Analisis Situasi terhadap Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru”

104 Tabel 14 Profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” NO ASPEK PROFIL 1. Tujuan ƒ Tidak dituangkan secara tertulis atau bersifat implisit ƒ Ditetapkan oleh pencetus gagasan, dalam hal ini yaitu ketua kelompok ƒ Terfokus pada upaya peningkatan pendapatan 2. Kepemimpinan ƒ Tidak ditetapkan melalui suatu proses pemilihan tertentu atau berlangsung alamiah. ƒ Lebih didasarkan pada pertimbangan : ketua kelompok adalah pemilik ide utama, sebagai penyandang dana sekaligus menjabat sebagai kepala desa yang masih aktif ƒ Proses penyebaran pengaruh melalui komunikasi langsung dan bersifat informal, yaitu berdasarkan pada hubungan kekerabatan dan pertemanan 3. Pembagian tugas dan peranan ƒ Tidak dituangkan secara tertulis atau bersifat implisit serta belum dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. ƒ Proses pembagian tugas dan peranan didasarkan pada keputusan atau instruksi lisan ketua kelompok 4. Pola hubungan dan komunikasi ƒ Terjalin pola hubungan dan komunikasi antara anggota, ketua dan para pedagang di kawasan wisata secara : harmonis, langsung, dilaksanakan pertemuan kelompok dua minggu sekali ƒ Terjalin pola hubungan dan komunikasi dengan Kepala UPTD PKP, meskipun berifat informal dan tidak atau belum diagendakan secara periodik 5. Kerjasama ƒ Anggota kelompok memiliki kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain ƒ Dasar pertimbangan hubungan kerja sama, baik dalam bentuk diskusi, konsultasi cenderung dilakukan dengan pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat ekonomi atau karena hal-hal yg sifatnya mendesak 6. Pengetahuan ƒ Wawasan, pemahaman tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata diperoleh atas dasar pemikiran-pemikiran sendiri

6.2. Analisis Situasi terhadap Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru”

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman pada awal kajian Praktek Lapangan I : Pemetaan Sosial, pemimpin atau ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” merupakan sosok yang memiliki pengaruh cukup kuat dalam menentukan semua keputusan. Hal ini diantaranya disebabkan karena ketua kelompok sekaligus sebagai kepala desa, pencetus ide atau gagasan, pemilik anggaran serta didukung penuh oleh para anggota kelompok. Tidak mudah bagi penulis untuk menggali semua informasi tentang aktivitas di 105 kawasan tersebut. Di luar wawancara ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata tidak jarang mengecek pada anggota kelompok tentang hal-hal apa yang dibahas serta menyampaikan peringatan pada anggota kelompok agar tidak membawa penulis pada wilayah tertentu dari kawasan wisata. Hal ini menghadirkan pertanyaan dalam benak penulis : “ada apa sebenarnya dibalik semua pengembangan kawasan ini?”. Untuk memahami lebih jauh tentang aktivitas di kawasan tersebut, penulis melakukan penggalian informasi dari aparat desa, anggota masyarakat yang tinggal tidak jauh dari lokasi wisata, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, pengurus BPD dan LPM bahkan isteri dari ketua itu sendiri. Pembicaraan dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum terkait dengan kondisi kehidupan sosial ekonomi komunitas desa dan akhirnya menjurus pada informasi-informasi terkait dengan pengembangan kawasan wisata. Selanjutnya pada saat penulis melakukan Praktek Lapangan II Evaluasi Kegiatan dan Kajian Pengembangan Masyarakat, informasi-informasi tentang pengembangan kawasan wisata mulai lebih terbuka, bahkan pada saat FGD stakeholders kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh pihak-pihak terkait yang diundang, melainkan oleh pihak lain yang juga memiliki perhatian terhadap keberadaan kawasan ini. Namun sikap hati-hati dan kewaspadaan tetap penulis jaga, mengingat situasi dan kondisi sebagai berikut : 1. Ketua Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” adalah juga kepala desa. Pada saat Praktek Lapangan ini dilaksanakan, masa jabatan kepala desa menjelang berakhir dan tengah mempersiapkan diri untuk mencalonkan kembali; menggali informasi dan pelaksanaan FGD stakeholders terkait dengan permasalahan-permasalahan Kelompok Pengelola dan pengembangan kawasan wisata terkesan dapat menggiring opini umum yang negatif terhadap kepala desa dan hal ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi proses pemilihan kepala desa. 2. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” dibangun atas kepercayaan hubungan kekerabatan dan kekeluargaan. Kondisi ini menyulitkan untuk memperoleh informasi secara transparan dari anggota kelompok. Namun demikian, konsistensi informasi dapat diatasi dengan melakukan kontrol atau cross check melalui pihak-pihak terkait. 106

6.3. Analisis Potensi