45 1. Meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan dan
sikap 2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen,
keuangan dan budaya 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan
dan mengantisipasi perubahan. Selanjutnya hasil yang diharapkan adalah ; 4. Penguatan individu, organisasi dan masyarakat
5. Terbentuknya model pengembangan kapasitas dan program, serta 6. Terbangunnya sinergitas pelaku dan kelembagaan
2.8. Kerangka Analisis
Keberfungsian sosial mengarah pada cara yang dipergunakan orang dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memecahkan permasalahan maupun
memenuhi kebutuhannya. Sebagai salah satu akibat dari adanya ketidakmampuan dalam melaksanakan keberfungsian sosial ini adalah masih
ditemukannya kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang tidak layak. Kondisi kehidupan dan penghidupan tidak layak yang terjadi di Desa Pesisir
Sungaibuntu telah memunculkan inisiatif lokal untuk menjalin kerjasama guna memanfaatkan keindahan alam pesisir dalam kegiatan wisata. Upaya untuk
mengembangkan kemampuan secara kolektif dilakukan melalui suatu pendekatan strategis, yaitu penguatan kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata
“Samudera Baru”. Penguatan kelembagaan pengelola kawasan wisata ini diperlukan untuk menopang keberlanjutan pengembangan kawasan wisata.
Penguatan Kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” dalam upaya pengembangan kawasan wisata berbasis komunitas lokal terkait
dengan profil kelembagaan yang meliputi aspek-aspek tujuan, kepemimpinan, pembagian tugas dan peranan, pola hubungan dan komunikasi, kerja sama serta
pengetahuan. Diasumsikan bahwa profil kelembagaan tersebut mempengaruhi permasalahan-permasalahan dalam pengembangan kawasan wisata.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada prinsipnya dikategorikan sebagai permasalahan terkait dengan faktor-faktor ekonomi, sosial, ekologis dan
keagrariaan. Melalui penguatan kelembagaan Pengelola Wisata terkait dengan profil
kelembagaan yang meliputi aspek-aspek tujuan, kepemimpinan, pembagian
46 tugas dan peranan, pola hubungan dan komunikasi, kerja sama serta
pengetahuan diharapkan : 1 terwujud suatu aktivitas pengembangan kawasan wisata yang tidak berorientasi pada aspek ekonomi semata-mata, melainkan
tetap memperhatikan aspek-aspek ekologis, keagrariaan dan sosial; 2 keindahan alam dan lingkungan pesisir sebagai atraksi atau objek wisata yang
ditawarkan dapat tetap terjaga dan terpelihara sehingga kawasan wisata akan tetap bertahan dan berkelanjutan; 3 pengembangan kawasan wisata pesisir
merupakan wahana bagi pengembangan masyarakat, melalui aktivitas ini diupayakan mampu menumbuhkan pola hubungan dan gerakan koperatif dari
Kelompok Pengelola Kawasan Wisata dengan stakeholders atau pihak-pihak penanggung kepentingan, seperti kelembagaan komunitas lokal Badan
Perwakilan Permusyawaratan Desa, LPM, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan kelembagaan pemerintah terkait; 4 melalui peningkatan
pola hubungan dan gerakan koperatif dengan stakeholders diharapkan dapat terjalin suatu kontrol atau pengendalian sosial sehingga dapat meminimalisir
dampak-dampak negatif yang ditimbulkan, seperti adanya fenomena prostitusi terselubung.
Pemahaman tentang profil kelembagaan Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” dan masalah-masalah yang dihadapi memberikan kontribusi
bagi alternatif solusi serta strategi yang harus disusun atau dikembangkan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
Strategi pengembangan masyarakat secara partisipatif dibutuhkan dalam upaya-upaya penentuan pemecahan masalah yang didasarkan pada tiga pilar
utama kelembagaan, yaitu kelembagaan komunitas lokal tradisional voluntary sector, kelembagaan pasar private sector dan kelembagaan politik ditingkat
lokal political sector. Melalui pengembangan jejaring atau kerjasama ini diharapkan melahirkan perubahan ide, gagasan dan harapan akan adanya
sejumlah peranan sosial dan sistem nilai serta aturan-aturan baru dalam sistem pengembangan kawasan wisata, yaitu sistem pengembangan kawasan wisata
sesuai dengan konteks lokal dan berbasis komunitas lokal. Kerangka analisis kajian dapat ditelaah dari gambar berikut ini :
47
47
PENYUSUNAN PROGRAM
PENGUATAN KELOMPOK DALAM
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
ALTERNATIF STRATEGI
PENGUATAN KELOMPOK
DALAM PENGEMBANGAN
KAWASAN WISATA
SISTEM PENGEMBANGAN
KAWASAN WISATA
SESUAI KONTEKS LOKAL
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA
BERKELANJUTAN OUTCOMES
PROFIL KELOMPOK PENGELOLA KAWASAN
WISATA ”SAMUDERA BARU”
Aspek-aspek : Tujuan
Kepemimpinan Pembagian Tugas
dan Peranan Pola Hubungan dan
Komunikasi Kerjasama
Pengetahuan
PERMASALAHAN- PERMASALAHAN
YANG DIHADAPI
Gambar 3 Kerangka Analisis Pengembangan Kawasan Wisata Pesisir Berbasis Komunitas Lokal
48
42
43
Definisi Operasional
1. Komunitas pesisir merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah Desa Sungaibuntu, memiliki rasa identitas sebagai suatu
komunitas dan rasa loyalitas terhadap komunitas itu sendiri. 2. Pariwisata merupakan aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang untuk
berlibur guna menikmati objek atau atraksi wisata, dalam hal ini adalah keindahan alam pesisir yang terdapat di Desa Sungaibuntu.
