan. 31 2. Kelembagaan pasar private sector; kelembagaan pasar dapat menciptakan pelaku-pelaku ekonomi rakyat yang memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi, ulet, tidak mengenal lelah serta dinamis dalam mengikuti perubahan. 3. Kelembagaan politik ditingkat lokal public sector; kelembagaan ini dapat mempermudah akses masyarakat dalam pengambilan keputusan pada tingkat otonomi yang lebih tinggi Dengan demikian, Kelompok Pengelola Kawasan Wisata sebagai suatu kelembagaan yang bersifat lokal tradisional, agar dapat meningkatan kondisi kehidupan sosio ekonomi serta menjadi aktivitas wisata yang berkelanjutan harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan kelembagaan baik private sector maupun public sector.

2.5. Pembangunan Berkelanjutan