114
Tabel 18 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan BPD No. Aspek
Potensi Efektivitas
1. Profil Kelem-
bagaan BPD Dinilai cukup ”vokal” dan
”berani” dalam mengungkapkan
pendapat-pendapatnya atas nama kepentingan
masyarakat. Disinyalir bahwa semua persoalan bisa “dikompromikan”,
diambangkan dan tidak ada tindak lanjut atau penyelesaian yang jelas
2. Keberadaan dan aktivitas
Kawasan Pada prinsipnya
mendukung gagasan pengembangan kawasan
wisata Dukungan yang diberikan tidak efektif, karena :
Tujuan : dipandang lebih cenderung pada aspek ekonomi sehingga mengabaikan ketaatan terhadap norma dan nilai-nilai masyarakat,
khawatir dengan semakin berkembangnya fenomena prostitusi
Jabatan sebagai kepala desa, hubungan dan kedekatan dengan pejabat di daerah menjadikan ketua kelompok memiliki kekuasaan
untuk memanfaatkan tanah timbul yang ada tanpa status hukum atau aturan main yang jelas, juga;
Aktivitas yang dilaksanakan seolah menjadi milik pribadi atau sekelompok orang, sehingga tidak ada pertanggungjawaban baik
secara adminsitratif maupun finansial atau tidak transparans. Kelompok pengelola kawasan wisata seolah menjadi bagian
terpisah dari komunitas
Tidak atau belum melibatkan kelembagaan lokal dalam perencanaan ke depan dan kurang atau tidak responsif terhadap
kebutuhan masyarakat
Pembagian tugas dan peranan tidak jelas sehingga tidak ada pertanggungjawaban yang jelas kepada desa baik dari segi
administrasi maupun finansial
Tidak ada kerja sama sehingga tidak pernah melibatkan kelembagaan BPD dalam perencanaan dan perumusan kebijakan
Kelompok Pengelola Kawasan Wisata seolah menjadi bagian terpisah dari komunitas
6.7.2. Kelembagaan LPM
LPM atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ini beranggotakan warga masyarakat desa yang memiliki ketaatan pada ajaran agama Islam. Memiliki
keberanian untuk mengungkapkan kritik, saran dan masukan secara lugas dan terbuka. Berupaya untuk menjaga citra dan nama baik desa. Lembaga ini
berusaha memberikan saran dan masukan agar nama desa yang dalam sejarah dikenal karena maraknya aktivitas prostitusi tidak kembali melekat karena
adanya kawsan wisata “Samudera Baru. Data kepengurusan LPM dapat dilihat sebagaimana Lampiran 5. Analisis tentang potensi dan efektivitas Kelembagaan
LPM dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini :
115
Tabel 19 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan LPM No.
Aspek Potensi
Efektifitas 01 02
03 04
1. Profil Kelembagaan
LPM Kelembagaan ini dinilai
”vokal, berani, agamis tetapi sebagian pihak
menilai ”kaku”. Karena potensi yang dimiliki tersebut, lembaga ini
kadang-kadang tidak dilibatkan dalam rapat-rapat desa
2. Keberadaan dan
Aktivitas Kawasan Pada prinsipnya setuju
dan mendukung keberadaan kawasan
Dukungan yang diberikan tidak efektif, karena :
Terkait dengan kepemimpinan rangkap yang dianggap menyebabkan tidak adanya
pertanggungjawaban secara administratif maupun finansial, sehingga keuntungan atau
manfaat ekonomi hanya dinikmati oleh pribadi atau management
Tidak ada kerjasama dengan kelembagaan LPM sehingga pihak management tidak atau
belum memberikan peluang bagi kelembagaan ini untuk berpartisipasi, baik dalam diskusi
maupun dialog
Dinilai tidak membawa manfaat dan kemaslahatan bagi warga
Munculnya fenomena mabuk-mabukan dan prostitusi dipandang bahwa Kelompok
Pengelola Kawasan Wisata lebih berorientasi pada tujuan ekonomi sehingga menghalalkan
segala cara termasuk penyimpangan terhadap nilai-nilai dan norma-norma agama sehingga
dipandang sebagai tempat atau sumber maksiat
6.7.3. Kelembagaan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda dan Pengusaha
Tokoh merupakan sosok orang yang dijadikan panutan oleh masyarakat karena dianggap memiliki suatu kelebihan dibandingkan dengan anggota
masyarakat yang lain. Kelebihan ini diantaranya karena kemampuannya memikat hati orang lain, kemampuannya untuk membina hubungan yang serasi dengan
orang lain atau keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. “Penokohan” ini merupakan wujud dari kepemimpinan yang sifatnya informal sebagaimana
diungkapkan oleh Siagian P. Sondang 1979. Data tentang tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan pengusaha
dapat dilihat sebagaimana Lampiran 6. Analisis potensi dan efektivitas
116 kelembagaan tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan pengusaha
lokal dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini :
Tabel 20 Analisis Potensi dan Efektivitas Kelembagaan Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh
Masyarakat dan Pengusaha No.