3 . Pengembangan kawasan wisata secara tepat yaitu pelaksanaan aktivitas
wisata dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor-faktor ekonomi, sosial, ekologis dan status keagrariaan sesuai dengan konteks lokal.
4. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata adalah sekumpulan individu berjumlah sepuluh orang yang berinteraksi secara tatap muka, lebih didasarkan pada
hubungan kekerabatan, berfungsi memenuhi kebutuhan sarana rekreasi masyarakat.
5. Kelembagaan mengacu pada peranan-peranan yang ditampilkan dan peraturan-peraturan serta sistem nilai yang ada pada Kelompok Pengelola
Kawasan Wisata “Samudera Baru” terkait dengan aspek-aspek tujuan, kepemimpinan, pembagian tugas dan peranan, pola hubungan dan
komunikasi, kerjasama serta pengetahuan yang dimiliki. 6. Modal sosial merupakan suatu sistem pengembangan kawasan wisata yang
terbentuk melalui pengembangan kepercayaan serta kerjasama baik horizontal maupun vertikal.
7. Pekerjaan Sosial merupakan aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas
mereka serta menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif bagi keberfungsian sosial mereka.
44 8. Keberfungsian sosial mengacu pada kemampuan atau tatacara yang
dipergunakan orang dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memecahkan permasalahan maupun memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
9. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya yang dilakukan terus menerus dan bertujuan menempatkan Kelompok Pengelola Kawasan Wisata pada
posisi dan peranan sebagaimana mestinya dan mengembangkan keterlibatan aktif kelembagaan lokal dan pemerintah sehingga terjalin hubungan serasi
dan dinamis guna memelihara keseimbangan antara faktor ekonomi dengan faktor-faktor sosial, ekologi dan keagrariaan.
10. Relevansi
1. Komunitas pesisir merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati wilayah Desa Sungaibuntu. dimana satu sama lain saling berinteraksi, menurut
suatu sistem adat istiadat serta diikat oleh suatu rasa identitas komunitas yang memiliki ciri-ciri, yaitu adanya kesatuan wilayah, kesatuan adat-istiadat, rasa
identitas sebagai suatu komunitas dan rasa loyalitas terhadap komunitas itu sendiri”.
45 2. Pariwisata merupakan aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang untuk
berlibur pada suatu tempat, guna menikmati objek atau atraksi wisata, dalam hal ini adalah keindahan alam pesisir yang terdapat di Desa Sungaibuntu.
3
. Pengembangan kawasan wisata secara tepat yaitu pelaksanaan aktivitas
wisata dengan memperhatikan keseimbangan antara faktor-faktor ekonomi, sosial, ekologis dan status keagrariaan sesuai dengan konteks lokal.
4. Kelompok Pengelola Kawasan Wisata adalah sekumpulan dua individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, berfungsi memenuhi kebutuhan
rekreasi masyarakat, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok dan menyadari keberadaan orang lain sebagai anggota kelompok
serta menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.
5. Kelembagaan merupakan sejumlah peranan sosial dan peraturan-peraturan serta sistem nilai yang ada pada Kelompok Pengelola Kawasan Wisata
“Samudera Baru” dalam upaya menciptakan kawasan wisata pesisir yang mampu menopang agar kegiatan tersebut berkelanjutan sehingga mampu
meningkatkan kondisi kehidupan dan penghidupan komunitas secara layak dengan meminimalisir dampak-dampak negatif yang ditimbulkan.
6. Modal sosial merupakan suatu sistem yang terbentuk melalui pengembangan hubungan-hubungan aktif, partisipasi, penguatan pemilikan komunitas,
kepercayaan, norma-norma yang mengatur dan penegakkan sanksi serta jejaring baik horizontal maupun vertikal.
7. Pekerjaan Sosial merupakan aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas
mereka serta menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif bagi keberfungsian sosial mereka.
