16 Pariwisata memiliki ciri-ciri khas ekonomis sebagaimana diungkapkan oleh
Spillane 1994, yaitu : 1. Permintaan produk pariwisata sangat tergantung pada musim.
2. Permintaan dipengaruhi oleh faktor luar dan pengaruh yang tidak dapat atau sulit diramalkan, misalnya perubahan cuaca, iklim politik.
3. Permintaan tergantung pada banyaknya motivasi yang rumit; terdapat lebih dari satu alasan mengapa seorang wisatawan melakukan perjalanan, jarang
ada unsur loyalitas, mereka lebih cenderung mengunjungi tempat yang berbeda daripada kembali ke tempat yang sama.
4. Pariwisata sangat elastis terhadap harga dan pendapatan, permintaan sangat dipengaruhi oleh perubahan yang relatif kecil dalam harga dan pendapatan;
apabila harga atau pendapatan naik atau turun, perubahan tersebut sangat mempengaruhi konsumsi jasa-jasa pariwisata.
Berdasarkan uraian di atas, meskipun pengertian dan pemahaman tentang wisata berbeda-beda, tetapi konsep wisata yang dimaksudkan dalam kajian ini
adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang untuk berlibur pada suatu tempat, guna menikmati objek atau atraksi wisata, dalam hal ini adalah
keindahan alam pesisir yang terdapat di Desa Sungaibuntu.
2.2.2. Dampak
Aktivitas wisata disamping memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif. Dampak yang bersifat positif khususnya pariwisata internasional
menurut Inpres Nomor 9 Tahun 1969 dalam Yoeti 1996a yaitu : 1. Meningkatkan pendapatan devisa dan pedapatan negara
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan budaya bangsa. 3. Meningkatkan persaudaraan serta persahabatan nasional dan internasional.
Marpaung dan Bahar 2002 mengungkapkan bahwa pariwisata memiliki dampak positif, yaitu mempengaruhi pendapatan atau penghasilan penduduk,
membuka lahan pekerjaan dan memacu bisnis kecil-kecilan. Namun, disamping memiliki dampak positif, pariwisata juga memiliki dampak negatif, diantaranya
yaitu : 1. Terjadinya penurunan moral, sikap dan nilai-nilai dalam masyarakat, seperti
meningkatnya kejahatan, munculnya perjudian dan prostitusi.
17 2. Terjadinya perusakan terhadap lingkungan dan konservasi, seperti
menurunnya nilai hutan lindung, nilai sejarah dan kebudayaan serta menurunnya nilai daerah wisata.
Pengembangan kawasan wisata terjadi karena adanya daya tarik wisata yang ditawarkan, dalam hal ini yaitu keindahan alam pesisir. Untuk
mengembangkan kawasan wisata secara berkelanjutan agar mampu membuka alternatif lahan pekerjaan tambahan bagi komunitas, maka pengembangan
kawasan wisata sesuai dengan konteks lokal melalui strategi atau pendekatan kelembagaan, baik kelembagaan lokal maupun pemerintah menjadi alternatif
solusi.
2.2.3. Pariwisata secara Tepat
Pengembangan pariwisata memiliki dampak positif dan dampak negatif. Untuk itu, kepariwisataan harus dikembangkan berdasarkan pada konsep-
konsep pariwisata secara tepat. Marpaung dan Bahar 2002 mengemukakan prinsip-prinsip kepariwisataan yang tepat, diantaranya yaitu:
1. Secara aktif mendorong kelangsungan peninggalan di suatu daerah kebudayaan, sejarah dan alam sehingga menjadi aktivitas pariwisata yang
berkelanjutan. 2. Memberdayakan masyarakat lokal, mulai dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan dan pengevaluasian sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan bagi pengunjung.
3. Membangun rasa bangga masyarakat lokal. 4. Membantu memelihara pola-pola atau gaya hidup dan nilai-nilai setempat.
Dengan demikian, konsep pariwisata secara tepat mengandung pengertian bahwa aktivitas yang dilaksanakan harus mempertimbangkan aspek-aspek
sesuai dengan konteks lokal, yaitu mampu memberdayakan masyarakat lokal, membangun rasa bangga masyarakat lokal, memelihara pola-pola atau gaya
hidup dan nilai-nilai setempat atau dengan kata lain yaitu pelaksanaan aktivitas wisata dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor-faktor ekonomi,
sosial, ekologis dan status keagrariaan sesuai dengan konteks lokal.
18
2.2.4. Perkembangan