102 mempertimbangkan masukan, pendapat dan usulan dari anggota. Pertemuan
didalam kelompok dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Pola hubungan dan komunikasi dengan UPTD PKP telah dirintis dalam
bentuk permohonan izin lisan bagi pemanfaatan tanah timbul untuk dijadikan kawasan wisata; diskusi dan konsultasi dalam upaya-upaya penanganan abrasi
air laut yang telah mengakibatkan kawasan wisata semakin menyempit. Tetapi, pola hubungan dan komunikasi ini tidak berlangsung secara periodik.
Pola hubungan dan komunikasi dengan Dinas Penerangan, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang dan kelembagaan-kelembagaan lokal BPD,
LPM, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat baik dalam bentuk masukan, saran, usulan dan pendapat belum pernah dilakukan.
6.1.5. Kerjasama
Kesinambungan suatu kelompok serta aktivitasnya dapat terancam apabila terdapat hambatan-hambatan, gangguan, keterbatasan kemampuan atau
ancaman baik yang bersumber dari internal kelompok maupun eksternal kelompok. Untuk itu penting dikembangkan adanya kerjasama dengan pihak-
pihak terkait. Inisiatif untuk bekerjasama dengan pihak lain tidak selalu muncul dari
pimpinan atau ketua kelompok. Kerjasama yang telah berlangsung selama ini adalah dengan pihak swasta. Upaya bekerjasama dengan pihak pemerintah,
seperti UPTD PKP telah dirintis dengan baik. Kerjasama dengan Dinas Penerangan, Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karawang pernah
dilakukan dalam bentuk pengajuan anggaran bagi pengembangan kawasan, tetapi hal ini belum dapat direalisasikan. Upaya-upaya kerjasama atau upaya
untuk melibatkan kelembagaan-kelembagaan lokal BPD, LPM, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat belum dilaksanakan.
Dasar pertimbangan hubungan kerjasama, baik dalam bentuk diskusi atau konsultasi dilakukan dengan pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat
ekonomi atau karena hal-hal yang sifatnya mendesak, seperti halnya kerjasama dengan UPTD PKP dalam menanggulangi ancaman abrasi melalui penanaman
mngrove; tidak atau belum diupayakan dialog atau diskusi dengan kelembagaan- kelembagaan lokal yang diperkirakan merasa khawatir dan tidak berkenan
dengan keberadaan kawasan tersebut.
103
6.1.6. Pengetahuan
Keraf A. Sonny 2001 mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang
dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya; mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu juga
mencakup praktek atau kemampuan teknis dalam memecahkan berbagai persoalan hidup yang belum dibakukan secara sistematis dan metodis.
Dalam hal ini, pengetahuan merupakan pemikiran, gagasan, ide, konsep, pemahaman dan kemampuan yang dimiliki oleh anggota kelompok dalam
mengembangkan ”kawasan wisata secara tepat atau sesuai dengan konteks lokal”, yakni secara sosio ekonomi dan ekologis serta keagrariaan mampu :
memberdayakan komunitas lokal, mempertegas tata aturan pemanfaatan tanah atau kawasan, menjaga keindahan alam pesisir sebagai atraksi wisata yang
ditawarkan serta meminimalisir dampak-dampak negatif yang ditimbulkan sehingga upaya pengembangan kawasan wisata dapat berkesinambungan.
Anggota kelompok dan para pedagang di lokasi wisata memahami sepenuhnya bahwa suatu kawasan wisata dapat berkesinambungan apabila mampu
memberikan manfaat ekonomi bagi mereka. Tumbuh ide, gagasan dan pemikiran serta kesadaran-kesadaran bahwa manfaat ekonomi akan lestari jika didukung
oleh adanya kepastian hukum tanah timbul yang selama ini digunakan dan terpeliharanya luas daratan dari ancaman abrasi air laut serta adanya
keseimbangan atau keharmonisan dengan nilai-nilai dan norma-norma serta harapan-harapan dan aspirasi komunitas keseimbangan aspek sosial, ekologis
dan keagrariaan, tetapi gagasan dan pemikiran tersebut belum diimbangi oleh upaya-upaya yang optimal. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Tata
Husein selaku ketua pengelola kawasan : “Wawasan dan pemahaman tentang pengelolaan dan pengembangan
kawasan wisata selama ini diperoleh atas dasar pemikiran-pemikiran sendiri. Kita di sini merasa membutuhkan informasi dan pengetahuan
tentang bagaimana seharusnya kawasan ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada...”
Tabel tentang profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” dapat dilihat sebagamana Tabel 14 berikut ini :
104
Tabel 14 Profil Kelompok Pengelola Kawasan Wisata “Samudera Baru” NO ASPEK
PROFIL
1. Tujuan
Tidak dituangkan secara tertulis atau bersifat implisit
Ditetapkan oleh pencetus gagasan, dalam hal ini yaitu ketua kelompok
Terfokus pada upaya peningkatan pendapatan 2. Kepemimpinan
Tidak ditetapkan melalui suatu proses pemilihan tertentu atau berlangsung alamiah.
Lebih didasarkan pada pertimbangan : ketua kelompok adalah pemilik ide utama, sebagai penyandang dana
sekaligus menjabat sebagai kepala desa yang masih aktif
Proses penyebaran pengaruh melalui komunikasi langsung dan bersifat informal, yaitu berdasarkan pada hubungan
kekerabatan dan pertemanan 3.
Pembagian tugas dan peranan
Tidak dituangkan secara tertulis atau bersifat implisit serta belum dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Proses pembagian tugas dan peranan didasarkan pada keputusan atau instruksi lisan ketua kelompok
4. Pola hubungan dan
komunikasi
Terjalin pola hubungan dan komunikasi antara anggota, ketua dan para pedagang di kawasan wisata secara :
harmonis, langsung, dilaksanakan pertemuan kelompok dua minggu sekali
Terjalin pola hubungan dan komunikasi dengan Kepala UPTD PKP, meskipun berifat informal dan tidak atau belum
diagendakan secara periodik 5. Kerjasama
Anggota kelompok memiliki kesempatan untuk menjalin kerja sama dengan pihak lain
Dasar pertimbangan hubungan kerja sama, baik dalam bentuk diskusi, konsultasi cenderung dilakukan dengan
pihak-pihak yang sekiranya membawa manfaat ekonomi atau karena hal-hal yg sifatnya mendesak
6. Pengetahuan
Wawasan, pemahaman tentang pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata diperoleh atas dasar
pemikiran-pemikiran sendiri
6.2. Analisis Situasi terhadap Kelompok Pengelola Kawasan Wisata ”Samudera Baru”