8. Keberfungsian sosial merupakan tatacara yang dipergunakan orang dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, memecahkan permasalahan maupun
memenuhi kebutuhannya. 9. Pembangunan berkelanjutan sebagai upaya yang terus menerus dilakukan
dan bertujuan menempatkan manusia pada posisi dan peranannya yang wajar
46 dan mengembangkannya sehingga dapat berhubungan serasi dan dinamis ke
luar dan berkembang serasi, selaras dan seimbang di dalam. 10. Pemberdayaan
11. Relevansi
Berdasarkan uraian tentang kensep pariwisata di atas, penulis mengambil batasan konsep pariwisata sebagai upaya memberdayakan komunitas melalui
penguatan terhadap kelembagaan lokal ditimbulkan sehingga menjadi aktivitas pariwisata yang berkelanjutan sustainable. Upaya pengembangan
kepariwisataan dengan berbasis komunitas lokal ini diantaranya dilaksanakan melalui pendekatan dengan meningkatkan atau mengembangkan kelembagaan
komunitas lokal.
47
Kegiatan pengembangan masyarakat atau community development diartikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup
keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat...Hal ini meliputi berbagai kegiatan
pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah... [pengembangan masyarakat] harus
dilakukan melalui gerakan koperatif dan harus berhubungan dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat...Pernyataan ini sesuai dengan ungkapan Brokensha
dan Hodge 1969 sebagaimana dikutip Rukminto 2003 : “Community development is a movement designed to promote better living for the
whole community with the active participation, and, if possible, on the initiative of the community... it includes the whole range of the development activities in the
district whether these are undertaken by government or unofficial
48 bodies...[Community development] must make use of the cooperative movement
and must be put into effect in the closest association with local government bodies”.
Polak dalam Sosiologi Umum 2003 merupakan suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilsi-nilai yang
penting dengan tujuan untuk mengatur antar hubungan dalam upaya memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Dengan demikian, Pengembangan
kelembagaan merupakan faktor yang dipandang penting karena apabila upaya- upaya peningkatan pendapatan atau pembangunan ekonomi diinginkan akan
tetap berlanjut maka hubungan, sikap dan pranata sosial dalam masyarakat harus diperbaiki Daryanto, 2004.
Aktivitas pariwisata pesisir dan lautan semakin dominan seiring dengan dimasukkannya sektor maritim dalam GBHN 1999 serta dibentuknya
Departemen Eksplorasi Lautan dan Perikanan DELP. Kebijakan pembangunan diarahkan pada 3 kebijakan strategis yang terintegrasi, yakni Kebijakan ekonomi,
Kebijakan sumberdaya alam dan lingkungan serta Kebijakan kelembagaan. Penjabaran dari kebijakan tersebut diantaranya pengembangan wilayah pesisir
melaui aktivitas pariwisata.
III. METODE KAJIAN
3.1. Batas-Batas Kajian
Tipe kajian bersifat deskriptif atau penguraian terhadap suatu kejadian atau gejala sosial secara lengkap, rinci dan mendalam. Unit analisis dalam kajian ini
berada pada aras mikro dan messo, yaitu individu-individu yang terlibat dan terikat pada wadah atau Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru”
sebanyak 10 orang dan informan sebagai pihak-pihak terkait stakeholders dalam pengembangan kawasan wisata berbasis komunitas lokal, yang terdiri dari :
1. Para pedagang di kawasan wisata sebanyak 20 orang jumlah keseluruhan ada 30 orang, 10 orang diantaranya berjualan secara musiman
2. Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Kelautan dan Perikanan UPTD PKP Kecamatan Pedes.
3. Tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan aparat pemerintah Desa Sungaibuntu, termasuk BPD Badan PerwakilanPermusyawaratan Desa,
LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. 4. Aparat Pemerintah Kecamatan Pedes, meliputi Camat, Kasi. Pemberdayaan
Masyarakat Desa PMD. 5. Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Penerangan, Pariwisata dan Budaya
Kabupaten Karawang.
3.2. Strategi Kajian
Strategi kajian menggunakan studi kasus, yaitu penerapan serangkaian metode kerja multi metode penelitian untuk memperoleh pengetahuan dan
pemahaman tentang pengembangan kawasan wisata pesisir berbasis komunitas lokal. Alasan studi kasus sebagai strategi kajian adalah :
1. Studi kasus meneliti suatu kejadian atau gejala sosial yang sifatnya kontemporer atau masa kini dalam konteks kehidupan nyata; masih sedikit
dimengerti, mengidentifikasi perubahan-perubahan penting; menjelaskan faktor penyebab dan jaringan sebab akibat kejadian atau gejala sosial; hasil
kajian bersifat lengkap, rinci dan mendalam. Studi kasus dalam hal ini, mencakup suatu gejala atau aktivitas Kelompok Pengelola Kawasan Wisata