Kelembagaan Aspek
Potensi Efektivitas
01 02 03
04 05
1. Tokoh Masyarakat
Profil kelembagaan
Tokoh Masyarakat
Tokoh ini dinilai cukup ”vokal” dan ”berani”
Karena kekuatan yang dimili- kinya, lembaga ini seringkali
diabaikan dalam rapat-rapat desa
Keberadaan dan Aktivitas Kawasan
Pada prinsipnya setuju dan mendukung
keberadaan kawasan jika dapat memberikan
manfaat bagi orang banyak
Dukungan tidak diwujudkan secara nyata, karena;
Ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata merangkap
sebagai kepala desa telah memberikan kekuasaan yang
luas untuk memutuskan dan mengambil kebijakan tanpa
kerja sama, diskusi serta dialog dengan kelembagaan
lokal. Hal ini menyebabkan :
Kelompok Pengelola Wisata seolah menjadi bagian
terpisah dari komunitas, dapat memanfaatkan tanah
timbul tanpa aturan main yang jelas, berkembangnya
fenomena prostitusi
2. Tokoh Agama
Profil kelembagaan
Tokoh Agama Tokoh ini dinilai cukup
”vokal” dan ”berani” serta ”agamis”
Karena kekuatan yang dimilikinya, lembaga ini
seringkali diabaikan dalam rapat-rapat desa
Keberadaan dan Aktivitas Kawasan
Pada prinsipnya setuju dan mendukung
keberadaan kawasan jika dapat membawa
kemaslahatan bagi orang banyak
Dukungan tidak diwujudkan secara nyata, karena;
Terkait dengan tujuan kelompok yang mengabaikan
ketaatan terhadap nilai-nilai agama sehingga memelihara
aktivitas prostitusi
Kepemimpinan yang kurang respons terhadap keluhan
tokoh agama serta tidak ada pertanggungjawaban yang
jelas kepada desa, baik dari segi administrasi maupun
finansial
Tidak adanya dialog dan kerjasama dengan tokoh
agama
117
Lanjutan Tabel 20 No. Kelembagaan
Aspek Potensi
Efektivitas 01 02
03 04
05
3. Tokoh Pemuda
Keberadaan dan Aktivitas
Kawasan Salut dan pada
prinsipnya mendukung
aktivitas pengembangan
kawasan wisata Berbeda dengan kelembagaan lokal
yang lain, tokoh ini memandang dampak sosial yang ditimbulkan,
seperti fenomena prostitusi sebagai “hal biasa”. Sikap salut dan
mendukung juga disertai dengan sikap menyayangkan, karena :
Tidak adanya kerjasama kelompok dengan kelembagaan lokal yang ada
di desa dan tidak adanya kontribusi ataupun manfaat yang bisa dinikmati
oleh komunitas secara luas serta lebih berorientasi bagi keuntungan pribadi
atau kelompok
4. Pengusaha Profil
Kelembagaan Pengusaha
Potensial bagi pe- ngembangan kerja
sama atau jejaring karena memiliki
kekuatan modal finansial bagi
investasi dan promosi
pengembangan kawasan
Upaya pengembangan kerjasama atau jejaring belum dapat diwujud-
kan karena adanya pandangan rasionalitas, fisibilitas dan profit
oriented, terkait dengan luas kawasan yang terbatas, ditambah
semakin menyempit karena ancaman abrasi air laut serta;
Tidak adanya legalitas dan kejelasan struktur menyulitkan upaya kerja
sama. Untuk itu, perlu dibangun kerja sama dengan pihak-pihak yang
mendukung upaya-upaya untuk mempertahankan luas kawasan dan
upaya untuk memperjelas status dan struktur organisasi pengelola
kawasan
6.7.4. Kelembagaan Pemerintah